Tiga Pertemuan Penting Wamenlu RI di PBB: Indonesia Siap Kirim Pasukan Perdamaian untuk Isu Palestina
Wakil Menteri Luar Negeri RI membahas Isu Palestina dalam serangkaian pertemuan bilateral di PBB, menegaskan komitmen Indonesia termasuk kesiapan kirim pasukan perdamaian.

Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Arrmanatha Christiawan Nasir, atau yang akrab disapa Tata, aktif melobi dukungan internasional bagi Palestina. Dalam serangkaian pertemuan bilateral yang berlangsung pada Rabu (30/7), Wamenlu Tata membahas perkembangan terkini Isu Palestina serta pentingnya memajukan reformasi sistem multilateral global.
Pertemuan-pertemuan strategis ini dilaksanakan di sela-sela Konferensi Internasional Tingkat Tinggi tentang Implementasi Solusi Dua Negara di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Fokus utama diskusi adalah penguatan dukungan terhadap Palestina dan upaya kolektif untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan di wilayah tersebut.
Indonesia secara konsisten menunjukkan komitmennya dalam mendukung Palestina. Kesiapan Indonesia untuk mengirimkan pasukan di bawah mandat PBB merupakan wujud nyata dari dukungan tersebut, sebagaimana ditegaskan oleh Presiden Prabowo Subianto, demi terwujudnya perdamaian abadi.
Dukungan Penuh Indonesia bagi Palestina
Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Palestina, Varsen Aghabekian, Wamenlu Tata menegaskan kembali dukungan penuh Indonesia bagi Palestina. Ia juga menyoroti pentingnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ini dalam menjaga momentum dan mendorong implementasi Solusi Dua Negara sebagai jalan menuju perdamaian.
Komitmen Indonesia tidak hanya sebatas dukungan diplomatik. Wamenlu Tata menyampaikan bahwa Presiden Prabowo telah menyatakan kesiapan Indonesia untuk mengirimkan pasukan di bawah mandat PBB. Langkah ini merupakan manifestasi nyata dari komitmen Indonesia dalam mendukung terwujudnya perdamaian berkelanjutan di Palestina.
Pernyataan ini menggarisbawahi posisi teguh Indonesia yang selalu berpihak pada keadilan dan kemanusiaan. Dukungan ini diharapkan dapat memberikan dorongan signifikan bagi upaya penyelesaian konflik di Timur Tengah.
Kerja Sama Internasional dan Hukum Humaniter
Selain itu, Wamenlu Tata juga bertemu dengan Utusan Khusus Uni Eropa untuk Isu Timur Tengah, Duta Besar Christophe Bigot. Dalam diskusi tersebut, kedua belah pihak membahas pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional secara konsisten dan menolak segala bentuk standar ganda dalam penanganan konflik.
Indonesia dan Uni Eropa sepakat bahwa gencatan senjata merupakan prioritas utama saat ini. Hal ini krusial untuk memastikan akses yang aman dan tanpa hambatan bagi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang sangat dibutuhkan oleh penduduk setempat.
Indonesia juga secara aktif mendorong peningkatan dukungan bagi UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East). Wamenlu menegaskan bahwa UNRWA memiliki peran vital, tidak hanya sebagai tumpuan harapan bagi warga Palestina, tetapi juga sebagai perwujudan keberadaan PBB di wilayah Palestina.
Dorongan Pengakuan dan Reformasi Multilateral
Dalam pertemuan terpisah dengan Utusan Khusus Austria untuk KTT Palestina, Herbert Scheibner, Wamenlu Tata mendorong peningkatan kontribusi global bagi pembangunan Palestina. Hal ini terutama melalui kerja sama peningkatan kapasitas dan penguatan ekonomi Palestina, demi kemandirian jangka panjang.
Wamenlu juga mengungkapkan harapannya terhadap rencana pengakuan Palestina yang disampaikan oleh Inggris dan Prancis. Ia berharap langkah ini dapat menjadi katalis bagi negara-negara Eropa lainnya untuk memberikan pengakuan terhadap Palestina, sehingga memperkuat dukungan politik bagi Solusi Dua Negara.
Pada pertemuan selanjutnya dengan Wakil Tetap Australia untuk PBB, Duta Besar James Larsen, kedua negara menyoroti kemunduran kerja sistem multilateral. Kondisi ini turut mempersulit pembahasan isu-isu penting di PBB, termasuk Isu Palestina, yang membutuhkan konsensus global.
Wamenlu menekankan bahwa solidaritas dan kerja sama seluruh negara untuk mendorong reformasi PBB merupakan kunci utama. Hal ini penting untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat internasional terhadap sistem multilateral, khususnya dalam menangani isu-isu krusial seperti Isu Palestina.