Kisah Kemurtadan Si Jablah, Raja 'Gila Hormat' Sesudah Pulang haji
Penulis : Yuli Astutik
30 Juli 2021 18:24
Pada tarikh Islam, populerlah kisah tentang Raja Jablah. Ia Adalah penguasa kerajaan Ghossan yang memeluk Islam pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab.
Raja ini bersyahadat serta bersaksi memeluk agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW itu.
Dia bahkan berangkat menunaikan ibadah Haji ke Mekah. Tetapi belakangan penguasa negeri Syam itu membelot, memilih murtad dan memeluk nasrani.
Jablah bin Ayham bin Harits Al-A'raaz bin Syamar Al-Ghossani ini menjadi contoh dari keadilan hukum seorang Umar bin Khatab.
Jablah yang seorang raja memukul hidung saudara seimannya seorang muslim yang miskin ketika tawaf mengelilingi kabah.
Tapi saat akan di-Qishas oleh Khalifah Umar, Jablah kabur dan memilih murtad.
Cerita ini dituliskan dalam buku: "Kisah Keadilan Para Pemimpin Islam" karya Nasiruddin S.AG MM.
Pada buku itu diceritakan, Jablah yang baru masuk Islam berangkat berhaji ke kota Makkah. Dilansir dari SuaraJatim.id.
Lantaran Jablah merupakan orang penting ia mengirim surat ke Madinah pusat pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab atas rencananya akan menunaikan ibadah haji.
Sebab Madinah adalah pusat kota, Jablah mengaku mau bersilaturahmi dengan Khalifah Umar sesudah berhaji.
Dengan gembira Khalifah Umar Bin Khattab menerima maksud kedatangan tersebut. Umar berjanji akan melayaninya sebagai tamu kehormatan.
Raja Jablah pun berangkat bersama 500 orang yang terdiri dari keluarga kerajaan, kaum kerabat, handai taulan dan para pengawalnya untuk berhaji bersama-sama.
Ketika rombongan tersebut telah memasuki kota Madinah, Jablah bin Ayham mengutus pengawalnya untuk menginformasikannya ke Khalifah Umar bin Khattab.
Betapa gembiranya khalifah mendengar kedatangan raja Ghossan itu.
Kemudian Umar memerintahkan para penduduk kota Madinah menyambut kedatangannya sambil menyiapkan hidangan untuk tamu terhormat itu.
Sedangkan itu Jablah memerintahkan seratus orang pengawalnya mengenakan pakaian ketentaraan yang terbuat dari sutra.
"Para pengawal tersebut dengan gagahnya mengendarai kuda yang berhiaskan emas, permata dan aneka hiasan lainnya," demikian cerita dalam buku dituliskan.
Sedangkan Raja Jablah sendiri mengenakan mahkota yang bertahtakan intan permata serta berlian yang indah dan mahal.
Ketika rombongan kerajaan Al-Ghossani memasuki gerbang kota Madinah para Penduduk Madinah, maka keluar penduduk kota tersebut, tua muda anak-anak, kaum remaja, kaum bapak, kaum ibu sorak sorai menyambut kedatangan Raja Ghossan tamu kehormatan Khalifah Umar bin Khattab.
Sedangkan itu para janda dan anak gadis setempat sangat terheran-heran dengan pakaian yang dikenakan raja Jablah saat itu.
Ketika sampai di kota Madinah, Raja Jablah langsung menemui Khalifah Umar untuk memberitahu kedatangannya.
Khalifah Umar sontak menyambut kedatangannya dengan penuh penghormatan dan ramah tamah seorang khalifah terhadap pembesar negeri lainnya.
"Assalamualaikum wahai amirul mukminin apa kabarnya Anda saat ini?"
"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh," jawab Khalifah Umar dengan penuh kehormatan.
"Alhamdulillah berkat doa anda sekalian, sampai saat ini saya dalam keadaan sehat wal afiat," kata Umar.
