China Ajak Uni Eropa Dukung Liberalisasi Perdagangan Versi WTO
China mengajak Uni Eropa untuk bersama-sama mendukung liberalisasi perdagangan sesuai aturan WTO, menanggapi kebijakan proteksionis AS yang dinilai merugikan ekonomi global.
Beijing, 15 April 2025 - Pemerintah China menyerukan kepada Uni Eropa (UE) untuk mendukung globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan yang selaras dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Seruan ini muncul sebagai respons atas kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS) yang dianggap merugikan perekonomian global.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam konferensi pers di Beijing, menekankan pentingnya kerja sama antara China dan UE dalam menjaga sistem perdagangan multilateral. Sebagai dua ekonomi terbesar dunia, China dan UE memiliki peran krusial dalam membentuk lanskap perdagangan internasional. Lin Jian menyatakan, "Sebagai ekonomi terbesar kedua dan ketiga, China dan EU secara kolektif menguasai lebih dari sepertiga ekonomi global dan lebih dari seperempat perdagangan global. Kedua belah pihak merupakan pendukung globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan, serta pembela dan pendukung kuat WTO."
Pernyataan ini disampaikan menyusul pertemuan Presiden China Xi Jinping dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez di Beijing pada 11 April 2025. Pertemuan tersebut semakin menggarisbawahi komitmen kedua negara dalam memperkuat kerja sama ekonomi dan perdagangan internasional berdasarkan aturan WTO.
Perseteruan Tarif dan Tuduhan Proteksionisme AS
Lin Jian secara tegas mengkritik kebijakan AS yang menggunakan tarif sebagai alat tekanan dan mengedepankan kepentingan nasional di atas kepentingan global. Ia menyatakan, "Amerika Serikat menggunakan tarif sebagai senjata untuk memberikan tekanan maksimum dan mencari keuntungan pribadi, serta mengutamakan kepentingannya sendiri di atas kepentingan publik masyarakat internasional. Ini adalah langkah khas unilateralisme, proteksionisme, dan intimidasi ekonomi, yang sangat merugikan kepentingan China, EU, dan seluruh dunia."
China, menurut Lin Jian, telah dan akan terus mengambil langkah-langkah untuk melindungi kepentingan nasionalnya. Namun, China juga menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan komunitas internasional, termasuk UE, dalam meningkatkan komunikasi dan koordinasi untuk mencapai keuntungan bersama. "China siap bekerja sama dengan komunitas internasional, termasuk EU, untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi memperluas keterbukaan dan bekerja sama demi mencapai keuntungan bersama. Kami tidak hanya akan melindungi kepentingan masing-masing, tetapi mempertahankan aturan perdagangan internasional dan keadilan," tegas Lin Jian.
Sikap tegas China ini diiringi dengan penetapan tarif impor sebesar 125 persen per 12 April 2025 atas barang-barang asal AS, meskipun opsi dialog tetap terbuka. Kenaikan tarif ini merupakan respons atas kebijakan tarif timbal balik AS yang juga memberlakukan pungutan 125 persen atas barang-barang asal China.
Dukungan Uni Eropa terhadap Sistem Perdagangan Multilateral
Uni Eropa sendiri telah menyatakan dukungannya terhadap sistem perdagangan multilateral melalui pernyataan Perwakilan Tetap EU untuk WTO, João Aguiar Machado, di Jenewa pada 10 April 2025. UE menegaskan komitmennya terhadap tata kelola perdagangan multilateral dengan WTO sebagai intinya, dan mendukung reformasi yang bermakna untuk memastikan perdagangan berbasis aturan.
Machado menyatakan, "Mengingat perubahan lanskap internasional, EU juga telah menjadi pendukung kuat reformasi yang bermakna untuk memastikan perdagangan berbasis aturan dan kerja sama internasional dengan WTO sebagai intinya dapat terus berkembang." UE juga menyesalkan pengenalan tarif sewenang-wenang yang melanggar komitmen dan aturan WTO.
Senada dengan Machado, Deputi Perwakilan Tetap EU untuk WTO, Hiddo Houben, pada 9 April 2025, menyatakan keprihatinan atas penerapan tarif universal dan sektoral oleh AS yang dianggap sebagai pukulan telak bagi ekonomi dunia dan sistem perdagangan multilateral. Houben menegaskan bahwa tarif tersebut bertentangan dengan aturan dan prinsip dasar WTO.
Meskipun AS sempat menunda tarif timbal balik ke sejumlah negara, China dikecualikan dari penundaan tersebut. Namun, pada 11 April 2025, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (US Customs and Border Protection) mengumumkan pengecualian beberapa perangkat elektronik seperti ponsel pintar dan komputer dari tarif tinggi, karena barang-barang tersebut tidak diproduksi di AS.
Perselisihan tarif antara AS, China, dan dampaknya terhadap ekonomi global serta peran penting WTO dalam menjaga sistem perdagangan multilateral menjadi sorotan utama dalam perkembangan ini. Baik China maupun UE menekankan pentingnya kerja sama internasional dan kepatuhan terhadap aturan WTO untuk menciptakan lingkungan perdagangan yang adil dan stabil.