BKSDA Siapkan Dua Perangkap Harimau di Mukomuko, Antisipasi Konflik dengan Warga
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu memasang dua perangkap untuk mengantisipasi konflik antara harimau Sumatera dengan warga di Desa Semambang Makmur, Mukomuko, setelah ditemukan jejak harimau di dekat pemukiman.
Mukomuko, 20 Februari 2024 - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu telah menyiagakan dua unit 'Box Trap' atau perangkap harimau di Desa Semambang Makmur, Kabupaten Mukomuko. Langkah ini diambil sebagai antisipasi terjadinya konflik antara harimau Sumatera dengan warga setempat. Keberadaan harimau tersebut terdeteksi setelah ditemukan jejak kaki di lahan perkebunan dekat permukiman penduduk.
Penempatan perangkap ini merupakan hasil kesepakatan musyawarah bersama berbagai pihak, termasuk Koramil Ipuh, Babinsa, Polsek Mukomuko Selatan, Babinkhantibmas, PHS BBTNKS Resor Bengkulu Utara Mukomuko, Kepala Desa dan Pemerintahan Desa Semambang Makmur, serta Kadus Pemerintahan Desa Lubuk Talang. Kepala BKSDA Resor Mukomuko, Damin, menjelaskan bahwa perangkap tersebut belum diaktifkan dan akan menunggu analisis lebih lanjut mengenai pergerakan dan konsentrasi harimau di luar kawasan hutan.
BKSDA Bengkulu mulai menangani laporan kemunculan harimau Sumatera di perkebunan kelapa sawit sejak Rabu, 19 Februari 2024. Selain penempatan perangkap, disepakati pula untuk tidak melakukan pengusiran harimau. Hal ini dikarenakan lokasi Desa Semambang Makmur yang dikelilingi desa lain dan tidak berbatasan langsung dengan kawasan hutan, sehingga pengusiran berpotensi menimbulkan konflik di lokasi lain.
Antisipasi Konflik dan Imbauan kepada Warga
Dalam musyawarah tersebut, BKSDA mengimbau warga untuk memberikan ruang bagi harimau agar kembali ke habitat aslinya di kawasan hutan. Warga diminta untuk tidak memblokir jalur pergerakan harimau. Selain itu, masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan berhati-hati saat beraktivitas, terutama saat berada di kebun atau ladang sendirian. Diharapkan pula agar aktivitas di sekitar lokasi penemuan jejak tapak dibatasi antara pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB.
Damin memperkirakan jarak dari lokasi penemuan jejak harimau ke Hutan Produksi Terbatas (HPT) Air Ipuh I sekitar 6,8 kilometer, melewati perkebunan dan perumahan. Jarak ke Hutan Produksi (HP) Air Rami sekitar 8,7 kilometer, melewati perkebunan kelapa sawit beberapa perusahaan. Kondisi ini menunjukkan betapa dekatnya interaksi antara manusia dan satwa liar.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, harimau yang muncul di perkebunan kelapa sawit diduga merupakan harimau yang sama yang pernah terekam dalam video warga saat memangsa ternak sapi di Desa Gajah Makmur dan UPT Lubuk Talang pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya pola pergerakan harimau yang perlu dipantau secara intensif.
Langkah-langkah Strategis BKSDA
BKSDA Bengkulu telah mengambil langkah proaktif dengan menyiagakan perangkap dan mengimbau masyarakat. Strategi ini bertujuan untuk meminimalisir potensi konflik antara manusia dan harimau. Pemantauan dan analisis pergerakan harimau akan terus dilakukan untuk menentukan langkah selanjutnya. Kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat setempat, sangat penting dalam upaya konservasi harimau Sumatera dan pencegahan konflik.
Situasi ini menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan mencari solusi yang berkelanjutan untuk melindungi satwa liar sekaligus menjaga keselamatan masyarakat. Upaya konservasi yang melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat sekitar, menjadi kunci keberhasilan dalam melindungi harimau Sumatera.
Keberadaan harimau di dekat pemukiman penduduk merupakan indikasi pentingnya menjaga kelestarian hutan dan habitat alami harimau. Upaya-upaya untuk mencegah deforestasi dan menjaga koridor satwa liar sangat krusial untuk menghindari konflik serupa di masa mendatang. Pentingnya edukasi dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan hidup juga menjadi faktor penentu keberhasilan konservasi.