1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. SEJARAH

Salamah ibn Al-Akwa'

Penulis : Muhammad Lutfi

15 September 2022 23:49

Salamah ibn Al-Akwa, sebuah nama yang menenangkan hati bagi setiap insan yang mendengarkannya. Namun, nama tersebut selalu luput dari cerita dan kisah. keharuman namanya tidak pernah sampai tercium oleh hidung kita, kesejukkan namanya tidak sampai terasa oleh hati kita, dan keindahan namanya tidak pernah sampai terdengar oleh telinga kita.

Salamah seorang pria Arab yang pihai dalam memainkan anak panah dan tombak. Kemampuan nya dapat menyaingin kemampuan Abdullah ibn Jubair yang di tunjuk Rasulullah untuk memimpin pasukan pemanah muslimin di atas bukit uhud. Selain itu, Salamah juga seorang yang sangat dermawan dan baik hati. Ia gemar membagi makanan kepada orang lain meskipun ia sendiri dalam keadaan lapar. Ia gemar membuat kebajikan. Waktu-waktunya disibukkan dengan amal soleh. Dalam beberapa riwayat, iya terlibat aktif dalam peristiwa baitul ridwan bersama para sahabat yang lain.

Suatu ketika, Rasulullah SAW hendak melakukan ziarah ke kota Makkah. Perjalanan Rasulullah disertai dengan para sahabat mulia. Namun, keinginan Rasulullah terhalang oleh kerasnya orang-orang Quraiys di Mekkah. kafir Quraiys melarang kaum muslimin memasuki kota Mekkah, terutama kawasan kakbah. Rasulullah sangat bersedih, Ia pun menunjuk usman ibn Affan sebagai diplomator muslimin. Kemudian selang beberapa waktu, tersebar isu bahwa Usman ibn Affan di bunuh oleh kafir Quraisy. Rasulullah pun segera merapatkan barisan muslim dan mengambil janji setia untuk membela Nabi SAW dan senantiasa menegakkan agama Allah di muka bumi ini.

Disaat itu hadir Salamah, salah satu sahabat mulia Nabi Muhammad SAW. Ketika janji mulai diucapkan dari mulut kaum muslim, maka Salamah pun ikut mengucapkan dengan lantang dan penuh percaya diri. Suaranya lebih keras daripada hembusan badai yang melintasi gurun sahara. Atau lebih nyaring daripada benturan pedang dari dua orang pasukan yang kuat yang berperang. Janji Salamah begitu tulus seakan-akan urat nadinya pun ikut mengucapkan janji setia. “Aku membaiat Rasulullah di bawah pohon, tanpa ragu menyerahkan segala jiwa ragaku untuk menegakkan agama Allah di muka bumi ini. asyhadu allaa ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan Rasullullah”

Dalam riwayat lain, Salamah adalah seorang pria yang gemar berjalan kaki dalam berperang. Berbeda dengan para sahabat yang lain yang mayoritas mengendara kuda saat berberang. Kemampuan nya dalam memainkan anak panah dan tombak merupakan anugrah besar untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Salamah juga seorang yang sangat cerdas dalam strategi perang. Ia kerapkali menggunakan teknik kilat dalam menyerang musuh. Alhasil, disaat sahabat yang lain berhasil mengalahkan satu musuh, Salamah justru mampu mengalahkan dua hingga tiga musuh dalam durasi waktu yang sama.

Selama hidupnya, Salamah banyak berperan aktif dalam memperhatankan kota Madinah. Suatu saat, ketika kota Madinah mendapat gempuran dari Uyainah ibn Haishan, Salamah menjadi orang pertama yang menghalau kekuatan Uyainah. Ia berhasil menghalangi pergerakan musuh dengan sangat berani. Dengan modal anak panah dan sebilah tombak, ia mampu membuat pasukan Uyainah terkocar-kacir dan lari dengan perasaan malu. Maka disaat musuh menjauh, Rasulullah SAW pun datang dengan membawa sejumlah bala bantuan menghalau pasukan Uyainah. Namun sampainya Rasulullah dititik peperangan, Rasulullah justru tersenyum dan mengatakan kepada para pasukannya “ini adalah pasukan terbaik yang gemar berjalan kaki kita” maksunya adalah Salamah ibn Al-Akwa’.

Salamah tela bahu membahu mempertahankan agama Allah di muka bumi ini dengan para sahabat mulia yang lain. Ia tidak mau melihat umat Islam terpecah belah. Ketika melihat fitnah al-kubra yang terjadi pada masa akhir kepemerintahan Usman ibn Affan, ia menangis. Seakan-akan ia telah makukan kesalahan besar. Ia pun mengemas barang yang dimilikinya dan segera pergi mengasingkan diri menuju  wilayah Rabzah. Sebuah kampung yang dulu menjadi pilihan Abu Dzar al-Ghifari untuk melakukan hijrah dan menjadi tempat kehidupan barunya. Di Rabzah, ia menghabiskan sisa hidup nya untuk mencari kedamaian dan fokus untuk beribadah kepada Allah SWT. Sesekali ia pun merasa rindu dengan kota Mekkah. Kerap kali air mata menetes di pipinya yang mengandung sejuta kenangan dengan Rasullullah SAW. Sungguh, betapa mulianya sahabat Nabi yang satu ini.

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : muhammad-lutfi

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya