Atlet Indonesia Finis Terakhir di Final Panjat Tebing Lead Putra Piala Dunia 2025
Muhammad Rizky Syahrafli Simatupang, atlet panjat tebing Indonesia, finis di posisi terakhir pada final disiplin lead putra Piala Dunia Panjat Tebing 2025 di Nusa Dua, Bali, sementara Jepang raih emas.

Atlet Indonesia, Muhammad Rizky Syahrafli Simatupang, harus menerima kenyataan pahit setelah finis di urutan terakhir pada babak final disiplin lead putra Piala Dunia Panjat Tebing 2025 di Nusa Dua, Bali, Minggu malam (4/5). Atlet berusia 21 tahun ini, yang merupakan satu-satunya wakil Indonesia yang lolos ke final dari enam atlet yang dikirim, berjuang keras menaklukkan rute yang menantang di hadapan ratusan penonton. Pertandingan ini menandai keikutsertaan Indonesia dalam ajang bergengsi tersebut, dengan total 31 atlet yang dikirim untuk berbagai disiplin.
Mengenakan jersey putih bernomor punggung 50, Rizky memulai pendakian dengan tenang. Namun, ia harus menghentikan pendakiannya pada rute yang belum setengahnya terlewati, dengan waktu tersisa 02.18 menit dari total waktu enam menit yang diberikan. Skor akhir yang ia raih adalah 12, jauh di bawah para pesaingnya. Kegagalan ini menjadi catatan tersendiri bagi kontingen Indonesia dalam ajang Piala Dunia Panjat Tebing 2025.
Meskipun Rizky gagal meraih prestasi maksimal, partisipasinya dalam final ini tetap menjadi pengalaman berharga. Ajang Piala Dunia Panjat Tebing 2025 di Bali diikuti oleh 221 atlet dari 32 negara, menunjukkan tingkat persaingan yang sangat ketat. Indonesia sendiri mengirimkan 31 atlet, terdiri dari 10 atlet speed putra, 9 atlet speed putri, dan 6 atlet lead putra serta 6 atlet lead putri. Keikutsertaan ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam mengembangkan olahraga panjat tebing.
Hasil Pertandingan dan Perolehan Medali
Kontras dengan performa Rizky, atlet Jepang, Satone Yoshida, berhasil meraih medali emas dengan skor 42. Yoshida hampir mencapai puncak sebelum akhirnya tergelincir. Medali perak direbut oleh atlet Prancis, Max Bertone, dengan skor 41, sedangkan medali perunggu diraih oleh atlet Spanyol, Alberto Gines Lopez, dengan skor 39. Ketiga atlet ini menunjukkan performa luar biasa dan strategi yang matang dalam menaklukkan rute yang menantang.
Max Bertone, atlet berusia 18 tahun, menunjukkan penampilan yang meyakinkan di awal pendakian, bahkan sempat melambaikan tangan kepada penonton. Namun, ia harus terhenti saat waktu tersisa 01.08 menit. Sementara itu, Alberto Gines Lopez terhenti saat tersisa 01.20 menit. Perbedaan waktu dan skor yang tipis antara peraih medali emas, perak, dan perunggu menunjukkan betapa sengitnya persaingan dalam final tersebut.
Indonesia sebelumnya telah berhasil meraih dua medali perunggu melalui Kiromal Katibin (speed putra) dan Kadek Adi Asih (speed putri) pada final yang berlangsung Sabtu (3/5). Namun, di sektor lead putra dan putri, Indonesia belum berhasil meraih medali. Hasil ini menjadi evaluasi bagi tim pelatih untuk meningkatkan pembinaan atlet panjat tebing Indonesia agar lebih kompetitif di kancah internasional.
Analisis dan Harapan Ke Depan
Keikutsertaan Indonesia dalam Piala Dunia Panjat Tebing 2025 di Bali merupakan langkah penting dalam pengembangan olahraga panjat tebing nasional. Meskipun hasil yang diraih belum maksimal, partisipasi ini memberikan pengalaman berharga bagi para atlet untuk belajar dan berkembang. Persaingan yang ketat dari atlet-atlet dunia menjadi tolok ukur bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas pelatihan dan pembinaan atlet.
Ke depan, perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap program latihan dan pembinaan atlet panjat tebing Indonesia. Peningkatan kualitas pelatihan, fasilitas, dan dukungan dari berbagai pihak sangat penting untuk meningkatkan prestasi atlet Indonesia di ajang internasional. Harapannya, Indonesia dapat meraih prestasi yang lebih baik di masa mendatang dan mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia panjat tebing.
Seri ketiga Piala Dunia Panjat Tebing 2025 di Bali diikuti oleh 221 atlet dari 32 negara, menunjukkan tingginya minat dan perkembangan olahraga panjat tebing di dunia. Indonesia perlu terus berbenah dan meningkatkan kualitas atletnya agar dapat bersaing secara kompetitif di kancah internasional.
Dengan pengalaman berharga yang didapatkan dari ajang ini, diharapkan atlet-atlet Indonesia dapat terus berlatih dan meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi kompetisi internasional berikutnya. Dukungan dari pemerintah dan masyarakat sangat penting untuk mendorong perkembangan olahraga panjat tebing di Indonesia.