Ketahui! Deteksi Dini dan Vaksinasi Efektif Cegah Hepatitis B hingga 95 Persen
Pencegahan Hepatitis B dapat mencapai efektivitas lebih dari 95 persen melalui deteksi dini dan vaksinasi. Simak mengapa langkah ini krusial untuk kesehatan hati Anda.

Hepatitis B, sebuah infeksi virus yang menyerang hati, masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia dan dunia. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan hati permanen seperti sirosis bahkan kanker hati jika tidak ditangani dengan baik. Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan lebih dari 2 miliar orang di dunia terinfeksi Hepatitis B, dengan sekitar 60.000 kematian setiap tahun di Indonesia.
Namun, ada kabar baik: infeksi virus Hepatitis B dapat dicegah secara efektif. Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, FRSPH, FINASIM, menegaskan bahwa deteksi dini dan vaksinasi adalah kunci utama. Kedua metode ini terbukti mampu menekan angka penularan hingga lebih dari 95 persen.
Vaksin Hepatitis B merupakan cara pencegahan paling ampuh, dengan efektivitas mencapai lebih dari 95 persen dan perlindungan yang dapat bertahan hingga puluhan tahun. Oleh karena itu, pemahaman dan implementasi langkah pencegahan ini sangat penting bagi seluruh lapisan masyarakat, tanpa memandang usia maupun status sosial.
Pencegahan Efektif Hepatitis B: Vaksinasi dan Deteksi Dini
Vaksinasi menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan Hepatitis B. Dr. Dirga Sakti Rambe menjelaskan bahwa vaksin ini sangat efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang. Untuk orang dewasa, vaksin Hepatitis B diberikan dalam tiga dosis: pada bulan ke-0, ke-1, dan ke-6. Penting untuk menyelesaikan seluruh dosis yang direkomendasikan karena dosis yang tidak lengkap dapat mengurangi efektivitas perlindungan.
Selain vaksinasi, deteksi dini juga memegang peranan krusial. Deteksi ini dilakukan melalui pemeriksaan darah, yaitu HBsAg dan Anti-HBs. Pemeriksaan ini sangat disarankan bagi kelompok berisiko tinggi, seperti tenaga medis, pengguna alat tajam bersama, atau individu dengan riwayat transfusi darah. Deteksi dini tidak hanya memberikan kepastian status kesehatan, tetapi juga memungkinkan penanganan lebih cepat sebelum virus berkembang menjadi kerusakan hati permanen.
Dr. Dirga menekankan bahwa virus Hepatitis B tidak memandang usia atau status sosial. Semua orang berisiko terinfeksi, termasuk anak-anak, dewasa, bahkan tenaga medis yang sering berinteraksi dengan pasien. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya deteksi dini dan vaksinasi harus ditingkatkan di seluruh lapisan masyarakat.
Risiko Penularan dan Dampak Jangka Panjang
Penularan virus Hepatitis B dapat terjadi melalui berbagai jalur. Jalur utama meliputi kontak dengan darah dan cairan tubuh yang terinfeksi. Ini termasuk hubungan seksual tanpa pengaman, penggunaan jarum suntik bersama, serta penggunaan peralatan pribadi yang tidak steril seperti pisau cukur dan alat perawatan kuku. Pemahaman tentang jalur penularan ini sangat penting untuk mengambil langkah pencegahan yang tepat.
Infeksi Hepatitis B dapat bersifat akut atau kronis. Jika infeksi menjadi kronis, risiko kerusakan hati permanen akan meningkat secara signifikan. Kondisi ini dapat berkembang menjadi sirosis, yaitu pengerasan hati, atau bahkan kanker hati. Dampak jangka panjang ini sangat membahayakan dan seringkali fatal, menyoroti urgensi pencegahan dan penanganan dini.
Salah satu jalur penularan yang juga menjadi perhatian adalah transmisi vertikal, yaitu dari ibu ke bayi saat proses persalinan. Penularan pada usia dini memiliki risiko tinggi untuk menjadi kronis. Fakta ini menunjukkan bahwa pencegahan dan deteksi dini pada ibu hamil serta bayi yang baru lahir adalah langkah vital untuk memutus rantai penularan dan mencegah komplikasi serius di kemudian hari.
Pentingnya Vaksinasi pada Anak dan Bayi
Kasus Hepatitis B pada bayi dan balita di Indonesia masih menjadi kekhawatiran serius, dengan sekitar 4,2 persen balita sudah terinfeksi. Dokter Spesialis Anak, dr. Melia Yunita, M.Sc, Sp.A, mengungkapkan bahwa sekitar 70 persen bayi yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala. Fakta ini menegaskan bahwa deteksi dini dan vaksinasi pada anak sangat penting, meskipun anak tampak sehat.
Untuk bayi yang lahir dari ibu dengan Hepatitis B, tindakan pencegahan harus segera dilakukan. Dr. Melia menjelaskan bahwa bayi tersebut harus segera diberikan vaksin dan imunoglobulin dalam waktu maksimal 12 jam setelah lahir. Langkah ini sangat krusial untuk mencegah infeksi kronis yang dapat berkembang menjadi sirosis atau kanker hati di masa depan.
Jadwal vaksinasi Hepatitis B untuk anak-anak sedikit berbeda dengan dewasa. Vaksin diberikan sebanyak lima kali: satu kali suntik saat lahir, serta empat kali dalam bentuk vaksin kombinasi pada bulan ke-2, ke-3, ke-4, dan booster di bulan ke-18. Dr. Melia Yunita menekankan bahwa vaksin Hepatitis B sudah termasuk dalam vaksin wajib dasar oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan sebaiknya tidak dilewatkan oleh orang tua demi kesehatan jangka panjang anak.