Waspada! Kemunculan Buaya Muara di Jambi Resahkan Warga
Kemunculan buaya muara di dekat permukiman warga Desa Lambur II, Jambi, meresahkan warga dan mendorong BKSDA Jambi untuk memberikan peringatan serta mengimbau kewaspadaan.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, Bagaimana: Kemunculan buaya muara (Crocodylus porosus) di dekat permukiman warga Desa Lambur II, Kecamatan Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, pada awal Maret 2024 telah menimbulkan keresahan. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi telah mengeluarkan peringatan dan imbauan kepada warga untuk waspada. Diduga, pendangkalan sungai dan berkurangnya aktivitas transportasi air menyebabkan buaya merasa nyaman berkembang biak di sekitar parit sekunder tiga jalur dua desa tersebut. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi konflik antara manusia dan buaya, mengingat ukuran buaya yang teramati cukup besar, bahkan mencapai dua meter.
BKSDA Jambi, melalui Humas Zuratus Shaleh, telah mengkonfirmasi laporan tersebut dan tengah mengumpulkan informasi lebih lanjut. Pihaknya juga berkoordinasi dengan pemerintah desa dan masyarakat setempat untuk menghindari area yang diduga menjadi habitat buaya. Imbauan ini dikeluarkan karena adanya laporan hewan ternak warga yang menjadi korban serangan buaya.
Kepala Desa Lambur II, Andi, membenarkan adanya kemunculan buaya dan memperkirakan jumlahnya lebih dari satu ekor, bahkan mungkin telah membentuk koloni. Ia menambahkan bahwa warga telah diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama bagi mereka yang memiliki ternak, dengan memeriksa ternak secara rutin dan menambah penerangan di sekitar kandang.
Ancaman Buaya Muara di Desa Lambur II
Kemunculan buaya muara di dekat pemukiman warga Desa Lambur II menimbulkan kekhawatiran yang signifikan. Ukuran buaya yang relatif besar, mencapai dua meter, meningkatkan potensi bahaya bagi penduduk. Kejadian ini bukan hanya ancaman bagi keselamatan warga, tetapi juga kerugian ekonomi bagi warga yang memiliki ternak.
BKSDA Jambi menekankan pentingnya koordinasi antara pemerintah desa, Dinas Perikanan setempat, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam menangani masalah ini. Hal ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024 yang menempatkan pengelolaan buaya dan satwa air lainnya di bawah wewenang KKP.
Pemerintah desa berencana mengirimkan surat kepada pemerintah kabupaten untuk meminta solusi atas permasalahan ini. Langkah ini diambil untuk mencegah terjadinya konflik antara manusia dan buaya yang berpotensi menimbulkan korban jiwa.
Upaya Pencegahan dan Mitigasi
Warga Desa Lambur II telah mengambil beberapa langkah untuk meminimalisir risiko serangan buaya. Pemeriksaan rutin terhadap ternak dan penambahan penerangan di sekitar kandang merupakan upaya proaktif untuk melindungi hewan ternak dari serangan buaya, terutama di malam hari.
Namun, upaya-upaya tersebut masih belum cukup untuk mengatasi masalah secara menyeluruh. Koordinasi dan kolaborasi yang efektif antara berbagai pihak, termasuk BKSDA Jambi, pemerintah desa, Dinas Perikanan, dan KKP, sangat penting untuk menemukan solusi jangka panjang dan mencegah konflik lebih lanjut.
Penting untuk diingat bahwa buaya muara merupakan satwa dilindungi. Oleh karena itu, setiap upaya penanganan harus mempertimbangkan aspek konservasi dan kesejahteraan satwa tersebut.
Pemerintah daerah perlu segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini, termasuk melakukan survei populasi buaya, mengidentifikasi habitat buaya, dan merumuskan strategi pengelolaan yang tepat untuk melindungi baik keselamatan warga maupun kelestarian satwa.
Kejadian ini menjadi pengingat penting akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan pentingnya kewaspadaan warga terhadap potensi bahaya dari satwa liar di sekitar pemukiman.
Langkah cepat dan tepat sangat dibutuhkan untuk mencegah jatuhnya korban dan menjaga keamanan warga Desa Lambur II serta kelestarian buaya muara.