Alternatif Cuci Darah di Rumah: Kenali CAPD, Terapi yang Lebih Fleksibel
Selain hemodialisis, Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) menawarkan solusi cuci darah di rumah tanpa mesin, memberikan fleksibilitas bagi pasien ginjal tahap akhir.
Jakarta, 14 April 2024 (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam RS Ngoerah, dr. Yenny Kandarini, memperkenalkan alternatif terapi cuci darah selain hemodialisis, yaitu Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Metode ini menawarkan kemudahan karena dapat dilakukan di rumah tanpa memerlukan mesin cuci darah yang besar dan rumit. CAPD memungkinkan pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir untuk menjalani perawatan di lingkungan yang lebih nyaman dan fleksibel.
"CAPD adalah tindakan dialisis atau pembersihan darah yang berkesinambungan, dilakukan menggunakan kantong abdomen atau perut sebagai tempat cairan pembersih," jelas dr. Yenny dalam siaran Kementerian Kesehatan. Terapi ini memberikan solusi bagi pasien yang membutuhkan terapi pengganti ginjal dan dialisis, namun dengan cara yang lebih praktis dan mandiri.
Meskipun menawarkan kemudahan, CAPD memiliki beberapa kontraindikasi. Pasien dengan gangguan pencernaan berat atau riwayat operasi infeksi perut, misalnya, tidak direkomendasikan untuk menjalani terapi ini. Namun, bagi pasien yang memenuhi syarat, CAPD menawarkan kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan dengan hemodialisis yang mengharuskan kunjungan rutin ke rumah sakit.
CAPD: Membersihkan Darah Sepanjang Waktu
Terapi CAPD bekerja dengan cara memasukkan cairan khusus ke dalam rongga perut. Cairan ini menyerap zat-zat sisa dan racun dari darah, mirip dengan fungsi ginjal normal. Proses ini berlangsung terus-menerus, dengan cairan diganti beberapa kali sehari. "Rata-rata cairan dimasukkan 4 kali sehari, tergantung jenis cairan," ungkap dr. Yenny. Proses penggantian cairan biasanya dilakukan pagi hari sebelum beraktivitas, setelah pulang kerja, dan sebelum tidur.
Salah satu keuntungan utama CAPD adalah fleksibilitasnya. Pasien dapat menjalani perawatan tanpa harus absen dari pekerjaan atau sekolah. "Berdasarkan testimoni pasien, energi mereka lebih stabil karena kotoran darah dibuang setiap hari," kata dr. Yenny. Hal ini berbeda dengan hemodialisis yang umumnya dilakukan dua kali seminggu. Lebih lanjut, pasien juga melaporkan peningkatan nafsu makan, berkurangnya sesak napas, dan peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan.
Dr. Yenny juga menekankan pentingnya informasi dan edukasi terkait CAPD. Dahulu, metode ini kurang dikenal, sehingga sedikit pasien yang memanfaatkannya. Padahal, CAPD merupakan pilihan yang sangat baik, terutama bagi pasien yang masih aktif beraktivitas. Dengan informasi yang lebih luas, diharapkan lebih banyak pasien dapat merasakan manfaat dari terapi ini.
Proses dan Perawatan CAPD
Sebelum memulai terapi CAPD, pasien akan menjalani konsultasi dan edukasi dengan dokter. Setelah pasien setuju, akan dilakukan pemasangan kateter di daerah perut melalui operasi ringan. "Setelah kateter terpasang, CAPD tidak bisa langsung dilakukan. Kita tunggu hingga sembuh dulu, sekitar 1-2 minggu baru pelatihan dimulai," jelas dr. Yenny.
Pelatihan mencakup cara memasukkan dan mengganti cairan. Pasien yang kesulitan, seperti lansia, akan didampingi. Kebersihan lingkungan sangat penting, termasuk ketersediaan air bersih untuk mencuci tangan dan penggunaan masker selama prosedur penggantian cairan. Pemerintah melalui BPJS Kesehatan menyediakan paket cairan CAPD yang dikirimkan sebulan sekali ke rumah pasien.
Perlu diperhatikan bahwa pasien CAPD perlu mengatur pola BAB agar cairan tidak tersumbat. "Pasien CAPD lebih bebas makan buah, misalnya," tambah dr. Yenny. Namun, komplikasi seperti peritonitis (infeksi selaput perut) dapat terjadi. Gejalanya meliputi demam dan cairan tubuh yang keruh.
Kesimpulannya, CAPD menawarkan alternatif terapi cuci darah yang fleksibel dan dapat dilakukan di rumah. Meskipun memerlukan pelatihan dan perhatian terhadap kebersihan, CAPD memberikan kemudahan dan peningkatan kualitas hidup bagi pasien penyakit ginjal tahap akhir yang memenuhi syarat. Dengan informasi yang memadai, diharapkan semakin banyak pasien yang dapat memperoleh manfaat dari metode ini.