Selanjutnya Umar Bin Khattab menjamu tamunya dengan ramah tamah serta menghidangkan makanan sebagai pengisi perut atas perjalanan yang melelahkan bagi raja Jablah Al-Ghossani bersama rombongan.
Kemudian keduanya ngobrol asik tentang kondisi keamanan dan kesejahteraan rakyat di negeri sekitar Syam.
"Wahai Amirul Mukminin sebenarnya kedatangan saya ke kota Makkah nanti adalah untuk menunaikan ibadah haji tahun ini," katanya.
Khalifah Umar pun menyambut positif maksud kedatangannya seraya berkata.
" Insya Allah saya juga akan melaksanakan ibadah haji tahun ini. Dan jika tidak keberatan bagaimana kita berangkat bersama-sama ke kota Mekkah untuk menunaikan ibadah haji," kata Umar.
Akhirnya Khalifah Umar bersama-sama berangkat bersama rombongan kerajaan Al-Ghossani untuk menjalankan ibadah haji.
Sesampainya di Kota Makkah mereka bersama-sama menjalankan tawaf qudum sebagai tanda kedatangan mereka di Baitullah Ka'bah dan mereka berbaur dengan kaum Muslimin lainnya melaksanakan tawaf dengan khusyu dan khidmat.
Tatkala Jablah sedang melakukan tawaf di sekeliling Ka'bah, menadadk kain ihramnya tanpa disadari terinjak oleh kaki seorang lelaki dari bani Fazaroh, hingga terlepas dari tubuhnya.
Betapa terkejut Jablah dengan hal itu. lalu dengan perasaan kesal ia pukul muka lelaki tersebut dengan tangannya sampai berdarah.
Akhirnya lelaki dari bani Fazaroh itu tidak menerima perlakuan Jablah terhadapnya, karena ia melakukan hal itu tidak dengan sengaja.
Kemudian ia datang dan mengadu kepada Khalifah Umar tentang perlakuan raja Ghossan itu terhadapnya.
"Umar memang seorang khalifah yang sangat arif dan bijaksana serta memperhatikan pengaduan rakyat kecil dan keluhan umatnya," ungkapnya.
Maka, ia pun mendengarkan segala pengaduannya tersebut serta mengakomodasikan untuk dicarikan jalan keluar yang terbaik baginya.
Sesudah itu ia mengutus seseorang untuk memanggil Jablah agar menghadapnya
Umar bertanya. "Hai Jablah, benarkah anda telah memukul seorang lelaki dari bani Fazaroh ketika ia sedang tawaf di sekeliling Ka'bah? "Tanya Khalifah Umar kepada Jablah.
Dengan angkuh Jablah menjawab, "Benar Amirul Mukminin. Memang benar saya telah memukul hidung lelaki itu karena ia dengan sengaja telah menginjak kain ihram saya, hingga akhirnya terlepas dari tubuh saya”.
“Kalau seandainya saja bukan karena kemuliaan Ka'bah baitullah aku sudah saya tebas batang lehernya! ".
Lalu Umar berkata, "Baiklah, karena anda telah melakukan perbuatan yang menyakiti orang lain, maka sebaiknya minta maaf kepadanya, dan kalau tidak saya akan memerintahkan kepadanya untuk menuntut balas atas perbuatan anda tersebut”.
“Karena bagaimanapun anda tidak boleh berbuat sewenang-wenang terhadap sesama muslim!"
Jablah terkejut dan balik bertanya, "Apa yang akan anda lakukan terhadap saya, hai Amirul mukminin?"
Umar menjawab, saya akan menyuruh lelaki dari bani Fazaroh yang pernah anda cederai untuk memukul hindung anda."
Betapa terkejutnya Jablah mendengar ucapan Khalifah Umar bin Khathab itu saya bertanya. "Ya Amirul mukminin, bagaimana mungkin hal itu dapat terjadi? anda sendiri telah mengetahui, bahwa saya ini adalah seorang pembesar dari negeri Syam, sedangkan lelaki itu hanyalah rakyat jelata.
Dengan bijaksana Khalifah Umar berkata kepadanya. "Ketahuilah olehmu hai Jablah sesungguhnya Islam itu telah mempersatukan anda sebagai seorang pembesar suatu kaum dengan lelaki tersebut yang hanya rakyat jelata’.
“Sebenarnya antara anda dengannya tidak ada keistimewaan apa-apa, kecuali keimanan dan ketakwaan."
Khalifah Umar mulai jengkel dan berkata kepadanya. "Sudahlah, anda jangan banyak berkomentar!”
“Kalau anda tetap bersikeras untuk tidak minta maaf kepada lelaki itu, maka saya akan suruh dia untuk menuntut balas kepada anda."
Tetapi, Jablah tetap bersikeras dan tidak mau minta maaf kepadanya, sampai akhirnya ia berkata.
"Kalau Amirul mukminin tetap memaksa saya untuk meminta maaf kepadanya maka saya akan pindah kepada agama Nasrani"
Lalu Khalifah Umar menjawab. "Kalau anda berpindah ke agama Nasrani, maka dengan sangat terpaksa sekali saya akan tebas batang leher anda karena sebelumnya anda telah mengikrarkan dengan suka hati untuk masuk ke dalam agama Islam, dan seandainya sekarang anda akan berpindah agama, maka saya akan memerangi anda," kata Umar.
Tatkala melihat keseriusan dan ketegasan sikap Khalifah Umar tersebut, Jablah merasa takut dan ciut juga hatinya. Lalu ia berpikir sejenak dan berkata.
"Baiklah akan saya pikirkan terlebih dahulu hal ini secara masak-masak malam ini,"
Sesungguhnya pada saat itu sudah berkumpul para pengawal Jablah dan beberapa orang lelaki dari bani Fazaroh di luar rumah Khalifah Umar yang masing-masing siap membela dan mempertahankan kehormatannya.
Sampai dicemaskan akan terjadi pertumpahan darah antara kedua kelompok tersebut. Sudah mendengar ucapan Jablah itu maka Umar pun menyuruh mereka untuk membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing.
Sedangkan itu ketika malam telah menyelimuti bumi dan para penduduk kota Makkah telah lelap dari tidurnya, Jablah beserta beberapa orang pengawalnya mengendap-endap untuk dapat melarikan diri menuju ke negeri Syam.
Tatkala adzan subuh telah dikumandangkan, ternyata Jablah dan rombongannya sudah melarikan diri dari kota Makkah menuju ke negeri Syam.
Sesampainya di negeri Syam, 500 orang pengikutnya pergi ke kota konstantinopel sekarang kita mengenalnya dengan sebutan kota Istanbul untuk menjumpai kaisar Heraklius.
Di hadapan kaisar Romawi tersebut Jablah beserta para pengikutnya menyatakan diri masuk ke dalam agama Nasrani.
- Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
- Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : yuli-astutik
KOMENTAR ANDA
Artikel Lainnya
-
Kisah Khalifah Ali bin Abi Thalib Dalam Kepemimpinan Islam
13 Januari 2022 08:45 -
Peristiwa G30S PKI Menjadi Trending Topic, Netter: Sejarah Kelam Jangan Sampai Terulang
30 September 2021 15:27 -
Alasan Orang-orang Zaman Dulu Tidak Pernah Senyum ketika Berpose
21 September 2021 15:18 -
Trimurti Mengungkap Kekejaman Penjara Wanita Zaman Belanda, Tahanan Disiksa Sampai Gangguan Jiwa
16 September 2021 18:03 -
Ini Dia Barisan Pahlawan di Pinggiran Arus Besar Sejarah
20 Agustus 2021 20:34 -
Siapakah Gumiho, Siluman Rubah yang Terkenal di KDrama?
10 Juni 2021 22:25
Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.