Emosi Sambo Memuncak, Pasca Putri Diketahui Menjadi Korban Perkosaan
Penulis : Ronin Alkaf
26 Desember 2022 20:27
Ferdy Sambo memiliki kemampuan abstraksi imajinasi dan kreativitas yang terbilang sangat baik.
Planet Merdeka - Ahli Psikologi Forensik dari kubu Jaksa Penuntut Umum; Reni Kusumowardhani menjelaskan hasil telaah psikologi mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo. Menurut Reni, kecerdasan Sambo masuk di atas rata-rata. Reni yang juga terlibat dalam penelurusan misteri kematian Kalideres menyampaikan, bahwa Ferdy Sambo memiliki kemampuan abstraksi imajinasi dan kreativitas yang terbilang sangat baik.
"Izin untuk membuka data, jadi untuk dimulai dari Bapak Ferdy Sambo. Bapak FS memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Kemampuan atraksi, imajinasi, dan kreativitasnya sangat baik," ujar Reni di persidangan
Menurut Ahli, bahwa kondisi kemarahan yang memuncak dan tidak tenang menjadi hal paling mendominasi terkait pemicu peristiwa terjadinya tragedi pembunuhan di rumah dinas duren tiga. Hal tersebut, sesuai dengan pengakuan dan pemeriksaan psikologi yang dilaksanakan berjenjang dan menggunakan beberapa metodologi untuk mendukung akurasi pemeriksaan.
"Dan diakui pak Ferdy dalam pemeriksaan langsung bahwa dalam situasi itu memang saya (dia) marah sekali, sudah lupa semuanya," kata Reni.
Terkait Kecerdasan di atas rata-rata itu, kata Reni, bukan berarti Sambo tidak mampu melanggar norma. Apalagi, kata Reni, seseorang yang memiliki kecerdasan tinggi bisa melanggar norma dalam situasi yang mendesak dan dipicu oleh sesuatu yang sangat memicu kemarahan dan naiknya emosi khususnya terkait dengan harga diri dan kehormatan keluarga; sehingga tidak mampu mengendalikan diri.
3 Fase korban kekerasan seksual.
Sementara disisi lain, Reni juga menjelaskan mengapa Putri Candrawati yang menjadi korban kekerasan seksual oleh Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat masih mampu menanggulangi situasi trauma yang dialami, bahkan menemui pelaku.“Yang terjadi pada Ibu PC berdasarkan teori, lebih sesuai dengan respons yang kontrol. Jadi seolah tidak ada emosi apa-apa, seolah-olah tidak terjadi apa-apa, itu merupakan satu bentuk defense mechanism (mekanisme bertahan) untuk bisa tetap tegar, mekanisme pertahanan jiwa,” tegas Reni
Lebih lanjut, Reni Kusumowardhani menuturkan pada Rape Trauma Syndrom atau sindrom perempuan yang mengalami kekerasan seksual sampai pemerkosaan memang ada fase akut. Dalam fase akut atau fase segera ini, sambung Reni, kemungkinannya ada 3 hal yang terjadi pada korban kekerasan seksual.
“Yang pertama adalah express, jadi di sini adalah mengekspresikan kemarahannya, yang kedua itu kontrol, di kontrol ini satu penekanan dan ini memang berelasi dengan ciri-ciri kepribadian tertentu yang internalizing tadi, jadi menekan rasa marahnya, menekan rasa takutnya, menekan rasa malunya, meskipun itu muncul, itu ada itu dikontrol dan kemudian yang ketiga adalah shock disbelief menjadi sulit berkonsentrasi dan sulit mengambil keputusan,” tutup Reni. [*Ron]
- Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
- Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : ronin-alkaf
KOMENTAR ANDA
Artikel Lainnya
-
Ibu Norma Risma Sumpahi Anaknya Susah Melahirkan karena Tak Ingin Pisah Rumah dengan Menantu
30 Desember 2022 10:15 -
Staff RS Syok Lihat Rekaman CCTV, Terima Pasien Sudah Meninggal
23 Desember 2022 08:43 -
Hanya Luka Tembak!, Ahli Forensik Pastikan Tidak Ada Penyiksaan
20 Desember 2022 13:58 -
Menguak Fakta Baru Rekaman CCTV, Kronologi Jelang Penembakan Brigadir J
1 Agustus 2022 09:51
Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.