Ini Kesempatan Terakhir RI Lepas dari Middle Income Trap, Kata Bappenas
Bappenas sebut Indonesia memiliki kesempatan terakhir untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah, dengan memanfaatkan bonus demografi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas serta merata.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Rachmat Pambudy, menyatakan bahwa Indonesia saat ini berada di titik krusial untuk keluar dari perangkap pendapatan menengah atau "middle income trap". Pernyataan tersebut disampaikannya dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis (13/3).
Rachmat menekankan urgensi momentum ini, menyebutnya sebagai "now or never". Menurutnya, bonus demografi yang dimiliki Indonesia saat ini menjadi kunci utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas. Kegagalan memanfaatkan momentum ini akan membuat Indonesia stagnan dan terjebak dalam lingkaran pendapatan menengah.
Ia menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja tidak cukup, melainkan harus berkualitas dan merata. Hal ini penting untuk memastikan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat dan menghindari kesenjangan ekonomi yang semakin lebar.
Tantangan Indonesia Lepas dari Middle Income Trap
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia adalah melepaskan diri dari jebakan pendapatan menengah. Rachmat menegaskan bahwa terjebak dalam middle income trap akan menghambat kemajuan dan perkembangan Indonesia di masa depan. "Kita tidak boleh terjebak dalam middle income trap. Kalau kita terjebak, kita tidak akan bisa lepas," tegasnya.
Kondisi sosial ekonomi Indonesia saat ini juga menjadi perhatian serius. Data yang dipaparkan menunjukkan masih tingginya angka kemiskinan dan masalah kesehatan. Sebanyak 180 juta rakyat Indonesia mengalami kurang gizi, sepertiga anak muda mengalami stunting, skor PISA Indonesia masih rendah, dan prevalensi TBC mencapai satu juta orang dengan angka kematian 100 ribu per tahun. Selain itu, terdapat sekitar 50 ribu bayi yang lahir dengan cacat setiap tahunnya.
Rachmat mengakui bahwa angka-angka tersebut mungkin masih bisa lebih tinggi dari data yang ada. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk bahu-membahu menyelesaikan permasalahan mendasar ini. "Ini adalah angka-angka yang ada di statistik kita. Barangkali angka-angka ini tidak tepat. Jangan-jangan lebih dari itu. Jadi, mari kita bersama-sama menyelesaikan ini," ujarnya.
Solusi dan Kolaborasi
Kepala Bappenas menekankan pentingnya kolaborasi dalam mengatasi permasalahan ini. Ia mengapresiasi dukungan dari DPR RI dalam upaya untuk melepaskan Indonesia dari middle income trap. "Ini adalah tugas kita bersama. Saya merasa terhormat, merasa bersyukur bapak-bapak anggota DPR, pimpinan DPR ikut bersama-sama bertanggung jawab menyelesaikan persoalan mendasar kita. Persoalan mendasar kita adalah bagaimana kita lepas dari middle income trap, dan salah satunya adalah meningkatkan pertumbuhan tinggi, tapi berkualitas, meningkatkan pertumbuhan tinggi sekaligus pemerataan," ucapnya.
Pemerintah menyadari bahwa untuk keluar dari middle income trap diperlukan strategi yang komprehensif dan terintegrasi. Hal ini mencakup peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengembangan infrastruktur, diversifikasi ekonomi, dan peningkatan daya saing. Semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, harus berperan aktif dalam mewujudkan hal tersebut.
Dengan memanfaatkan bonus demografi dan berkomitmen untuk melakukan perubahan, Indonesia memiliki kesempatan untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Namun, keberhasilan ini sangat bergantung pada komitmen dan kerja keras seluruh elemen bangsa.