Pendekatan Holistik: Kunci Mengatasi Masalah Kesehatan Mental di Bulan Ramadhan
Psikolog Nurul Adiningtyas menyarankan pendekatan holistik untuk mengatasi masalah kesehatan mental, termasuk manajemen pemicu, konsistensi pengobatan, dukungan sosial, dan ekspresi diri melalui menulis, agar tetap tenang di bulan Ramadhan.

Jakarta, 12 Maret (ANTARA) - Psikolog Nurul Adiningtyas, MPsi dari Universitas Indonesia, menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam pengelolaan kesehatan mental, terutama selama bulan Ramadhan. Ia menyoroti perlunya memahami pemicu stres dan kecemasan, serta pentingnya konsistensi pengobatan dan dukungan sosial untuk menjaga kesejahteraan mental.
Nurul menjelaskan bahwa langkah pertama adalah mengidentifikasi pemicu emosi negatif seperti kecemasan dan depresi. "Misalnya, ada orang yang merasa cemas atau tertekan ketika melihat orang lain marah," ujarnya dalam webinar di Jakarta. Setelah pemicu teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah berupaya menghindari atau mengatasinya dengan cara yang tepat.
Konsistensi pengobatan juga sangat penting. Nurul menyarankan agar individu yang menjalani pengobatan untuk masalah kesehatan mental tetap mengikuti jadwal pengobatan yang telah ditentukan dokter atau psikiater, meskipun sedang berpuasa. "Jika obat tidak bisa digeser jadwalnya karena puasa, itu tidak masalah. Kesehatan mental harus tetap menjadi prioritas," tegasnya.
Mengelola Emosi dan Menjaga Kesejahteraan Mental
Selain pengobatan dan manajemen pemicu, Nurul juga menekankan pentingnya dukungan sosial. Saling mendukung dan terhubung dengan orang lain dapat membantu individu yang mengalami masalah kesehatan mental. Ia juga mendorong konsultasi rutin dengan dokter atau psikiater.
Sebagai cara tambahan untuk mengelola emosi, Nurul merekomendasikan kegiatan menulis. Dalam budaya Indonesia yang cenderung menahan ekspresi emosi, menulis dapat menjadi saluran yang efektif untuk mengekspresi perasaan secara jujur. "Menulis bukan hanya untuk mengungkapkan perasaan negatif, tetapi juga untuk merayakan hal-hal positif dan menghargai diri sendiri," jelasnya.
Nurul menambahkan bahwa menghargai diri sendiri dan menghindari ketergantungan pada validasi eksternal sangat penting. Ia menyarankan untuk memberikan apresiasi pada diri sendiri setiap hari, misalnya dengan mengucapkan terima kasih atas kerja keras tubuh dan pikiran. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dan mengurangi stres.
Di bulan Ramadhan, Nurul menyarankan pembuatan perencanaan dan daftar tugas (checklist) untuk membantu mengatur waktu dan memastikan keseimbangan antara ibadah, kesehatan mental, dan rutinitas harian. "Kita tuh belajar untuk menghargai diri sendiri, jangan menunggu penghargaan atau validasi dari orang lain. Ternyata ya, itu dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis," katanya.
Pendekatan Holistik untuk Ramadhan yang Tenang
Dengan menerapkan pendekatan holistik yang meliputi identifikasi dan manajemen pemicu, konsistensi pengobatan, dukungan sosial, ekspresi diri melalui menulis, dan apresiasi diri, Nurul berharap individu dengan masalah kesehatan mental dapat menjalani Ramadhan dengan lebih tenang dan sehat. Penting untuk diingat bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, dan tidak boleh diabaikan, terutama selama bulan Ramadhan.
Pendekatan ini menekankan pentingnya keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga individu dapat mencapai kesejahteraan mental yang optimal. Dengan memahami dan mengelola pemicu, menjaga konsistensi pengobatan, dan membangun dukungan sosial, individu dapat menghadapi tantangan bulan Ramadhan dengan lebih bijak dan penuh kesadaran.