SBY Tekankan Pentingnya Jaga Demokrasi di tengah Kemunduran Global
Mantan Presiden SBY soroti pentingnya menjaga demokrasi Indonesia dan melawan mereka yang merusak konstitusi, di tengah tren kemunduran demokrasi global.

Jakarta, 9 September 2024 (ANTARA) - Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai demokrasi dan melawan pihak-pihak yang berupaya merusak konstitusi. Pernyataan ini disampaikan SBY dalam acara bedah buku 'Standing Firm for Indonesia's Democracy' di KBRI Tokyo, Jepang, Minggu lalu.
SBY menyampaikan keprihatinannya atas fenomena kemunduran demokrasi global. Acara tersebut dihadiri mahasiswa Indonesia dan akademisi Jepang. Ia mengingatkan bahwa ancaman terhadap demokrasi bukan hanya datang dari negara berkembang, tetapi juga negara-negara maju yang seringkali mengklaim diri sebagai pejuang demokrasi.
Dalam pidatonya, SBY menyatakan, "Kalau kita bicara demokrasi kita, mari kita jaga, 'fight for democracy, fight against' segala sesuatu yang merusak demokrasi, yang merusak konstitusi, yang merusak kerangka bernegara, yang merusak adanya 'checks and balances'."
Mempertahankan Demokrasi Indonesia
SBY, yang memimpin Indonesia selama dua periode (2004-2014), berbagi pengalamannya tentang pentingnya kebebasan berekspresi. Ia menuturkan, "Waktu saya masih sangat muda, 'we love democracy.' Kalau yang disampaikan mahasiswa itu ekspresi dari 'freedom of speech', mengapa kita menjadi gusar?" Menurutnya, kebebasan berpendapat merupakan hak yang harus dihormati, selama digunakan secara bertanggung jawab.
SBY juga membahas peran mantan presiden dalam mendukung pemerintahan penerusnya. Ia mengungkapkan telah berkomunikasi dengan Presiden Prabowo Subianto mengenai pentingnya komunikasi yang baik antara pemerintah dan pihak-pihak yang menyampaikan kritik. "Saya sudah sampaikan kepada Presiden Prabowo beberapa saat yang lalu, pentingnya meningkatkan komunikasi yang 'genuine' antara istana dengan mereka yang menyampaikan kritik, dan Pak Prabowo mengatakan, 'Kami terus meningkatkan kualitas komunikasi,'" kata SBY.
SBY optimistis bahwa Presiden Prabowo mampu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia, mengingat Indonesia masih memiliki sumber daya politik dan ekonomi yang memadai.
Kritikan terhadap Negara yang Mengklaim Diri sebagai 'Champion of Democracy'
SBY mengkritik negara-negara besar yang seringkali mengklaim diri sebagai 'champions of democracy' tetapi juga mengalami kemunduran demokrasi. "Negara-negara besar yang konon dianggap sebagai 'champions of democracy', negara-negara yang 'lecturing us', menguliahi kita... dalam kenyataannya, negara-negara itu tidak imun dari kemunduran-kemunduran dalam demokrasi mereka," ujarnya.
Hal ini menunjukkan bahwa menjaga demokrasi merupakan tanggung jawab bersama, tidak hanya bagi negara berkembang tetapi juga negara maju. Pernyataan SBY ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak untuk senantiasa waspada terhadap ancaman terhadap demokrasi dan konstitusi.
Makna Judul Buku 'Standing Firm for Indonesia's Democracy'
Wahyu Prasetiawan, salah satu editor buku 'Standing Firm for Indonesia's Democracy', menjelaskan alasan pemilihan judul tersebut. Menurutnya, judul tersebut dipilih karena salah satu hal yang paling menonjol selama kepemimpinan SBY adalah komitmennya dalam menjaga demokrasi Indonesia.
"Sebagai presiden dengan kekuasaan yang begitu tinggi, sebetulnya Pak SBY bisa melakukan hal sebaliknya, tapi itu tidak dilakukan," ungkap Wahyu. Pernyataan ini menyoroti kepemimpinan SBY yang konsisten dalam menegakkan nilai-nilai demokrasi.
Pidato SBY dalam acara bedah buku tersebut menjadi refleksi penting tentang kondisi demokrasi global dan komitmen untuk menjaga demokrasi di Indonesia. Pesan SBY untuk melawan segala bentuk perusakan demokrasi dan konstitusi perlu menjadi perhatian semua pihak.