Museum Indonesia: Menuju Era Inklusivitas dan Digitalisasi
Menteri Kebudayaan mendorong peningkatan inklusivitas dan integrasi teknologi digital di museum Indonesia untuk menarik minat generasi muda dan meningkatkan daya saing.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon pada Sabtu, 10 Mei, di Jakarta, menyerukan peningkatan inklusivitas dan integrasi teknologi digital di seluruh museum Indonesia. Hal ini bertujuan untuk membuat museum lebih relevan bagi generasi muda dan meningkatkan daya saing Indonesia di kancah internasional. Indonesia saat ini memiliki sekitar 469 museum yang perlu beradaptasi dengan tuntutan zaman. Peningkatan ini penting agar museum tidak hanya menjadi tempat penyimpanan artefak, tetapi juga pusat pembelajaran dan interaksi yang menarik.
Langkah ini diambil karena Menbud menyadari pentingnya museum sebagai ruang publik yang relevan bagi generasi muda. Museum harus mampu merespon perkembangan zaman dan teknologi agar tetap menarik minat pengunjung. Dengan mengintegrasikan teknologi digital, museum dapat menawarkan pengalaman yang lebih interaktif dan edukatif, sehingga dapat menarik minat generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi.
Inisiatif ini juga didorong oleh adanya tantangan dalam pengelolaan museum di Indonesia, seperti keterbatasan tenaga profesional, kesenjangan kapasitas antarwilayah, keterbatasan pendanaan, dan rendahnya keterlibatan publik. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang komprehensif untuk mengatasi tantangan tersebut dan meningkatkan kualitas pengelolaan museum secara keseluruhan.
Revitalisasi dan Digitalisasi Museum Indonesia
Kementerian Kebudayaan telah membentuk Direktorat Sejarah dan Permuseuman dengan mandat khusus untuk mendorong standardisasi tata kelola kelembagaan yang profesional dan akuntabel. Direktorat ini juga bertugas untuk melakukan revitalisasi dan digitalisasi koleksi serta infrastruktur permuseuman, penguatan kerja sama dan inovasi, dan distribusi Dana Alokasi Khusus (DAK) Non-Fisik secara lebih tepat sasaran. Model tata kelola di Museum Nasional melalui BLU Museum dan Cagar Budaya menjadi contoh yang baik dalam hal pengembangan layanan edukasi dan konservasi, pembentukan Dewan Penyantun, serta penyelenggaraan eksibisi temporer dan inovasi digital dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Augmented Reality (AR).
Pemerintah berharap praktik baik tersebut dapat direplikasi di museum-museum lain di seluruh Indonesia. Dengan demikian, ekosistem permuseuman nasional dapat menjadi lebih maju dan berdaya saing. Upaya ini juga mencakup pembangunan jejaring kerja sama, baik nasional melalui Asosiasi Museum Indonesia (AMI), maupun internasional, seperti ICOM dan INTERCOM.
Program-program residensi kuratorial, riset kolaboratif, serta pengembangan koleksi bersama di situs-situs budaya seperti Sangiran, Borobudur, dan Muaro Jambi juga menjadi bagian penting dari strategi pemajuan museum Indonesia. Inovasi dan kolaborasi menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan pengelolaan museum di era digital saat ini.
Menbud juga menekankan pentingnya adopsi inovasi dan penguatan profesionalisme di kalangan pengelola museum. "Di tengah era disrupsi, museum harus agile. Mengadopsi inovasi, memperkuat profesionalisme, dan membangun jejaring kolaborasi. Museum Indonesia harus menjadi rumah pengetahuan, benteng keberagaman, dan agen transformasi sosial," ujar Menbud Fadli Zon.
Tantangan dan Solusi
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan museum di Indonesia meliputi keterbatasan tenaga profesional, kesenjangan kapasitas antarwilayah, keterbatasan pendanaan, dan rendahnya keterlibatan publik. Untuk mengatasi hal ini, Menbud mendorong pengelola museum untuk membangun jejaring kerja sama, baik nasional maupun internasional. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pengelola museum dan memperluas jangkauan publik.
Selain itu, program-program seperti residensi kuratorial, riset kolaboratif, dan pengembangan koleksi bersama juga menjadi bagian dari solusi untuk meningkatkan kualitas dan daya saing museum Indonesia. Dengan demikian, museum dapat menjadi lebih menarik dan relevan bagi masyarakat luas.
Peningkatan inklusivitas juga menjadi fokus utama. Museum harus menjadi ruang yang inklusif dan dapat diakses oleh semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas. Integrasi teknologi digital dapat membantu dalam mencapai inklusivitas ini, misalnya dengan menyediakan aplikasi mobile yang ramah disabilitas.
Dengan adanya dukungan pemerintah dan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, diharapkan museum di Indonesia dapat terus berkembang dan menjadi pusat kebudayaan yang dinamis dan relevan bagi masyarakat.
Museum Indonesia harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi untuk tetap menarik minat pengunjung. Dengan demikian, museum dapat memainkan peran yang lebih besar dalam melestarikan warisan budaya dan mencerdaskan kehidupan bangsa.