Bapanas Perkuat Pola Konsumsi B2SA Sejak Dini Demi Generasi Emas 2045
Badan Pangan Nasional (Bapanas) gencar mengkampanyekan pola makan Bergizi, Beragam, dan Seimbang (B2SA) sejak dini melalui berbagai program edukasi di sekolah-sekolah dan pelatihan untuk guru guna mencetak generasi emas Indonesia.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) gencar memperkuat pola konsumsi pangan Bergizi, Beragam, dan Seimbang (B2SA) sejak dini. Hal ini dilakukan demi mencetak generasi bangsa yang berkualitas dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Inisiatif ini dijalankan melalui berbagai program edukasi dan sosialisasi yang inovatif, menyasar anak-anak sekolah dan tenaga pendidik di seluruh Indonesia.
Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bapanas, Rinna Syawal, menjelaskan bahwa konsep B2SA menekankan pentingnya mengonsumsi beragam jenis pangan dengan proporsi tepat. Makanan yang dikonsumsi juga harus aman dari bahaya fisik, kimia, dan biologi. "Makanan merupakan sumber utama energi dan zat gizi," ujar Rinna, "namun tak ada satu jenis makanan pun yang mampu memenuhi semua kebutuhan gizi." Oleh karena itu, penerapan B2SA sejak dini sangat penting untuk menghasilkan individu yang sehat, aktif, dan produktif.
Salah satu program unggulan Bapanas adalah B2SA Goes to School (BGtS). Pada tahun 2024, program ini telah menjangkau 550 sekolah dan pesantren di seluruh Indonesia, melibatkan sekitar 137.500 peserta, termasuk siswa dan tenaga pendidik. Metode edukasi yang digunakan menyenangkan dan mudah dipahami anak-anak, seperti dongeng, edu-games, dan lomba menggambar mewarnai. Keberhasilan BGtS bahkan telah mendorong pemerintah daerah untuk mereplikasi program ini dengan dukungan dana APBD.
Sosialisasi dan Edukasi Menuju Pola Makan Seimbang
Bapanas menyadari tantangan besar dalam edukasi pangan dan gizi, terutama meningkatkan konsumsi sayur dan buah. Konsumsi sayur masyarakat Indonesia masih berada di angka 250 gram per hari, sementara buah hanya 150 gram per hari, jauh di bawah rekomendasi WHO yaitu 400-600 gram per hari. Padahal, Indonesia kaya akan keanekaragaman pangan, dengan 228 jenis sayuran dan 389 jenis buah.
Untuk mengatasi hal ini, Bapanas meningkatkan sosialisasi dan edukasi diversifikasi pangan dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat. Salah satu contohnya adalah kolaborasi dengan Kemendikbudristek melalui webinar edukasi kepada 40.000 guru SMP/sederajat se-Indonesia tentang komposisi makan seimbang dalam konsep 'Isi Piringku B2SA'.
Konsep 'Isi Piringku B2SA' memberikan panduan praktis penerapan pola makan sehat. Komposisi ideal dalam satu piring makanan adalah 1/3 makanan pokok, 1/3 sayuran, 1/6 lauk-pauk, dan 1/6 buah-buahan. Prinsip ini memastikan setiap piring makanan mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang seimbang. Pemanfaatan pangan lokal juga sangat dianjurkan.
Integrasi Edukasi Gizi dalam Kurikulum Sekolah
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menekankan perlunya strategi yang lebih inovatif dan menyeluruh dalam sosialisasi dan edukasi B2SA. Integrasi edukasi gizi dalam kurikulum sekolah dianggap sebagai langkah strategis untuk membiasakan anak-anak dengan konsep B2SA sejak dini. "Dengan jangkauan sosialisasi yang lebih luas," kata Arief, "kita berharap pola makan bergizi seimbang dapat menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia."
Melalui berbagai program dan kerjasama yang terintegrasi, Bapanas berupaya untuk menanamkan kebiasaan makan sehat sejak usia dini. Harapannya, generasi muda Indonesia dapat tumbuh menjadi individu yang sehat, cerdas, dan siap menghadapi tantangan masa depan, guna mewujudkan Indonesia Emas 2045. Program ini juga menekankan pentingnya pemanfaatan sumber daya lokal untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Tantangan ke depan tetap ada, terutama dalam meningkatkan konsumsi sayur dan buah. Namun, komitmen Bapanas untuk terus berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak menunjukkan tekad kuat dalam membangun generasi yang sehat dan berkualitas.