Banjir Lumpuhkan Bekasi: 8 Kecamatan Terendam, Tinggi Air Melewati 8 Meter
Banjir parah di Bekasi melumpuhkan aktivitas publik di 8 dari 12 kecamatan, dengan ketinggian air melebihi 8 meter akibat luapan sungai dan infrastruktur yang kurang memadai.
Banjir besar yang melanda Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa, 4 April 2023, telah melumpuhkan aktivitas masyarakat. Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, menyatakan bahwa 8 dari 12 kecamatan terendam banjir, mengakibatkan lumpuhnya akses jalan utama, kantor pemerintahan, bahkan rumah sakit. Bencana ini terjadi akibat luapan air dari tanggul yang dibangun oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BWSCC).
Menurut Wali Kota Tri Adhianto, banjir terparah terjadi di sepanjang Sungai Bekasi, terutama di pertemuan Sungai Cikeas dan Cileungsi. Ketinggian air dilaporkan mencapai lebih dari 8 meter, melampaui ketinggian air banjir tahun 2016 dan 2020. "Kota Bekasi lumpuh hari ini," ujar Tri Adhianto dalam rapat koordinasi virtual dengan Kepala BNPB Suharyanto dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno. "Jalan utama, kantor pemerintahan, bahkan rumah sakit terendam. Skala luapan air benar-benar luar biasa."
Pemkot Bekasi telah meminta warga untuk mengungsi sehari sebelumnya. Saat ini, pemerintah kota masih mendata jumlah warga yang bertahan di lantai dua rumah mereka dan jumlah kendaraan yang terendam. Kondisi ini juga memperlihatkan kerentanan geografis Kota Bekasi terhadap bencana hidrometeorologi, terutama selama musim hujan.
Infrastruktur Tanggul dan Aliran Air dari Hulu
Wali Kota Tri Adhianto menjelaskan bahwa beberapa faktor memperparah banjir, termasuk aliran air dari hulu (Bogor), infrastruktur tanggul yang kurang optimal, dan perubahan lingkungan akibat urbanisasi. Perbaikan tanggul yang belum selesai dan tanggul yang belum sempurna di sepanjang sungai memperburuk situasi banjir. "Tinggi air tercatat di atas 8 meter, melebihi tinggi tanggul yang ada. Ada juga beberapa tanggul yang belum selesai, sehingga dampaknya sangat besar," jelasnya.
Pemerintah Kota Bekasi berencana untuk merehabilitasi sungai dan berkoordinasi dengan BWSCC untuk mengelola aliran air dari Bogor. Langkah jangka panjang yang diperlukan meliputi rehabilitasi sungai, pembangunan tanggul yang lebih kuat, dan koordinasi dengan pemerintah daerah di hulu. Selain itu, perlu penguatan sistem peringatan dini dan edukasi kepada masyarakat tentang mitigasi bencana untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
"Kami akan bekerja untuk merehabilitasi sungai dan berkoordinasi dengan BWSCC untuk mengelola aliran air dari Bogor," kata Adhianto. Ia juga meminta warga untuk tetap waspada dan mengikuti arahan evakuasi yang dikeluarkan oleh pihak berwenang untuk menghindari risiko yang lebih besar.
Langkah-Langkah Antisipasi Bencana di Masa Mendatang
Banjir di Bekasi menyoroti pentingnya langkah-langkah antisipasi bencana di masa mendatang. Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan adalah:
- Rehabilitasi sungai secara menyeluruh untuk meningkatkan kapasitas aliran air.
- Pembangunan tanggul yang lebih kuat dan kokoh untuk menahan luapan air.
- Penguatan koordinasi dengan pemerintah daerah di hulu (Bogor) untuk mengelola aliran air secara terpadu.
- Pengembangan dan peningkatan sistem peringatan dini yang efektif dan akurat.
- Edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang mitigasi bencana banjir, termasuk cara menghadapi dan mengurangi risiko.
Dengan langkah-langkah komprehensif tersebut, diharapkan kejadian banjir besar yang melumpuhkan Kota Bekasi dapat dicegah di masa mendatang. Perbaikan infrastruktur, koordinasi antar daerah, dan peningkatan kesadaran masyarakat merupakan kunci utama dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi.
Wali Kota Tri Adhianto menekankan pentingnya kewaspadaan warga dan kepatuhan terhadap arahan evakuasi. Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat sangat penting untuk meminimalisir dampak bencana dan melindungi keselamatan warga.