TPID Denpasar Gelar Pasar Murah Jelang Nyepi dan Lebaran, Redam Lonjakan Harga
Pemerintah Kota Denpasar dan Bank Indonesia menggelar pasar murah untuk menekan inflasi menjelang Hari Raya Nyepi dan Lebaran, dengan harga kebutuhan pokok jauh lebih rendah dari pasaran.

Pemerintah Kota Denpasar, Bali, berkolaborasi dengan Bank Indonesia melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Denpasar, menggelar pasar murah di sejumlah titik di Denpasar. Langkah ini diambil untuk meredam potensi lonjakan harga kebutuhan pokok menjelang Hari Raya Nyepi dan Lebaran yang jatuh pada periode 10-20 Maret 2025. Pasar murah ini difokuskan pada komoditas pangan strategis, guna memastikan keterjangkauan harga bagi masyarakat.
"Gerakan pasar murah fokus pada komoditas pangan strategis," jelas Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Butet Linda H Panjaitan, di Denpasar, Senin (10/3). Pasar murah ini diadakan mulai pukul 08.00 WITA di berbagai lokasi, antara lain Mushala Al Falah (10 Maret), Mushala Baitul Mu’miniin BKDI Panjer (11 Maret), Balai Banjar Abian Tegal (12 Maret), dan Badan Usaha Pedruwen Desa Adat (BUPDA) Ubung (13 Maret).
Beras, telur, tabung gas elpiji, produk hortikultura, dan bumbu dapur menjadi komoditas utama yang dijual dengan harga lebih rendah daripada harga pasaran. Langkah ini diambil sebagai antisipasi kenaikan harga menjelang hari besar keagamaan, yang biasanya berdampak pada peningkatan permintaan dan potensi inflasi.
Harga Lebih Terjangkau di Pasar Murah
Ekonom Ahli BI Bali, Henry Nosih Saturwa, memastikan harga jual di pasar murah lebih rendah dari harga pasaran. Harga-harga tersebut disesuaikan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Sebagai contoh, HET beras medium di Bali (Zona I) mencapai Rp12.500 per kilogram, sementara di pasar murah dijual Rp14.000-14.200 per kilogram (Rp70.000-Rp71.000 per 5 kilogram). Beras premium dijual Rp15.000 per kilogram (Rp75.000 per 5 kilogram), lebih rendah dari HET Rp14.900 per kilogram.
Komoditas lain juga dijual dengan harga terjangkau. Bawang putih dijual Rp16.000 per 500 gram, bawang merah Rp13.000 per 500 gram, dan cabai rawi Rp17.500 per 250 gram. Minyak goreng "Minyakita" dijual sesuai HET Rp15.700 per liter, dan LPG subsidi 3 kilogram dijual sesuai HET Rp18.000 per tabung (berdasarkan SK Gubernur Bali Nomor 63 tahun 2022).
Perbandingan harga ini menunjukkan perbedaan signifikan dengan harga rata-rata di pasaran. Berdasarkan Sigapura Bali (sistem harga pangan strategis), harga beras medium rata-rata di 60 pasar pada 9 Maret mencapai Rp14.341 per kilogram, dengan harga tertinggi Rp15.000 di Bangli dan Denpasar. Beras premium rata-rata Rp15.551 per kilogram, dengan harga tertinggi Rp16.200 di Klungkung. Minyak goreng rata-rata Rp18.988 per liter, dengan harga tertinggi Rp20.266 hingga Rp21.300 di Denpasar dan Buleleng.
Antisipasi Kenaikan Harga dan Inovasi
Sebelumnya, dalam forum TPID Denpasar pada 6 Maret, Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa menekankan pentingnya operasi pasar pada komoditas penyumbang inflasi, selain pasar murah. Ia juga mendorong inovasi untuk mengantisipasi kenaikan harga canang sari dan bahan baku bunga, serta peningkatan pasokan beras dan komoditas lain melalui operasi pasar yang menjangkau masyarakat luas. "Kerahkan penyelenggaraan operasi pasar di daerah strategis yang menjangkau masyarakat luas," tegasnya.
Pasar murah ini merupakan salah satu strategi pemerintah untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok, khususnya menjelang hari raya Nyepi dan Lebaran. Dengan harga yang lebih terjangkau, diharapkan masyarakat dapat merayakan hari raya dengan lebih tenang dan nyaman tanpa khawatir akan beban biaya hidup yang meningkat.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh TPID Denpasar ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam menghadapi momen-momen penting seperti hari raya keagamaan. Harapannya, pasar murah ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Denpasar dan sekitarnya.