China Bantah Keras Rencana Kerahkan Pasukan Perdamaian ke Ukraina
China secara tegas membantah laporan yang menyebutkan pertimbangan negara tersebut untuk mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina, menekankan komitmennya pada penyelesaian damai melalui jalur diplomasi.
Beijing, 25 Maret 2025 - Sebuah gelombang penyangkalan keras datang dari Beijing terkait laporan yang beredar luas mengenai kemungkinan keterlibatan China dalam pasukan penjaga perdamaian di Ukraina. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, secara tegas membantah kabar tersebut dalam konferensi pers di Beijing pada Senin (24 Maret).
Bantahan ini muncul sebagai respons terhadap pemberitaan media Jerman yang mengutip sumber diplomatik Uni Eropa. Sumber tersebut mengklaim bahwa China sedang mempertimbangkan untuk mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina dan telah melakukan pendekatan kepada pejabat-pejabat di Brussels untuk menjajaki kemungkinan tersebut. Kabar ini muncul setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan rencana pertemuan puncak pada 25 Maret 2025 untuk membahas dukungan jangka panjang bagi Ukraina.
Guo Jiakun menekankan bahwa sikap China terhadap krisis Ukraina selalu konsisten dan jelas, yaitu mendukung penyelesaian damai melalui jalur diplomasi. Ia lebih memilih untuk menyoroti peran 'Group of Friends for Peace' (Sahabat untuk Perdamaian), sebuah inisiatif yang dibentuk oleh China dan Brasil pada September 2024, yang bertujuan untuk mendorong perdamaian berkelanjutan melalui negosiasi. Kelompok ini terdiri dari beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia, Afrika Selatan, dan lainnya.
'Sahabat untuk Perdamaian': Upaya Diplomasi China
Guo Jiakun menjelaskan bahwa 'Sahabat untuk Perdamaian' baru saja mengadakan pertemuan di New York, membahas perkembangan terkini krisis Ukraina dan prospek perdamaian. Pertemuan tersebut, menurutnya, berhasil dan menegaskan kembali pentingnya penyelesaian konflik melalui jalur politik dan negosiasi. Anggota kelompok ini menekankan bahwa konflik mungkin mendekati titik balik dan menyambut baik dinamika terkini menuju perundingan damai.
Mereka mendesak semua pihak untuk memainkan peran konstruktif dalam menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan. Komitmen untuk menjaga komunikasi yang erat dengan semua pihak terkait juga ditekankan, agar suara negara berkembang lebih diperhatikan dan berkontribusi pada penyelesaian konflik secara damai. China, melalui 'Sahabat untuk Perdamaian', konsisten menganjurkan penyelesaian damai dan menggalang kekuatan untuk penyelesaian politik.
China menegaskan akan terus bekerja sama dengan komunitas internasional untuk menyampaikan suara-suara yang lebih rasional agar aspirasi perundingan damai didengar. Sikap ini menunjukkan komitmen China pada penyelesaian damai di Ukraina, terlepas dari laporan yang menyebutkan kemungkinan pengiriman pasukan penjaga perdamaian.
Dukungan AS dan Ukraina Menuju Perdamaian
Sementara itu, dari perkembangan terkini konflik Ukraina, Kantor Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada 11 Maret 2025 menyatakan kesiapan Kiev menerima proposal Amerika Serikat untuk gencatan senjata selama 30 hari dengan Rusia, dengan kemungkinan perpanjangan berdasarkan kesepakatan bersama. AS juga akan melanjutkan bantuan ke Ukraina dan mencabut jeda dalam berbagi intelijen.
Presiden Ukraina dan AS sepakat untuk segera menyelesaikan perjanjian komprehensif mengenai sumber daya mineral penting Ukraina untuk memperluas ekonomi Ukraina dan menjamin kemakmuran serta keamanan jangka panjang negara tersebut. Langkah-langkah ini menunjukkan upaya bersama dari AS dan Ukraina untuk mengakhiri konflik dan membangun masa depan yang lebih stabil.
Kesimpulannya, situasi di Ukraina tetap kompleks dan dinamis. Meskipun laporan mengenai keterlibatan China dalam pasukan penjaga perdamaian telah dibantah, upaya diplomasi dan negosiasi tetap menjadi fokus utama berbagai pihak untuk mencapai penyelesaian damai yang berkelanjutan.