Trivia: Mengapa Data KEK dan KI BPS Jadi Kunci? Presiden Prabowo Tugaskan BPS Kumpulkan Potret Akurat Kawasan Ekonomi Khusus dan Industri
Presiden Prabowo Subianto menugaskan BPS untuk mengumpulkan data KEK dan KI se-Indonesia. Langkah ini vital untuk memotret perkembangan ekonomi dan menjadi motor penggerak bangsa. Apa dampaknya?

Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto telah memberikan arahan khusus kepada Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengumpulkan data komprehensif. Penugasan ini meliputi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) di seluruh wilayah Indonesia. Langkah strategis ini bertujuan untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan arahan tersebut saat berada di Pangkalpinang pada Jumat (25/7). Ia menjelaskan bahwa Presiden Prabowo mengundang seluruh pengelola KEK, KI, dan beberapa menteri, termasuk BPS, ke Istana Merdeka di Jakarta pada Selasa (22/7) lalu. Pertemuan penting ini menekankan peran KEK dan KI sebagai motor penggerak ekonomi.
Dalam pertemuan tersebut, BPS secara spesifik diminta untuk mencatat dan mengumpulkan data-data yang ada. Tujuannya adalah untuk memiliki potret yang tepat dan data yang akurat. Hal ini krusial dalam memantau perkembangan KEK dan KI, khususnya di sektor industri pengolahan.
Fokus BPS pada Akurasi Data KEK dan KI
Penugasan ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memiliki gambaran yang jelas mengenai potensi dan kinerja KEK serta KI. Data yang akurat dari BPS akan menjadi dasar penting bagi perumusan kebijakan ekonomi yang lebih efektif. Ini juga mendukung upaya peningkatan investasi dan produktivitas di sektor-sektor strategis.
Amalia Adininggar Widyasanti menegaskan bahwa BPS akan bekerja keras untuk memenuhi amanah ini. Pengumpulan data yang presisi diperlukan agar perkembangan kawasan-kawasan tersebut dapat dipantau secara optimal. Hal ini juga akan membantu mengidentifikasi area yang memerlukan intervensi atau dukungan lebih lanjut.
Data yang terkumpul diharapkan dapat memberikan informasi detail mengenai jumlah perusahaan, jenis industri, penyerapan tenaga kerja, serta kontribusi terhadap PDB. Dengan demikian, KEK dan KI benar-benar dapat berfungsi sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi. Ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo untuk menjadikan sektor ini pilar utama pembangunan.
Tantangan dan Koordinasi Data Industri Regional
Selain fokus pada KEK dan KI, BPS juga menghadapi tantangan dalam menyelaraskan data industri di tingkat provinsi. Amalia mencontohkan kasus di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. BPS mencatat 152 perusahaan industri besar dan sedang, namun Kementerian Perindustrian memiliki angka 186 perusahaan.
Perbedaan data ini menunjukkan urgensi koordinasi yang lebih erat antara BPS dan pemerintah daerah. Amalia menekankan pentingnya validasi data di lapangan untuk memastikan keakuratan informasi. Data yang solid dan asli sangat dibutuhkan untuk memotret kondisi riil jumlah perusahaan.
Koordinasi yang baik memungkinkan BPS untuk terus mencatat perkembangan industri secara akurat dan komprehensif. Pada tahun ini, BPS memfokuskan upaya pada pembenahan data sektor industri secara keseluruhan. Ini menjadi pondasi penting untuk penguatan data industri nasional di masa mendatang.