Tahukah Anda? Lebih dari 2.500 Perwira Wanita Indonesia Telah Berpartisipasi dalam Misi Perdamaian PBB
Sejak 2008, lebih dari 2.500 Perwira Wanita Indonesia telah mengukir sejarah dalam misi perdamaian PBB. Peran krusial mereka tak hanya di medan konflik, namun juga membawa perspektif baru yang sangat dibutuhkan.

Jakarta, Indonesia – Lebih dari 2.500 personel perwira wanita Indonesia dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah aktif berpartisipasi dalam berbagai misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hingga saat ini. Data ini disampaikan oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) pada Jumat (26/7), menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia.
Partisipasi signifikan ini dimulai sejak tahun 2008, dengan total sekitar 2.556 personel wanita yang telah dikerahkan dari keseluruhan 24.000 pasukan perdamaian Indonesia. Angka ini mencerminkan peningkatan peran perempuan dalam operasi-operasi internasional yang kompleks dan menantang.
Kolonel (Pnb) Ratih Pusparini, seorang pejabat Lemhannas, menjelaskan bahwa kehadiran perwira wanita Indonesia membawa perspektif unik. Mereka tidak hanya mengisi peran pendukung, tetapi juga berkontribusi langsung di garis depan, memberikan dampak positif yang besar terhadap keberhasilan misi.
Peran Krusial Perwira Wanita Indonesia dalam Misi Perdamaian
Kolonel Ratih Pusparini, yang juga merupakan perwira wanita Indonesia pertama yang dikerahkan sebagai pasukan perdamaian pada tahun 2008, menggarisbawahi beragam peran yang diemban oleh para personel wanita. Mereka seringkali ditugaskan dalam posisi pendukung vital seperti medis, logistik, dan administrasi, memastikan kelancaran operasional misi di lapangan.
Namun, kontribusi mereka tidak terbatas pada peran pendukung semata. Beberapa perwira wanita Indonesia juga telah menduduki posisi yang lebih menonjol, termasuk sebagai pengamat militer. Dalam kapasitas ini, mereka bertugas melakukan kunjungan dan penilaian langsung di area konflik di bawah mandat PBB, menunjukkan kapabilitas dan profesionalisme tinggi.
Kolonel Pusparini sendiri pernah menjabat sebagai pengamat militer selama penugasannya di Timur Tengah. Pengalamannya membuktikan bahwa perwira wanita Indonesia memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan unggul dalam lingkungan yang didominasi laki-laki, bahkan dalam situasi yang paling menantang sekalipun.
Tantangan dan Penguatan Peran Perempuan dalam Perdamaian
Meskipun kontribusi perwira wanita Indonesia sangat berharga, jumlah mereka masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan personel pria. Kolonel Pusparini mengakui bahwa lingkungan militer sering dianggap sebagai 'dunia laki-laki', sehingga personel wanita harus bekerja lebih keras untuk membuktikan kemampuan dan dedikasi mereka.
Dalam beberapa kasus, personel wanita bahkan mampu menunjukkan kinerja yang melampaui rekan-rekan pria mereka. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa gender bukanlah penghalang untuk mencapai keunggulan dalam tugas-tugas militer dan perdamaian. Oleh karena itu, diperlukan lebih banyak penunjukan wanita pada posisi komando dalam operasi perdamaian.
Peningkatan jumlah perempuan dalam misi perdamaian juga sejalan dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1325 tahun 2000. Resolusi ini mempromosikan kesetaraan gender dan kesempatan yang sama bagi perempuan dalam upaya perdamaian dan keamanan global. Kehadiran perempuan membawa perspektif berbeda yang berkontribusi pada keberhasilan misi, serta menciptakan ruang aman bagi kelompok rentan yang terdampak konflik.