Menbud Fadli Zon Dorong Kolaborasi Bangun Museum Film Nasional
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menginisiasi pembangunan Museum Film Indonesia untuk melestarikan warisan perfilman nasional dan menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk BUMN.

Indonesia segera memiliki museum film nasional. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Fadli Zon, Kamis (28/3) mengumumkan rencana pembangunan museum tersebut sebagai upaya pelestarian warisan perfilman Indonesia. Inisiatif ini muncul karena keprihatinan atas minimnya tempat penyimpanan dan apresiasi terhadap film-film Indonesia lawas. Museum ini diharapkan menjadi wadah untuk menyimpan artefak, serta menyediakan layanan seperti studio penayangan untuk memperkenalkan film-film klasik kepada generasi muda.
Fadli Zon menjelaskan, saat ini Sinematek Indonesia menyimpan sejumlah artefak film, namun kapasitas dan fasilitasnya dinilai kurang memadai. "Memang ini menjadi pikiran kita juga, kita belum memiliki museum film Indonesia. Ada memang artefaknya di Sinematek tetapi milik yayasan. Mungkin lebih kepada storage ya, storage film itu pun menurut saya perlu tempat yang lebih proporsional, lebih layak," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta.
Lebih lanjut, Menbud juga menekankan pentingnya kolaborasi untuk merealisasikan rencana ini. Ia berencana menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki gedung bersejarah namun pemanfaatannya belum optimal. "Ada memang sebetulnya (perusahaan) BUMN yang sebenarnya terkait seni budaya pertama PFN itu film, kedua musik itu Lokananta, sastra itu Balai Pustaka," jelasnya.
Langkah Konkret Pembangunan Museum Film
Kementerian Kebudayaan telah memetakan langkah-langkah konkret untuk mewujudkan museum film. Salah satunya adalah rencana pertemuan dengan Perusahaan Film Negara (PFN) untuk membahas rencana pembangunan museum yang representatif. Selain itu, Kementerian Kebudayaan juga aktif dalam program restorasi dan digitalisasi film-film lama. Hingga saat ini, tercatat sudah 100 film yang telah direstorasi dan di-digitalisasi.
Kementerian juga tengah berupaya mengakuisisi sekitar 300 film Indonesia dari sebuah yayasan. Secara mandiri, Kementerian Kebudayaan telah merestorasi sekitar 100 film dengan anggaran negara. Tantangan terbesar dalam pelestarian film-film lama adalah kondisi fisik seluloid yang rapuh dan mudah rusak. "Ini PR kita, merawat artefak dari seluloitnya aja luar biasa, agak lebih mudah kalau musik. Musik itu ada di piringan hitam, atau di dalam master real to real yang menurut saya lebih mudah menjaganya ketimbang seluloit. Tapi film, saya kira banyak film Indonesia yang hilang yang mulai dari film pertama Lutung Kasarung sudah tidak jelas lagi di mana jejaknya, film 1930 an sudah tidak ada lagi," ungkap Fadli Zon.
Fadli Zon menegaskan pentingnya peran museum film tidak hanya untuk pelestarian, tetapi juga untuk promosi film-film Indonesia. Museum diharapkan dapat menjadi pusat informasi dan edukasi perfilman Indonesia.
Dukungan dari Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi)
Dukungan terhadap rencana pembangunan museum film juga datang dari Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) 56. Ketua Parfi 56, Marcella Zalianty, menyampaikan apresiasi atas dukungan pemerintah dalam mendorong ekosistem perfilman yang sehat dan inovatif. "Kami menyampaikan apresiasi mendalam atas dukungan penuh pemerintah yang terus mendorong terciptanya ekosistem perfilman yang sehat, inovatif dan tetap mengakar pada nilai-nilai kebangsaan," kata Marcella.
Sinergi antara pemerintah dan para pelaku perfilman dinilai sangat penting untuk memajukan industri perfilman Indonesia. Pembangunan museum film diharapkan dapat menjadi langkah strategis dalam upaya pelestarian dan pengembangan perfilman nasional.
Dengan adanya museum film, diharapkan generasi mendatang dapat lebih mengenal dan menghargai karya-karya perfilman Indonesia. Museum ini juga diharapkan dapat menjadi daya tarik wisata budaya yang dapat meningkatkan perekonomian lokal. Pembangunan museum ini merupakan langkah maju dalam upaya pelestarian warisan budaya bangsa Indonesia.