Survei Celios: Dukungan Bertahap Program Makan Bergizi Gratis
Survei Celios menunjukkan 69 persen masyarakat mendukung implementasi bertahap program Makan Bergizi Gratis (MBG), menekankan pentingnya kolaborasi dan pendanaan pemerintah untuk memastikan efektivitas dan keberlanjutan program.

Sebuah survei terbaru oleh Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkap dukungan publik terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG). Survei yang berjudul 'Rencana Pemerintah VS Keinginan Masyarakat' ini menemukan bahwa 69 persen responden setuju MBG sebaiknya dijalankan secara bertahap. Temuan ini memberikan gambaran penting bagi pemerintah dalam merancang dan melaksanakan program yang bertujuan meningkatkan gizi anak Indonesia.
Menurut Galau D. Muhammad, peneliti Celios, mayoritas masyarakat tidak hanya menginginkan implementasi bertahap, tetapi juga menekankan pentingnya partisipasi komunitas dan kolaborasi multi-stakeholder. "Bukan sekedar bertahap, tapi kesiapan dari partisipasi komunitas dinilai sangat penting oleh 56 persen responden, sementara 53 persen masyarakat mendukung pengelolaan program melalui kolaborasi multistakeholder," jelas Galau. Pendekatan kolaboratif ini diharapkan dapat meminimalisir potensi penyimpangan, meningkatkan transparansi, dan efisiensi program.
Survei Celios juga menggali preferensi masyarakat terkait jenis makanan dalam program MBG. Hasilnya, makanan olahan sehat (43 persen) dan daging lebih diprioritaskan dibandingkan susu. Temuan ini menunjukkan kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi dan aman dikonsumsi. Kualitas makanan menjadi prioritas utama (40 persen responden) untuk keberhasilan program.
Masyarakat juga memiliki pandangan yang tegas terkait pendanaan MBG. Sebanyak 83 persen responden menginginkan program ini dibiayai sepenuhnya oleh anggaran pemerintah. Jaya Darmawan, peneliti Celios lainnya, menambahkan bahwa penolakan terhadap pinjaman luar negeri (79 persen responden) menunjukkan keinginan kuat untuk keberlanjutan finansial tanpa beban utang.
Jaya menekankan pentingnya penggunaan sumber pendanaan yang aman dan tidak mengorbankan program prioritas lain. "Jangan sampai anggarannya diambil dari anggaran perlindungan sosial, dana pendidikan, dan anggaran di daerah/desa yang signifikan meningkatkan pembangunan manusia secara merata. Apalagi menggunakan skema utang yang membebani APBN di kemudian hari," tegas Jaya. Ia menyarankan pemerintah mempertimbangkan kebijakan fiskal progresif seperti pajak kekayaan dan realokasi anggaran yang kurang efektif.
Alternatif lain yang disarankan masyarakat adalah subsidi uang (20 persen) dan peningkatan kualitas pendidikan (13,8 persen). Hal ini menunjukkan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendekatan holistik yang tidak hanya berfokus pada makanan bergizi, tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi dan pendidikan untuk masa depan anak-anak.
Kesimpulannya, survei Celios memberikan wawasan berharga tentang harapan masyarakat terhadap program MBG. Implementasi bertahap, kolaborasi multi-stakeholder, pendanaan pemerintah, dan fokus pada kualitas makanan menjadi kunci keberhasilan program ini. Pertimbangan alternatif seperti subsidi dan peningkatan pendidikan juga menunjukkan pentingnya pendekatan holistik untuk kesejahteraan anak Indonesia.