Vonis "Crazy Rich Surabaya" Budi Said Diperberat: 16 Tahun Penjara dan Denda Rp1,07 Triliun!
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta memperberat hukuman Budi Said, pengusaha yang dikenal sebagai Crazy Rich Surabaya, menjadi 16 tahun penjara dan denda Rp1,07 triliun terkait kasus korupsi emas Antam.

Pengadilan Tinggi DKI Jakarta telah memperberat hukuman Budi Said, pengusaha yang dikenal sebagai "Crazy Rich Surabaya", menjadi 16 tahun penjara dalam kasus korupsi jual beli emas PT Antam Tbk. Vonis ini dijatuhkan setelah majelis hakim menerima banding dari jaksa penuntut umum dan penasihat hukum terdakwa. Kasus ini melibatkan kerugian negara yang signifikan dan mencakup tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Hakim Ketua Herri Swantoro menyatakan bahwa putusan banding mengubah putusan Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat hanya pada lamanya pidana yang dijatuhkan. Selain hukuman penjara, Budi Said juga diwajibkan membayar denda sebesar Rp1 miliar subsider 6 bulan penjara. Yang paling signifikan adalah penambahan hukuman berupa pembayaran uang pengganti sebesar 1.136 kilogram emas Antam atau setara Rp1,07 triliun.
Putusan ini mempertimbangkan beberapa hal yang memberatkan, termasuk perbuatan Budi Said yang dinilai tidak mendukung program pemerintah dalam pemberantasan korupsi dan mencederai rasa keadilan masyarakat. Sebelumnya, Pengadilan Tipikor Jakarta memvonis Budi Said 15 tahun penjara, denda Rp1 miliar, dan uang pengganti 58,841 kg emas Antam atau Rp35,53 miliar.
Kasus Korupsi dan Pencucian Uang
Budi Said terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi dan TPPU secara bersama-sama dan berlanjut. Ia melanggar Pasal 2 Ayat (1) juncto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP dan Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Perbuatan korupsinya meliputi penerimaan selisih lebih emas Antam sebesar 58,13 kg atau senilai Rp35,07 miliar yang tidak sesuai dengan faktur penjualan dan tanpa pembayaran kepada Antam. Selain itu, terdapat kewajiban kekurangan serah emas Antam kepada Budi Said sebanyak 1.136 kg berdasarkan putusan MA Nomor 1666 K/Pdt/2022 tanggal 29 Juni 2022.
Budi Said juga terbukti melakukan TPPU dengan menyamarkan transaksi penjualan emas Antam dan menempatkannya sebagai modal di CV Bahari Sentosa Alam. Total kerugian negara akibat perbuatan korupsi dan pencucian uang yang dilakukan Budi Said mencapai Rp1,07 triliun.
Rincian Hukuman dan Uang Pengganti
Berikut rincian hukuman yang dijatuhkan kepada Budi Said:
- Pidana Penjara: 16 tahun
- Denda: Rp1 miliar (subsider 6 bulan penjara)
- Uang Pengganti: 1.136 kg emas Antam (atau setara Rp1,07 triliun, berdasarkan Harga Pokok Produksi Emas Antam per Desember 2023, atau nilai emas saat eksekusi dengan memperhitungkan dana provisi). Jika tidak mampu membayar, harta bendanya akan disita dan dilelang. Jika harta benda tidak mencukupi, akan diganti dengan pidana penjara 10 tahun.
Putusan ini memperjelas konsekuensi hukum bagi tindakan korupsi dan pencucian uang, menekankan komitmen penegakan hukum di Indonesia. Kasus ini juga menjadi peringatan bagi siapa pun yang terlibat dalam tindakan serupa.
Putusan banding ini semakin menguatkan penegakan hukum terhadap kasus korupsi di Indonesia dan memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana korupsi dan pencucian uang. Besarnya kerugian negara dan hukuman yang dijatuhkan menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memberantas korupsi.