1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. SEJARAH

Polemik Akhir Hayat Sang Proklamator Termasuk Pemakaman Soekarno di Blitar

Penulis : Yuli Astutik

9 Juni 2021 15:33

Soekarno alias Bung Karno kalau makan jarang pakai sendok.

Misterius, sampai saat ini kematian Presiden Pertama Indonesia, Ir Soekarno  masih menyimpan banyak polemik.

Karena beredar kabar simpang siur soal kematian sang Proklamator yang tak wajar usai dilengserkan.

Salah satu nama yang selalu dihubungkan dengan masa akhir hidup Soekarno ialah Soeharto.

Dilansir dari Intisari-Online, era kepemimpinan Soekarno menjalani keredupan pada dekade 60-an.

Selang beberapa tahun kemudian, Soekarno pun wafat.

Oleh presiden yang memimpin ketika itu, Soeharto, jenazah Soekarno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

Berhubungan dengan hal ini, seorang aktor yang pernah memerankan sosok Soeharto di film "Pengkhianatan G30S/PKI", Amoroso Katamsi, pernah angkat bicara.

Hal itu sebagaimana yang tertulis dalam buku "Pak Harto, The Untold Stories".

Dilansir dari TribunJatim, Amoroso mengungkapkan, dia pernah menanyakan hal itu kepada Soeharto.

Menurut Amoroso, terdapat sejumlah hal yang disampaikan Soeharto terkait masalah memakamkan Soekarno di Blitar. Dilansir dari Grit hot.

2 dari 5 halaman

Satu di antaranya sebab di sana, jenazah Soekarno bisa dimakamkan dekat dengan sang ibu.

"Ketika Bung Karno meninggal mau dimakamkan di mana, karena ketika itu terdapat berbagai masukan dari keluarga beliau. Tetapi saya ingat bahwa Bung Karno adalah orang yang sangat menghargai ibunya. Jadi saya putuskan beliau dimakamkan dengan ibunya di Blitar," kata Amoroso, menirukan Soeharto.

Selain itu, hal tersebut pun sebagai bentuk penghormatan Soeharto kepada Soekarno.

Sebab, Amoroso pernah menanyakan sesuatu kepada Soeharto terkait perannya dalam film "Trikora".

3 dari 5 halaman

"Ketika itu Bapak kan ngendiko (mengatakan), saat Bung Karno bertanya kepada Bapak, aku iki arep mbok apakke (saya ini mau kamu apakan)?," ujar Amoroso, yang kembali menirukan ucapan Soeharto.

Mendapat pertanyaan dari Soekarno, Soeharto pun segera menjawabnya.

"Saya ini orang Jawa. Saya menganggap Bapak adalah bapak saya, sehingga prinsipnya adalah mikul dhuwur mendhem jero (mengangkat semua kebaikan setinggi-tingginya, menimbun semua keburukan sedalam-dalamnya)," kata Amoroso, yang masih mengulang ucapan Soeharto.

Satu diantara cara yang disampaikan Soeharto adalah mengabadikan nama Soekarno di pintu gerbang Indonesia, Bandara Soekarno-Hatta.

4 dari 5 halaman

"Situasi politik pada waktu itu tidak memungkinkan saya berbuat banyak kepada Bung Karno, karena itu akan bertentangan dengan kehendak rakyat. Tetapi sesudah semuanya reda, saya segera memerintahkan untuk mengabadikan nama beliau di pintu gerbang Indonesia, Bandara Soekarno-Hatta," tutur Amoroso menirukan jawaban Soeharto.

Amoroso pun menceritakan alasan Soeharto memberikan gelar Pahlawan Proklamasi kepada Soekarno.

Menurutnya, ketika itu ada banyak pro kontra mengenai gelar pahlawan untuk Soekarno.

Tak cuma itu, Soeharto juga sempat berpikir, gelar pahlawan apa yang paling tepat untuk Soekarno.

Hingga, akhirnya Soeharto pun memberikan gelar Pahlawan Proklamasi kepada Soekarno.

"Akhirnya saya berikan nama Pahlawan Proklamasi dan itu tidak ada yang bisa melawan, karena memang kenyataannya Bung Karno adalah Sang Proklamator," ujar Amoroso, yang sekali lagi menirukan ucapan Soeharto.

Megawati mengungkapkan keluarga tak setuju Bung Karno dimakamkan di Blitar

Haul Proklamator RI Bung Karno ke-48 diselenggarakan di Makam Bung Karno, Bendogerit, Kota Blitar, Rabu (20/6/2018) lalu.

Dalam kesempatan tersebut, Putri Bung Karno, yaitu Megawati Soekarnoputri, berkesempatan menyampaikan sambutan sebagai perwakilan dari keluarga besar Bung Karno.

Presiden RI ke-5 tersebut mengisahkan, bagaimana perjuangan ayahnya bukan cuma dalam memerdekakan Indonesia, tapi juga bangsa-bangsa lain yang terjajah.

"Dedikasi Bung Karno kepada bangsa dan negara, baik dalam pemikiran maupun karya, dan perjuangannya sangat luar biasa. Tidak heran rakyat Indonesia menyebut beliau Proklamator, Bapak Bangsa, dan juga sering disebut penyambung lidah rakyat Indonesia," kata Megawati.

Air mata Megawati mulai menetes ketika mengisahkan bagaimana kehidupan Bung Karno di akhir-akhir umurnya.

Yang justru harus dibuang dan dipenjara oleh pemerintah yang baru.

"Saya ikhlas dibuang, dipenjara, karena saya yakin, suatu saat kita akan punya negara dan bangsa, itu yang diceritakan Bung Karno kepada kami, anak-anaknya," ujar Ketua Umum PDI Perjuangan ini.

Ketika Bung Karno wafat, Megawati menceritakan bahwa keluarga tak menyetujui untuk dimakamkan di Blitar.

"Tetapi karena pada waktu itu pemerintahan begitu keras, jadi seluruh keluarga akhirnya merelakan untuk dimakamkan disini," lanjutnya.

Ketika jenazah Bung Karno sampai di Kota Blitar, Megawati mengungkapkan banyak rakyat yang datang untuk mengantarkan jenazah Bung Karno.

5 dari 5 halaman

"Padahal waktu itu, masyarakat tidak boleh banyak yang datang dan sangat dijaga dengan kuat, tetapi saya masih ingat arus dari rakyat itu tidak ada yang bisa membendung, karena rakyat memang mencintai beliau," kata Megawati sambil menyeka air matanya.


Bahkan tidak cukup sampai di situ, Megawati menduga sudah terjadi Desoekarnoisasi, yang bertujuan untuk menghilangkan ide dan gagasan yang telah dibangun oleh Bung Karno, di negara yang telah dimerdekakannya sendiri.


"Tapi saya bilang kepada Ayah saya, kami meminta izin pada beliau, kali ini Bapak, saya terjunkan salah satu cucu kamu yaitu Puti Guntur Soekarno, saya minta kepada rakyat Jatim untuk bisa menghargai Bung Karno dengan memenangkan cucunya bagi Jatim," kata Megawati.

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : yuli-astutik

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya