1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. SEJARAH

Pacu Kuda Tradisional Gayo "Hanya Tinggal Nama"

Penulis : ElmanSyahPutra

11 Januari 2018 11:33

Pacu kude merupakan salah satu acara budaya masyarakat gayo

Planet Merdeka - Pacu Kuda atau "Pacu Kude" Tradisional Gayo, merupakan evant tahunan di wilayah dataran tinggi Gayo yang meliputi tiga Kabupaten Kota, yakni Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues. Pacu kude merupakan salah satu acara budaya masyarakat gayo yang sudah ada sejak dulu. Dulu pacu kude ini adalah dipersembahkan untuk memeriahkan ulang tahun ratu Belanda yang bernama (Ratu Helminia).

Ratu Helminia adalah putri komandan pasukan Belanda, dan pada masa itu, putri Helminia berulang tahun dan para serdadu belanda menyuruh memerintahkan masyarakat gayo pada waktu itu, untuk memeriahkan ulang tahun putri komandannya untuk mengadakan pacuan kuda atau "pacu kude".

Dan pacu kude, kini dijadikan masyarakat gayo menjadi acara sakral budaya di wilayah tiga Kabupaten Kota itu. Kini pacu kude setiap tahunnya di adakan dua kali dalam setahun.

Namun dengan perkembangnya zaman dan juga cangihnya alat-alat modern. Membuat kuda-kuda lokal terancam punah, dan kini dalam evan lomba itu sudah kebanyakan diikut lombakan kuda-kuda inport, sementara kuda lokal kini terancam punah.

Seperti dikatakan Rahmad Syah (Aman Cahyo), dulu pada tahun 1991 kebawah, pada acara sakral evant budaya gayo yakni pacu kude itu, kuda-kuda yang diikut sertakan adalah kuda lokal.

"Dulu kuda yang ikut serta dalam lomba pacu kuda itu adalah kuda-kuda yang membajak sawah dan postur tubuhnya juga kecil, kalo sekarang kuda yang ikut lomba evant tersebut sudah kebanyakan kuda-kuda inport dari luar dengan postur tubuh yang tinggi," ujarnya Kamis (11/01/2018).

Dia menambahkan, pada acara evant sakral masyarakat gayo ini pada massa lalu, cukup unik dan sangat kental dengan budaya masyarakat gayo pada tempo dulu, jika saat ini dilihat pacu kuda tersebut, nilai budayanya sudah rada kehilangan, disebabkan dengan majunya perkembangan dunia dan modern.

"kalau pacu kuda dulu nilai budaya tradisionalnya sangat kental, waktu itu cara pelepasan kudanya juga unik, yakni pemilik kuda yang masuk arena sambil memegang kudanya dan memutar-mutar kudanya, pemilik sambil melihat bendera start, ketika bendera sudah terangkat, para pemilik langsung melepas kuda yang ikut dipacu. kalo saat ini cara pelepasan kuda nya sudah mengunakan krengkeng, seperti acara-acara diluar sana," ungkapnya.

Dia berharap, kapada pemerintah Daerah agar mengeluarkan aturan tentang kuda-kuda yang di inport untuk diikut sertakan dalam evant sakral budaya pacu kude gayo ini.

"Jika tidak ada aturan dari Pemda setempat tentang aturan kuda-kuda inport, maka yang dikhawatirkan adalah hilangnya kuda lokal dan budayanya,"tandasnya.

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : elmansyahputra

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya