Tradisi Turun-Temurun, Alasan Jamaah Pilih Iktikaf di Masjid Agung Al-Azhar
Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan, dipadati jamaah yang melaksanakan iktikaf Ramadhan karena tradisi keluarga turun-temurun, meskipun jumlahnya menurun dibandingkan tahun lalu.

Jakarta, 12 Maret 2025 (ANTARA) - Tradisi turun-temurun menjadi alasan utama jamaah memilih Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan, sebagai tempat melaksanakan iktikaf selama bulan Ramadhan. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Kantor Masjid Agung Al-Azhar, Tatang Komara. Ribuan jamaah dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan luar Jakarta, memadati masjid ini untuk menjalankan ibadah iktikaf, sebuah tradisi yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Menurut Tatang Komara, banyak jamaah yang telah menjadikan Masjid Agung Al-Azhar sebagai tempat beribadah rutin, bahkan turun-temurun dari generasi ke generasi. "Ini kan masjid, turun-temurun jamaahnya. Jadi, kalau dulu bapaknya di sini, anaknya tuh di sini hingga cucunya, ke sini," ungkap Tatang saat diwawancarai.
Lebih lanjut, Tatang menjelaskan bahwa setiap harinya, terdapat 5 hingga 10 orang yang melaksanakan iktikaf di masjid sejak hari pertama Ramadhan. Bahkan, ada seorang jamaah yang mengaku telah 35 kali berbuka puasa di Masjid Agung Al-Azhar, menandakan kunjungannya yang telah berlangsung selama lebih dari 30 tahun.
Tradisi Iktikaf dan Pengunjung dari Berbagai Daerah
Keberadaan jamaah yang datang dari berbagai penjuru Indonesia, seperti Lampung dan Aceh, semakin memperkuat tradisi iktikaf di Masjid Agung Al-Azhar. Mereka sengaja datang ke Jakarta untuk melaksanakan ibadah ini di masjid bersejarah tersebut. Tatang memprediksi jumlah jamaah akan semakin meningkat pada 10 hari terakhir Ramadhan, seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang melaksanakan iktikaf.
Meskipun demikian, keterbatasan lahan di Jakarta menjadi kendala dalam menyediakan fasilitas penginapan bagi para jamaah yang melaksanakan iktikaf. Pihak pengelola masih mempertimbangkan solusi terbaik untuk mengatasi hal ini.
Menariknya, seorang jamaah menceritakan pengalamannya, "Saya sudah bertahun-tahun melaksanakan iktikaf di Masjid Agung Al-Azhar. Suasana spiritualnya sangat terasa, dan saya merasa lebih dekat dengan Allah SWT di sini." Hal ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan emosional jamaah dengan masjid tersebut.
Penurunan Jumlah Jamaah dan Fasilitas yang Disediakan
Meskipun tradisi iktikaf tetap terjaga, pihak pengelola Masjid Agung Al-Azhar mencatat adanya penurunan jumlah jamaah pada Ramadhan 1446 Hijriah (2025) dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2024, jumlah jamaah mencapai 1.400 hingga 2.000 orang per hari, sementara tahun ini hanya sekitar 1.500 jamaah.
Sebagai bentuk pelayanan kepada jamaah, pihak masjid membagikan 700 takjil setiap harinya. Takjil tersebut berupa kotak berisi kue jajanan pasar, kurma, dan minuman. Teh panas juga tersedia untuk menambah kehangatan dan kenyamanan para jamaah selama beribadah.
Meskipun terjadi penurunan jumlah jamaah, semangat dan tradisi iktikaf di Masjid Agung Al-Azhar tetap terjaga. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya masjid ini bagi banyak orang, sebagai tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan melestarikan tradisi keluarga turun-temurun.
Ke depan, pihak pengelola berharap dapat terus meningkatkan pelayanan dan fasilitas untuk memberikan kenyamanan bagi para jamaah yang melaksanakan iktikaf di Masjid Agung Al-Azhar.