BRIN dan SIG Kembangkan Beton Ramah Lingkungan untuk Infrastruktur Pesisir
BRIN dan SIG berkolaborasi mengembangkan beton hijau rendah emisi untuk infrastruktur pesisir dan laut, guna melindungi pantai dari abrasi dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan PT Semen Indonesia (SIG) resmi bekerja sama mengembangkan beton ramah lingkungan untuk pembangunan infrastruktur di kawasan pesisir dan laut. Kolaborasi ini diumumkan pada 9 Mei 2024 di Jakarta, menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan dan perlindungan lingkungan pesisir Indonesia yang rawan abrasi. Kerja sama ini diharapkan menghasilkan beton berkualitas tinggi, rendah emisi, dan efisien energi.
Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN, Cuk Supriyadi Ali Nandar, menjelaskan bahwa beton hijau ini akan menjadi solusi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan beton konvensional. "Kedua pihak memiliki kesamaan visi untuk memajukan bangsa dan negara. Kerja sama ini menjadi kontribusi untuk melindungi pantai-pantai dari abrasi dengan memberi lapis lindung," ujar Supriyadi. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian oleh Direktur Operasi SIG, Reni Wulandari, dan Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, Teguh Muttaqie.
Inisiatif ini tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi karbon, tetapi juga pada peningkatan ketahanan infrastruktur pesisir. BRIN akan berperan dalam merumuskan teknologi beton ramah lingkungan yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia, sementara SIG akan berkontribusi dalam produksi dan implementasinya. Kolaborasi ini diharapkan dapat menghasilkan solusi inovatif untuk mengatasi permasalahan abrasi pantai dan kerusakan infrastruktur akibat perubahan iklim.
Inovasi Material dan Teknologi Beton Hijau
BRIN dan SIG akan berkolaborasi dalam memformulasikan material baru untuk beton hijau. Mereka akan memanfaatkan material limbah, seperti fly ash dan slag nikel, untuk menciptakan komposisi beton yang lebih ramah lingkungan. "Beton konvensional membutuhkan banyak energi yang berdampak pada perubahan iklim. Saya yakin SIG memiliki strategi dan inisiatif untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia, dengan menerapkan teknologi bersih dan hijau," jelas Teguh Muttaqie dari BRIN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan desain beton baru yang dapat diaplikasikan pada berbagai proyek infrastruktur pesisir, termasuk tanggul, pelabuhan, dan lainnya.
Direktur Utama SIG, Donny Arsal, menekankan komitmen perusahaan dalam memproduksi bahan bangunan ramah lingkungan sebagai bagian dari upaya dekarbonisasi. SIG telah berhasil memproduksi semen hijau dengan emisi karbon 38 persen lebih rendah dibandingkan semen konvensional. Kolaborasi dengan BRIN diharapkan dapat memperluas pengembangan ini ke dalam produksi beton hijau skala besar. "Kami telah berkolaborasi dengan BRIN untuk berbagai kegiatan penelitian terapan, dan saat ini kami kembali bekerja sama dalam pengembangan beton hijau untuk mendukung pembangunan infrastruktur kawasan pesisir dan laut," ungkap Donny Arsal.
Pengembangan beton hijau ini juga sejalan dengan visi pembangunan berkelanjutan dan upaya mitigasi dampak perubahan iklim. Produk bahan bangunan rendah karbon semakin dibutuhkan untuk menghadapi tantangan lingkungan dan memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan. Hal ini juga sejalan dengan visi pembangunan infrastruktur nasional.
Keunggulan Beton Hijau untuk Infrastruktur Pesisir
Reni Wulandari, Direktur Operasi SIG, menjelaskan bahwa riset ini akan menghasilkan beton hijau dengan ketahanan tinggi terhadap lingkungan ekstrem di kawasan pesisir. Beton ini akan dirancang untuk tahan terhadap sulfat, gelombang, pasang surut, dan korosi akibat ion klorida. "Kami berharap hasil riset ini menjadi solusi atas kebutuhan konstruksi di daerah-daerah pesisir, terutama yang telah mengalami peningkatan level permukaan air," kata Reni. Dengan formulasi khusus dan peningkatan kepadatan, beton ini diharapkan memiliki daya tahan dan masa pakai yang lebih lama, sehingga mengurangi biaya perawatan dan memastikan infrastruktur yang kokoh dalam jangka panjang.
Penelitian ini juga memperhatikan aspek infrastruktur pesisir dan kekhususan bahan baku yang digunakan. Dengan menggunakan material rendah karbon, beton hijau ini akan lebih ramah lingkungan dibandingkan beton konvensional. Kolaborasi BRIN dan SIG diharapkan dapat menghasilkan inovasi yang signifikan dalam pembangunan infrastruktur pesisir Indonesia, mendukung pembangunan berkelanjutan, dan melindungi lingkungan pesisir dari dampak perubahan iklim.
Kesimpulannya, kerja sama BRIN dan SIG dalam pengembangan beton hijau menandai langkah penting dalam pembangunan infrastruktur pesisir yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di Indonesia. Inovasi ini diharapkan dapat memberikan solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk mengatasi tantangan pembangunan infrastruktur di daerah pesisir yang rentan terhadap abrasi dan dampak perubahan iklim.