Tragis! Lima Pantai di Tulungagung Dipenuhi Sampah Kiriman Akibat Luapan Sungai Niyama
Lima pantai di Tulungagung tercemar sampah kiriman akibat luapan Sungai Niyama. DLH koordinasi dengan Pokdarwis untuk pembersihan.

Kabar buruk datang dari Tulungagung, Jawa Timur. Lima kawasan wisata pantai yang menjadi andalan daerah ini, yakni Pantai Niyama, Sidem, Gemah, Bayem, dan Midodaren, mengalami pencemaran serius akibat sampah kiriman. Sampah-sampah ini berasal dari wilayah hulu yang terbawa arus sungai dan masuk ke muara melalui terowongan Niyama dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan dan mengancam kelestarian lingkungan serta potensi pariwisata di kawasan tersebut.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tulungagung, Yudha Yanuar Hadi, menjelaskan bahwa luapan sungai ini dipicu oleh tingginya debit air akibat hujan deras yang mengguyur kawasan Tulungagung dan Trenggalek. Air sungai dari kedua wilayah tersebut bermuara di Sungai Niyama. Ketika debit air naik dan terowongan Niyama dibuka, material sampah secara otomatis ikut terbawa ke pesisir pantai. "Air sungai dari Tulungagung dan Trenggalek bermuara di Sungai Niyama. Saat debit air naik dan terowongan Niyama dibuka, otomatis material sampah ikut terbawa ke pesisir," kata Yudha.
Tumpukan sampah di bibir pantai terdiri dari berbagai macam material, mulai dari ranting dan batang kayu hingga limbah rumah tangga. DLH Tulungagung telah bergerak cepat dengan berkoordinasi dengan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di masing-masing lokasi untuk melakukan pembersihan. Selain melibatkan Pokdarwis, upaya pengangkutan sampah juga dibantu oleh Perum Jasa Tirta (PJT), selaku pengelola kawasan Sungai Niyama.
Upaya Pembersihan dan Koordinasi dengan PJT
DLH Tulungagung tidak tinggal diam dalam menghadapi permasalahan sampah kiriman ini. Koordinasi intensif telah dilakukan dengan berbagai pihak, termasuk Pokdarwis dan Perum Jasa Tirta (PJT), untuk mempercepat proses pembersihan pantai. Keterlibatan Pokdarwis sangat penting karena mereka memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang kondisi lingkungan setempat.
Peran PJT sebagai pengelola kawasan Sungai Niyama juga sangat krusial. Menurut Yudha, PJT sejak awal telah berkomitmen untuk membantu proses pengangkutan sampah yang terbawa luapan air. "Sejak awal PJT memang sudah berkomitmen membantu proses pengangkutan sampah yang terbawa luapan air," ujarnya.
Dengan sinergi antara DLH, Pokdarwis, dan PJT, diharapkan proses pembersihan pantai dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi tidaklah mudah, mengingat volume sampah yang sangat besar dan kondisi cuaca yang tidak menentu.
Kondisi Rutin Saat Musim Hujan dan Imbauan untuk Masyarakat
Yudha menjelaskan bahwa kondisi serupa sebenarnya rutin terjadi setiap musim hujan saat curah hujan tinggi. Volume sampah yang tinggi seringkali menyebabkan material lolos ke muara dan mencemari pantai, meskipun PJT telah menyiagakan alat berat untuk menyaring sampah sebelum masuk ke terowongan Niyama.
Menyadari bahwa permasalahan sampah ini tidak bisa diatasi hanya dengan upaya pembersihan di hilir, Yudha pun mengimbau masyarakat di wilayah hulu untuk tidak membuang sampah ke sungai. Kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat sangat dibutuhkan untuk menjaga kebersihan kawasan pesisir yang menjadi destinasi wisata unggulan.
Imbauan ini sangat penting mengingat perilaku membuang sampah sembarangan ke sungai masih menjadi masalah yang cukup serius di berbagai daerah di Indonesia. Edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan perlu terus digencarkan agar masyarakat lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan.
Pencemaran sampah di lima pantai Tulungagung ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan mengelola sampah dengan baik. Tanpa kesadaran dan tindakan nyata dari seluruh pihak, permasalahan sampah akan terus menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan dan potensi pariwisata di Indonesia.