Bahlil Lahadalia: Skema Subsidi BBM Campuran Lebih Mungkinkan
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebut skema subsidi BBM dengan campuran BLT lebih memungkinkan daripada subsidi langsung, meskipun keputusan final masih dalam perhitungan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa skema blending atau campuran untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) menjadi opsi yang paling memungkinkan. Pernyataan ini disampaikannya di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (21/2), menanggapi usulan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, mengenai subsidi BBM langsung kepada perorangan melalui bantuan langsung tunai (BLT).
Bahlil menjelaskan, "Kemungkinan, salah satu potensi di antara alternatif, yang sudah hampir mendekati keputusan itu adalah skema blending." Skema blending ini menggabungkan subsidi dalam bentuk barang/komoditas dan sebagian dalam bentuk BLT. Meskipun demikian, Bahlil menekankan bahwa keputusan final terkait skema subsidi BBM masih belum ditetapkan. Pemerintah masih melakukan perhitungan dan analisis menyeluruh untuk menentukan skema yang paling efektif dan efisien.
Bahlil menambahkan, "Saya masih menghitung itu (skema BBM). Masih tetap ada (subsidi), dan nanti kami laporkan secara internal." Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah berkomitmen untuk tetap memberikan subsidi BBM, namun masih mencari cara terbaik untuk menyalurkannya.
Wacana Subsidi BBM Satu Harga 2027
Sebelumnya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menyampaikan wacana kebijakan BBM Satu Harga yang ditargetkan terwujud pada tahun 2027. Luhut menyatakan, "Saya berpikir dan menyampaikan kepada Presiden bahwa dalam dua tahun ke depan, kita mungkin bisa mencapai harga tunggal, tanpa subsidi untuk bahan bakar, seperti bensin maupun solar." Dalam wacana ini, pemerintah berencana menyalurkan subsidi BBM secara langsung kepada perorangan yang berhak menerimanya.
Luhut berharap, skema subsidi langsung ini akan lebih tepat sasaran dan efisien. "Subsidi akan diberikan langsung kepada orang yang berhak, bukan kepada barang. Dengan begitu, kita bisa menghemat miliaran dolar," ujarnya. Pernyataan ini menunjukkan upaya pemerintah untuk meningkatkan efektivitas penggunaan anggaran subsidi BBM.
Dengan demikian, terdapat dua pendekatan yang sedang dipertimbangkan pemerintah. Pertama, skema blending yang diusulkan oleh Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, dan kedua, skema subsidi langsung kepada perorangan yang diusulkan oleh Luhut Binsar Pandjaitan. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memastikan penyaluran subsidi BBM tetap berjalan, namun dengan mekanisme yang lebih efisien dan tepat sasaran.
Pertimbangan Skema Blending
Skema blending menawarkan fleksibilitas dalam penyaluran subsidi. Dengan menggabungkan subsidi dalam bentuk barang dan BLT, pemerintah dapat menjangkau berbagai kelompok masyarakat. Subsidi barang dapat menstabilkan harga BBM di pasaran, sementara BLT dapat membantu masyarakat yang paling membutuhkan. Namun, skema ini membutuhkan perencanaan dan pengawasan yang cermat untuk menghindari potensi penyimpangan.
Pemerintah perlu mempertimbangkan berbagai faktor, seperti daya beli masyarakat, harga pasar BBM, dan potensi dampak terhadap inflasi. Analisis yang komprehensif diperlukan untuk memastikan skema yang dipilih dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan perekonomian nasional. Proses perhitungan dan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah diharapkan dapat menghasilkan skema subsidi BBM yang optimal.
Kesimpulannya, pemerintah masih terus melakukan kajian mendalam untuk menentukan skema subsidi BBM yang paling tepat. Baik skema blending maupun subsidi langsung kepada perorangan memiliki potensi dan tantangan masing-masing. Keputusan final akan diumumkan setelah pemerintah menyelesaikan proses perhitungan dan evaluasi secara menyeluruh.