644 Warga Dievakuasi Akibat Erupsi Gunung Ibu Level Awas
Erupsi Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara, telah menyebabkan evakuasi 644 warga ke berbagai pos pengungsian sementara aktivitas vulkanik masih fluktuatif.
Erupsi Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara, telah memaksa evakuasi ratusan warga. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan hingga Senin, 20 Januari 2025, sebanyak 644 jiwa telah mengungsi untuk menghindari dampak erupsi Gunung Ibu yang kini berada pada level tertinggi, yaitu Awas (Level IV).
Proses evakuasi warga dari enam desa di Kecamatan Tabaru masih terus berlangsung, dipimpin oleh tim gabungan. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyatakan angka pengungsi masih berpotensi bertambah. Evakuasi dilakukan untuk melindungi warga dari bahaya paparan material erupsi gunung yang aktivitasnya masih tak menentu.
Data Pos Komando Penanganan Darurat Erupsi Gunung Ibu per Minggu (19/1) pukul 16.00 WIT menunjukkan ratusan warga telah tersebar di enam pos pengungsian. Rinciannya: Pos Pengungsian Kantor Desa Tongute Sungi (56 orang), Pos Pengungsian Gereja Tongute Sungi (245 orang), dan Pos Pengungsian Gereja Akesibu (70 orang).
Kemudian, ada Pos Pengungsian SD Inpres Tongute Goin (40 orang), Pos Pengungsian SMK Akesibu (188 orang), dan Pos Pengungsian SD Akesibu (65 orang). BNPB memastikan akan terus mendampingi Pemkab Halmahera Barat dalam penanganan darurat ini.
Penyaluran Logistik Diprioritaskan
Salah satu fokus utama saat ini adalah memastikan kelancaran penyaluran logistik ke pos-pos pengungsian. Pemerintah telah menambah dukungan kendaraan untuk mempercepat distribusi barang kebutuhan pokok. "Setiap pos pengungsian mengajukan daftar kebutuhan, lalu didistribusikan oleh tim logistik," jelas Abdul Muhari.
Status Awas dan Rekomendasi Badan Geologi
Badan Geologi Kementerian ESDM menaikkan status Gunung Ibu menjadi Awas pada Rabu (15/1) siang, setelah mendeteksi peningkatan signifikan aktivitas vulkanik pada periode 1-14 Januari 2025. Hingga Senin pukul 12.12 WIT, erupsi masih terjadi dengan tinggi kolom abu rata-rata 1.000 meter di atas puncak. Erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 28 mm dan durasi 61 detik.
Badan Geologi merekomendasikan masyarakat dan wisatawan untuk menjauhi radius 5 kilometer dari puncak, serta perluasan sektoral 6 kilometer ke arah utara kawah aktif. Rekomendasi ini menjadi dasar evakuasi warga di Kecamatan Tabaru. Pemkab Halmahera Barat menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari efektif 15 Januari 2025.
BNPB berkomitmen untuk terus memantau situasi dan memastikan bantuan terus mengalir kepada para pengungsi. Kerjasama dan koordinasi antar instansi menjadi kunci keberhasilan penanganan bencana ini.