Waspada! AI Manjakan Anak, Orang Tua Perlu Ajarkan Berpikir Kritis
Psikolog Adityana Kasadravati Putranto mengingatkan orang tua untuk mengajarkan anak berpikir kritis agar tidak bergantung pada kemudahan instan dari kecerdasan buatan (AI).

Jakarta, 3 Mei 2024 (ANTARA) - Kecerdasan buatan atau AI kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Kemudahan akses dan hasil instan yang ditawarkan AI, sayangnya, berpotensi memanjakan anak-anak jika tidak diimbangi dengan pemahaman dan pengawasan yang tepat. Hal ini disampaikan oleh psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia, Adityana Kasadravati Putranto, yang menekankan pentingnya peran orang tua dalam mengajarkan anak untuk berpikir kritis di era teknologi AI.
Adityana mengungkapkan kekhawatirannya akan ketergantungan anak pada jawaban instan dari AI. Ia mendorong orang tua untuk aktif membimbing anak agar tidak hanya menerima informasi mentah dari AI, tetapi juga mampu mempertanyakan, menganalisis, dan mengevaluasi akurasi informasi tersebut. Lebih lanjut, Adityana menyarankan agar orang tua mendiskusikan cara kerja AI dan potensi kesalahan yang mungkin terjadi, sehingga anak memiliki pemahaman yang komprehensif tentang teknologi ini.
Menurut Adityana, AI hanyalah alat bantu, bukan pengganti usaha dan kreativitas anak. Orang tua perlu mengajak anak untuk aktif berkreasi dan menyelesaikan tugas dengan melibatkan pemikiran dan usaha mereka sendiri. Hal ini penting untuk menumbuhkan kemandirian dan kemampuan memecahkan masalah pada anak, bukan hanya sekadar mengandalkan kemudahan yang ditawarkan oleh AI.
Mencegah Ketergantungan dan Mengajarkan Etika Penggunaan AI
Adityana juga menyoroti pentingnya menanamkan nilai kejujuran dan integritas dalam penggunaan AI. Anak-anak perlu diajarkan tentang plagiarisme dan bagaimana menggunakan teknologi dengan cara yang etis dan bertanggung jawab. "Diskusikan dengan anak tentang pentingnya kejujuran dan integritas dalam menggunakan AI. Ajarkan mereka tentang plagiarisme dan bagaimana menggunakan teknologi dengan cara yang etis," kata Adityana.
Pendampingan orang tua sangat krusial dalam penggunaan AI oleh anak. Orang tua tidak hanya berperan sebagai pengawas, tetapi juga sebagai pendamping yang aktif terlibat dalam proses belajar anak melalui teknologi. Hal ini termasuk mendiskusikan apa yang anak pelajari dan bagaimana mereka menggunakan AI. Dengan demikian, orang tua dapat memastikan penggunaan AI yang tepat dan aman bagi anak.
Selain itu, Adityana juga menekankan pentingnya membatasi waktu penggunaan AI dan memilih aplikasi yang aman dan sesuai usia. Terlalu banyak waktu di depan layar dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental anak. Oleh karena itu, penting untuk membuat jadwal yang seimbang antara waktu belajar, bermain, dan berinteraksi sosial.
Memilih Aplikasi yang Aman dan Menjaga Keseimbangan
Dalam memilih aplikasi AI untuk anak, Adityana menyarankan untuk memilih aplikasi yang telah teruji dan aman. Hindari aplikasi yang tidak jelas asal-usulnya dan pastikan konten yang disediakan sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Konten yang tidak sesuai dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan anak.
Lebih lanjut, Adityana mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara penggunaan AI dan interaksi sosial serta aktivitas fisik. Penggunaan AI tidak boleh menggantikan pengalaman belajar yang diperoleh dari interaksi langsung dengan orang lain. Interaksi sosial sangat penting untuk perkembangan sosial dan emosional anak.
Kesimpulannya, dalam era teknologi AI yang semakin maju, peran orang tua dalam membimbing anak sangatlah penting. Dengan mengajarkan berpikir kritis, menanamkan nilai etika, dan membatasi waktu penggunaan, orang tua dapat memastikan bahwa anak-anak dapat memanfaatkan AI secara bijak dan bertanggung jawab, tanpa terjerat dalam ketergantungan yang berpotensi merugikan.