Wacana Dam Haji di Negara Asal: Malaysia-Indonesia Sepakat Cari Solusi
Malaysia dan Indonesia sepakat menjajaki kemungkinan pelaksanaan penyembelihan hewan kurban untuk dam haji di negara asal masing-masing, demi kemudahan dan efisiensi.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Malaysia dan Indonesia tengah membahas wacana pelaksanaan penyembelihan hewan kurban untuk dam haji di negara asal jemaah. Wakil Perdana Menteri Malaysia, Dato’ Seri Ahmad Zahid Hamidi, dan Menteri Agama Indonesia, Nasaruddin Umar, memimpin diskusi ini di Jakarta pada 21 April 2024. Inisiatif ini bertujuan untuk mempermudah proses dam haji dan mengatasi tantangan logistik yang signifikan, mengingat jumlah hewan kurban yang besar. Kedua negara berharap dapat mengatasi kendala logistik dan juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat masing-masing. Koordinasi akan dilakukan untuk memastikan pelaksanaan dam sesuai dengan ketentuan agama dan hukum di kedua negara.
Wacana ini muncul sebagai respon atas tantangan logistik dalam pelaksanaan dam haji di Arab Saudi. Setiap tahun, Indonesia dan Malaysia mengirimkan ribuan kambing untuk memenuhi kewajiban dam jemaah haji mereka. Proses ini membutuhkan biaya dan waktu yang signifikan. Dengan melaksanakan penyembelihan di negara asal, diharapkan prosesnya menjadi lebih efisien dan biaya dapat ditekan.
Pemerintah Arab Saudi secara prinsip telah membuka peluang untuk opsi ini. Hal ini menunjukkan keseriusan kedua negara dalam mencari solusi yang lebih praktis dan bermanfaat bagi para jemaah haji. Kerja sama antara Indonesia dan Malaysia dalam hal ini didorong oleh kesamaan mazhab fikih yang dianut, yaitu mazhab Syafi’i dalam Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Kerja Sama RI-Malaysia: Dam Haji Lebih Efisien
Wakil Perdana Menteri Malaysia, Dato’ Seri Ahmad Zahid Hamidi, menyatakan harapan agar penyembelihan kambing untuk pembayaran dam dapat dilakukan di negara asal, dengan persetujuan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kerajaan Saudi. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers di Jakarta setelah kunjungan kerja tiga harinya ke Indonesia (20-22 April).
Ahmad Zahid Hamidi juga menekankan pentingnya koordinasi antara Indonesia dan Malaysia dalam mengatur penyembelihan hewan kurban untuk dam. Indonesia biasanya menyembelih sekitar 220.000 ekor kambing, sementara Malaysia sekitar 40.000 ekor kambing untuk keperluan dam haji.
Kunjungan kerja Ahmad Zahid Hamidi ke Indonesia juga mencakup pertemuan dengan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan beberapa menteri Kabinet Indonesia Maju. Pertemuan ini semakin memperkuat komitmen kedua negara dalam membahas dan mencari solusi terbaik terkait wacana dam haji ini.
Manfaat Sosial dan Ekonomi
Menteri Agama Indonesia, Nasaruddin Umar, menambahkan bahwa usulan pelaksanaan dam di negara asal akan memberikan manfaat sosial dan ekonomi yang signifikan. Ia mencontohkan, jika penyembelihan dilakukan di Indonesia, daging kambing dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sendiri.
Nasaruddin Umar juga menekankan kesamaan mazhab fikih antara Indonesia dan Malaysia sebagai dasar kuat untuk mencapai kesepahaman dalam hal ini. Kedua negara sama-sama menganut mazhab Syafi’i dalam Ahlus Sunnah wal Jamaah, yang diharapkan dapat mempermudah proses negosiasi dan implementasi wacana tersebut.
Dengan demikian, kerja sama antara Indonesia dan Malaysia dalam hal ini diharapkan dapat menghasilkan solusi yang efisien, efektif, dan bermanfaat bagi kedua negara, khususnya bagi para jemaah haji dari Indonesia dan Malaysia.
Usulan ini diharapkan dapat memberikan solusi yang lebih praktis dan efisien bagi pelaksanaan dam haji, sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat Indonesia dan Malaysia. Koordinasi yang erat antara kedua negara dan persetujuan dari otoritas agama di masing-masing negara sangat penting untuk merealisasikan wacana ini.
Kesimpulan
Wacana pelaksanaan dam haji di negara asal merupakan langkah progresif yang berpotensi memberikan solusi atas tantangan logistik dan ekonomi yang selama ini dihadapi. Kerja sama antara Indonesia dan Malaysia, didorong oleh kesamaan mazhab fikih dan dukungan dari pemerintah Arab Saudi, membuka peluang besar bagi terwujudnya inisiatif ini.