1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. SEJARAH

Bertarung Dalam Sarung, Tradisi Lelaki Bugis Selesaikan Masalah

Penulis : Bangir

16 November 2016 17:30

Planet Merdeka - Pertarungan biasanya dilakukan di sebuah tempat yang lapang atau sebuah arena.  Namun ada sebuah tradisi pertarungan yang dilakukan oleh kaum pria suku Bugis, Makassar.

Sigajang Laleng Lipa, merupakan tradisi yang dijalani oleh kaum lelaki suku Bugis, Makassar saat menyelesaikan masalah. Tradisi tersebut berupa pertarungan antar lelaki, namun dilakukan di dalam sarung. Tradisi ini dilakukan pada masa kerajaan Bugis dahulu, dan ini merupakan upaya terakhir menyelesaikan suatu masalah adat yang tidak bisa diselesaikan.

2 dari 2 halaman

Seperti dilansir dari halamansulsel, walaupun nyawa yang menjadi taruhannya, suku Bugis Makassar tetap memiliki cara-cara khusus untuk menyelesaikan permasalahan dengan bijak. Sebagaimana dalam pepatah Bugis Makassar yang kira-kira maknanya “ketika badik telah keluar dari sarungnya pantang diselip dipinggang sebelum terhujam ditubuh lawan”.

Makna filosofinya mengingatkan agar suatu masalah selalu dicari solusi terbaik tanpa badik. Hal ini bisaanya dilakukan dengan musyawarah melibatkan dua belah pihak bermasalah serta dewan adat.

Jika dalam musyawarah tidak tercapai kesepakatan, makan berhadap-hadapan atau pertempuran adalah pilihan terakhir. Namun, hal ini juga dilakukan dengan cara-cara tersendiri.

Suku Bugis Makassar berhadap-hadapan dengan lawan yang diselesaikan dengan “assigajangeng”(baku tikam) adalah cara terakhir, dilakukan dalam satu sarung. Face to face masing-masing bersenjata badik/kawali (senjata tradisional masyarakat Bugis Makassar) dengan ring hanya selembar sarung. Tempat,waktu dan penyaksi ditentukan. Biasanya hal ini sulit dihindari kalau masalah menyangkut “siri” (malu,harga diri).

Nilai-nilai dari ritual Sigajang Laleng Lipa (duel satu sarung), yang diartikan sarung sebagai simbol persatuan dan kebersamaan masyarakat Bugis Makassar, berada dalam satu sarung berarti kita dalam satu habitat bersama.

Jadi sarung yang mengikat kita bukanlah ikatan serupa rantai yang sifatnya menjerat, akan tetapi menjadi sebuah ikatan kebersamaan di antara manusia.

Seiring dengan kemajuan pendidikan maka ritual semacam ini telah ditinggalkan oleh masyarakat Bugis Makassar, Namun kini tradisi Sigajang ini telah dilestarikan sebagai warisan budaya leluhur Sulawesi Selatan, yang dipentaskan diatas panggung.

Sumber 1 2

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : bangir

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya