Scheunemann Sarankan Liga Sepak Bola Putri Indonesia Terbatas Demi Keberlanjutan
Pelatih Timo Scheunemann usul batasi jumlah tim di liga sepak bola putri Indonesia agar lebih berkelanjutan dan terintegrasi dengan pendidikan, mengingat komitmen atlet putri yang sering terbagi antara karier dan keluarga.

Pelatih sepak bola profesional, Timo Scheunemann, baru-baru ini menyarankan agar liga sepak bola putri profesional di Indonesia tidak diikuti oleh terlalu banyak tim. Saran ini disampaikannya dalam wawancara dengan Antara di Kong Soccer Arena, Jakarta, Minggu lalu. Menurutnya, pembatasan jumlah tim akan berdampak positif pada keberlanjutan kompetisi dan iklim sepak bola putri secara keseluruhan. Hal ini juga mempertimbangkan realita kehidupan atlet putri Indonesia.
Scheunemann mengusulkan agar liga profesional hanya diikuti oleh delapan kota saja, dengan integrasi yang kuat dengan sistem universitas. "Saya justru melihat kalau idealnya liga pro itu tidak usah banyak tim, misalnya delapan kota saja, dan dihubungkan dengan universitas. Jadi mereka main pro sekaligus main di tim universitas. Jadi ada liga universitasnya, tapi juga ada liga pro-nya dengan pemain yang kira-kira hampir sama gitu," ujarnya. Ia menambahkan bahwa dukungan orang tua akan lebih mudah didapatkan jika ada jaminan pendidikan bagi anak-anak mereka yang menekuni sepak bola profesional.
Gagasan ini muncul dari pertimbangan realistis terhadap kehidupan atlet putri Indonesia. Scheunemann menekankan bahwa komitmen atlet putri sering terbagi antara karier dan kewajiban keluarga. "Kalau perempuan tidak realistis seperti itu (liga rutin bergulir setiap pekan), karena kita juga harus lihat semuanya itu ada faktor ekonomi kan. Dan kalau putri biasanya juga, apalagi di Asia, umur 25 udah menikah dan sebagainya," jelasnya. Dengan jumlah tim yang terbatas, kompetisi akan lebih terkelola dan tidak terlalu membebani para atlet.
Jumlah Tim Terbatas, Kompetisi Lebih Berkelanjutan
Dengan mengurangi jumlah tim peserta, jalannya kompetisi akan lebih pendek dan terkelola. Hal ini dianggap Scheunemann lebih realistis untuk diterapkan di Indonesia, mengingat tantangan yang dihadapi atlet putri. Sistem yang lebih terfokus ini diharapkan mampu menciptakan ekosistem sepak bola putri yang lebih sehat dan berkelanjutan. Integrasi dengan sistem universitas juga diharapkan dapat memberikan jaminan pendidikan bagi para atlet, sehingga mereka memiliki alternatif karier di masa depan.
Pendekatan ini juga mempertimbangkan aspek ekonomi. Kompetisi yang lebih singkat dan terfokus akan mengurangi beban finansial bagi klub dan para atlet. Hal ini sangat penting, terutama di Indonesia, di mana dukungan finansial untuk sepak bola putri masih terbatas. Dengan demikian, keberlanjutan liga dapat lebih terjamin.
Usulan ini juga sejalan dengan rencana PSSI untuk mengembangkan sepak bola putri di usia dini melalui Piala Pertiwi untuk usia 14 dan 16 tahun. Kompetisi ini dirancang sebagai jenjang menuju Liga 1 Putri yang direncanakan akan digelar pada tahun 2027. Dengan adanya sistem pembinaan yang terstruktur dan berkelanjutan, diharapkan kualitas atlet putri Indonesia dapat terus meningkat.
Menjaga Keseimbangan Karier dan Keluarga
Salah satu poin penting yang diangkat Scheunemann adalah pentingnya mempertimbangkan keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi atlet putri. Banyak atlet putri di Indonesia yang pada usia 25 tahun sudah menikah dan memiliki tanggung jawab keluarga. Oleh karena itu, kompetisi yang terlalu panjang dan melelahkan dapat mengganggu keseimbangan tersebut.
Dengan liga yang lebih terfokus dan terintegrasi dengan sistem pendidikan, atlet putri memiliki kesempatan untuk mengejar pendidikan dan memiliki alternatif karier di luar sepak bola. Hal ini akan memberikan mereka rasa aman dan mengurangi tekanan yang mungkin mereka hadapi jika hanya bergantung pada karier sepak bola.
Sistem ini juga dapat menarik lebih banyak minat dari orang tua untuk mendukung anak-anak mereka dalam menekuni sepak bola. Dengan adanya jaminan pendidikan, orang tua akan lebih percaya diri untuk mendukung karier sepak bola putri mereka tanpa harus khawatir akan masa depan anak-anak mereka.
Pentingnya Pembinaan Sepak Bola Putri
Meskipun saat ini kompetisi sepak bola putri di Indonesia masih minim, prestasi timnas putri Indonesia yang menjuarai Piala AFF Putri pada Desember 2024 menunjukkan potensi besar yang dimiliki para atlet putri Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk terus mengembangkan dan membina atlet putri agar mereka dapat terus berprestasi di tingkat nasional maupun internasional.
Dengan menerapkan sistem liga yang lebih terfokus dan terintegrasi dengan sistem pendidikan, diharapkan pembinaan sepak bola putri di Indonesia dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan. Hal ini akan menghasilkan atlet-atlet putri yang berkualitas dan berprestasi, serta mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Penting untuk diingat bahwa liga sepak bola putri yang sukses membutuhkan perencanaan yang matang dan komprehensif. Usulan Scheunemann merupakan salah satu langkah penting untuk menciptakan ekosistem sepak bola putri yang lebih sehat dan berkelanjutan di Indonesia. Semoga usulan ini dapat menjadi pertimbangan bagi PSSI dalam merencanakan pengembangan sepak bola putri di masa mendatang.