Terungkap! Ayah Aniaya Anak Kandung di Demak, Tega Paksa Minum Air Kloset, Terancam 5 Tahun Penjara
Seorang ayah di Demak tega aniaya anak kandungnya sendiri, bahkan memaksa minum air kloset. Pelaku terancam hukuman 5 tahun penjara. Apa motif di balik kekejaman ini?

Seorang ayah berinisial EN (31) di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, kini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya setelah tega menganiaya anak kandungnya sendiri. Kasus kekerasan ini terungkap setelah pelaku ditangkap oleh Satreskrim Polres Demak pada 22 Juli 2025, menyusul laporan yang diterima.
Wakapolres Demak, Kompol Hendrie Suryo Liquisasono, menyatakan bahwa EN dijerat dengan Pasal 44 ayat (1) Undang-undang Nomor 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) atau Pasal 80 ayat (1) juncto Pasal 76C Undang-undang Nomor 35/2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23/2002 tentang Perlindungan Anak. Pelaku terancam hukuman maksimal lima tahun penjara.
Penganiayaan brutal ini dilatarbelakangi oleh rasa jengkel pelaku terhadap istrinya yang sulit dihubungi, bahkan memaksa korban meminum air kloset. Korban mengalami luka memar dan trauma mendalam akibat kekejaman yang terjadi pada 16 Juli 2025 di rumah pelaku.
Kronologi Penangkapan dan Motif Kekerasan
Pelaku, yang merupakan warga Desa Gemulak, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, berhasil diamankan oleh Satreskrim Polres Demak pada 22 Juli 2025, sekitar pukul 21.00 WIB. Penangkapan dilakukan di Desa Rengging, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, hanya beberapa jam setelah laporan diterima oleh pihak kepolisian. Kecepatan respons ini menunjukkan keseriusan aparat dalam menangani kasus kekerasan anak.
Menurut Kompol Hendrie, motif di balik aksi penganiayaan ini adalah rasa marah dan frustrasi pelaku terhadap istrinya. Sang istri kerap tidak mengangkat telepon setiap kali dihubungi oleh EN. Kondisi ini memicu kemarahan yang tidak terkontrol pada diri pelaku.
Lebih lanjut, terungkap bahwa pelaku sengaja merekam aksi penyiksaan terhadap anaknya. Video tersebut kemudian dikirimkan kepada sang istri. Tujuan dari pengiriman video ini adalah untuk memaksa istrinya agar segera pulang ke rumah, menunjukkan manipulasi emosional yang dilakukan pelaku.
Kekejaman dan Dampak Terhadap Korban
Tindakan yang dilakukan oleh EN terhadap anak kandungnya sangat brutal dan tidak manusiawi. Pelaku memukul kepala dan menendang tubuh korban secara berulang kali. Ini menunjukkan tingkat kekerasan fisik yang serius dan membahayakan keselamatan anak.
Puncak kekejaman terjadi ketika pelaku memaksa anaknya meminum air dari kloset. Tindakan ini tidak hanya merendahkan martabat korban, tetapi juga berpotensi membahayakan kesehatan anak secara serius. Seluruh aksi kekerasan ini terjadi di dalam rumah pelaku tanpa kehadiran saksi lain, membuat korban tidak memiliki tempat untuk meminta pertolongan.
Akibat penganiayaan tersebut, korban mengalami luka memar yang signifikan di bagian kepala dan tubuh. Selain luka fisik, korban juga mengalami trauma mendalam yang dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan psikologisnya. Kondisi ini memerlukan penanganan serius dan dukungan psikologis untuk pemulihan.
Ancaman Hukuman Berat Bagi Pelaku
Saat ini, EN telah ditahan di Mapolres Demak dan masih dalam proses penyidikan intensif. Pihak kepolisian terus mendalami keterangan dari istri pelaku untuk melengkapi berkas penyidikan. Hal ini penting untuk memastikan semua aspek kasus terungkap dan proses hukum berjalan sesuai prosedur.
Pelaku dijerat dengan dua pasal berlapis yang memiliki ancaman hukuman berat. Pasal 44 ayat (1) Undang-undang Nomor 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) secara spesifik menargetkan kekerasan dalam lingkup keluarga. Selain itu, Pasal 80 ayat (1) juncto Pasal 76C Undang-undang Nomor 35/2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23/2002 tentang Perlindungan Anak memberikan perlindungan hukum bagi anak-anak yang menjadi korban kekerasan.
Dengan jeratan pasal-pasal tersebut, EN terancam hukuman maksimal lima tahun penjara. Hukuman ini diharapkan dapat memberikan efek jera bagi pelaku dan menjadi peringatan bagi siapa pun yang melakukan kekerasan terhadap anak atau dalam lingkup rumah tangga. Kasus ini menjadi contoh nyata komitmen penegak hukum dalam melindungi hak-hak anak dan memberantas kekerasan.