Pengakuan Menyedihkan Saksi Utama Terkait Tragedi Ampli Berdarah
Penulis : Aulia Maghfiroh
7 Agustus 2017 08:38
Rojali merupakan satu-satunya orang yang melihat betul kejadian saat MA masuk dan keluar dari Musala tanpa mengucap sapa sama sekali, meski berpapasan sangat dekat. Tidak ada juga senyum dari MA kepada Rojali yang saat itu sedang membersihkan halaman Musala. Saat wartawan mencoba untuk meminta kronologi kejadian, senyum terkembang dari Rojali terlihat. Seraya berdiri dari tempat salatnya, Rojali mengajak. "Mari saya ceritakan supaya jelas semuanya," ajaknya keluar dari Musala. Dia mulai menuturkan saat awal pertemuannya dengan MA di depan Musala yang didominasi warna biru cerah itu. MA sama sekali tidak mengucap salam atau senyum kepada pria berusia 40 tahun itu. Padahal dia berada persis di halaman Musala.
MA kemudian mulai mencari tempat Wudhu untuk menunaikan salat Ashar. Sementara Rojali mengambil selang air untuk diisi di dalam sebuah ember besar tidak jauh dari halaman Musala. Pasalnya, pada hari itu, akan ada acara haul organisasi setempat yang akan diadakan di Musala itu. "Itu di depan banyak debunya, jadi saya mau bersihkan halaman. Soalnya malam mau dipakai acara. Jadi saat saya isi ember, MA itu ambil Wudhu di keran kedua itu," dia menunjuk tempat Wudhu yang berada di sisi kanan Musala.
Beberapa saat kemudian, dia kembali berpapasan dengan MA yang hendak keluar dari Musala, dan sekali lagi, tidak ada senyum dan sapa kepada Rojali yang hendak kembali ke Musala dari warung pulsa yang berjarak 10 meter. "Pas keluar ya biasa saja, saya tidak memerhatikan betul dia. Hanya lewat saja sudah," tuturnya.
Zainudin, kerabat Rojali tidak lama datang untuk mengecek kesiapan sound system Musala yang akan digunakan untuk acara malam itu. Di situ, Rojali baru sadar ketika satu amplifiernya yang digunakan untuk adzan Ashar sudah lenyap.
"Saya bilang ke mamang saya ada kok tadi. Saya adzan Ashar kan pakai itu. Saya cek ke dalam, saya baru ingat si MA itu karena hanya dia sendirian yang masuk ke sini terakhir. Saat salat Ashar pun saya hanya berdua sama anak saya," jelas pegawai kantor Minyak Sawit itu.
Bersujud Minta Maaf
"Saya saat itu juga ikut mengejar. Tapi Demi Allah, Demi Rasulullah, saya tidak meneriaki dia. Justru saya meminta agar dia dilepaskan dan amplifier Musala bisa kembali," kata dia dengan suara tegas.
- Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
- Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : aulia-maghfiroh
KOMENTAR ANDA
Artikel Lainnya
-
Ibu Norma Risma Sumpahi Anaknya Susah Melahirkan karena Tak Ingin Pisah Rumah dengan Menantu
30 Desember 2022 10:15 -
Staff RS Syok Lihat Rekaman CCTV, Terima Pasien Sudah Meninggal
23 Desember 2022 08:43 -
Hanya Luka Tembak!, Ahli Forensik Pastikan Tidak Ada Penyiksaan
20 Desember 2022 13:58 -
Menguak Fakta Baru Rekaman CCTV, Kronologi Jelang Penembakan Brigadir J
1 Agustus 2022 09:51
Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.