APJII Klaim Harga Internet Terjangkau di Indonesia, Survei Profil Internet 2025 Ungkap Fakta Menarik
Ketua Umum APJII menyatakan harga internet terjangkau bagi semua kalangan di Indonesia. Survei Profil Internet 2025 APJII mengungkap data menarik penetrasi dan kontribusi pengguna.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) melalui Ketua Umumnya, Muhammad Arif, baru-baru ini menyatakan bahwa harga layanan internet di Indonesia telah mencapai tingkat keterjangkauan yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah acara di Jakarta Pusat, menggarisbawahi kemudahan akses internet saat ini.
Menurut Arif, ketersediaan berbagai opsi paket internet telah sangat membantu masyarakat. Hal ini memungkinkan hampir semua kalangan untuk dapat memanfaatkan konektivitas digital dengan mudah dan biaya yang terjangkau. Kondisi ini menjadi sorotan utama dalam pemaparan hasil survei Profil Internet Indonesia 2025.
Survei tersebut, yang merupakan inisiatif APJII, memberikan gambaran komprehensif mengenai penetrasi dan kontribusi pengguna internet di berbagai segmen pendapatan. Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan tingkat penetrasi, kontribusi terbesar justru datang dari kelompok pendapatan menengah ke bawah.
Tingkat Penetrasi Internet Berdasarkan Pendapatan
Survei Profil Internet Indonesia 2025 yang dirilis oleh APJII menyajikan data menarik mengenai tingkat penetrasi internet di berbagai kelompok pendapatan. Masyarakat dengan penghasilan tinggi di atas Rp6 juta menunjukkan penetrasi terbesar, mencapai 91,47 persen. Angka ini menegaskan bahwa kelompok berpenghasilan tinggi memiliki akses digital yang sangat baik.
Kelompok pendapatan menengah juga menunjukkan tingkat penetrasi yang signifikan. Masyarakat berpendapatan Rp3,5 juta hingga Rp6 juta memiliki penetrasi sebesar 89,87 persen. Sementara itu, kelompok dengan penghasilan Rp2,5 juta hingga Rp3,5 juta mencatatkan penetrasi 87,63 persen, menunjukkan bahwa akses internet semakin merata.
Penetrasi internet tetap tinggi meskipun pendapatan menurun. Masyarakat dengan penghasilan Rp2 juta hingga Rp2,5 juta tercatat memiliki penetrasi 84,38 persen. Kemudian, kelompok Rp1,5 juta hingga Rp2 juta mencapai 81,42 persen, dan Rp1 juta hingga Rp1,5 juta sebesar 78,06 persen. Angka-angka ini menunjukkan bahwa harga internet terjangkau telah membuka pintu bagi banyak kalangan.
Namun, kelompok berpendapatan di bawah Rp1 juta mencatatkan penetrasi terendah, yakni 70,73 persen. Meskipun demikian, angka ini masih menunjukkan bahwa mayoritas dari kelompok ini juga telah terhubung dengan internet. Ini menjadi bukti bahwa upaya pemerataan akses digital terus berjalan.
Kontribusi Pengguna Internet dari Berbagai Kalangan
Meskipun kelompok pendapatan tinggi memiliki penetrasi tertinggi, survei APJII justru mengungkapkan fakta menarik terkait kontribusi terhadap total pengguna internet nasional. Masyarakat berpendapatan menengah ke bawah justru menjadi penyumbang terbesar dalam populasi pengguna internet. Ini menunjukkan dinamika yang unik dalam ekosistem digital Indonesia.
Secara spesifik, masyarakat dengan pendapatan Rp1 juta hingga Rp1,5 juta memberikan kontribusi paling besar, yaitu 20,97 persen dari total pengguna. Disusul oleh kelompok pendapatan Rp2,5 juta hingga Rp3,5 juta dengan 19,04 persen. Bahkan, kelompok berpenghasilan di bawah Rp1 juta menyumbang 17,80 persen, menegaskan bahwa harga internet terjangkau telah mendorong partisipasi luas.
Kelompok pendapatan lainnya juga memberikan kontribusi signifikan. Masyarakat dengan penghasilan Rp1,5 juta hingga Rp2 juta tercatat berkontribusi sebesar 15,75 persen. Sementara itu, kelompok Rp2 juta hingga Rp2,5 juta menyumbang 14,65 persen, dan Rp3,5 juta hingga Rp6 juta sebesar 10 persen. Data ini menggambarkan bahwa basis pengguna internet sangat beragam.
Ironisnya, kelompok dengan pendapatan tertinggi, yakni di atas Rp6 juta, hanya menyumbang 1,79 persen dari total pengguna internet nasional. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun mereka memiliki penetrasi tinggi, jumlah individu dalam kelompok ini relatif lebih kecil dibandingkan segmen pendapatan lainnya. Fenomena ini memperkuat klaim bahwa harga internet terjangkau telah menciptakan inklusi digital yang lebih luas.
Survei Profil Internet Indonesia 2025 ini dilaksanakan dalam rentang waktu 10 April hingga 16 Juni 2025. Survei tersebut melibatkan 8.700 warga negara Indonesia dari seluruh provinsi, dengan responden berusia minimal 13 tahun, melalui metode wawancara. Metodologi yang komprehensif ini memastikan representasi data yang akurat mengenai kondisi internet di Indonesia.