Pemprov Bali Gelar Pasar Murah Jelang Ramadhan untuk Tekan Harga Pangan
Pemerintah Provinsi Bali menggelar pasar murah di Bangli dan Karangasem pada Maret 2025 untuk menekan harga pangan yang meroket menjelang Ramadhan dan sejumlah hari raya keagamaan lainnya.

Kenaikan harga sejumlah bahan pangan pokok di Bali menjelang bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah, mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali untuk melakukan intervensi. Pemprov Bali mengambil langkah cepat dengan menyelenggarakan pasar murah di dua kabupaten di Bali. Langkah ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat dan mengendalikan inflasi yang tengah meningkat.
Menurut Ketua Tim Pengendalian Harga Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali, Sri Udayani, pasar murah akan diadakan dua kali pada bulan Maret 2025 di Kabupaten Bangli dan Karangasem. Pasar murah ini diprioritaskan untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. "Kami adakan pasar murah pada Maret 2025 rencananya dua kali di Kabupaten Bangli dan Karangasem," ujar Sri Udayani di Denpasar, Rabu (26/2).
Perbedaan harga yang signifikan antara pasar murah dengan harga pasaran menjadi daya tarik tersendiri. Diperkirakan, selisih harga akan mencapai Rp2.000 per kilogram untuk beberapa komoditas. Saat ini, Pemprov Bali tengah melakukan persiapan matang, termasuk koordinasi antar sektor terkait untuk kelancaran pelaksanaan pasar murah tersebut.
Antisipasi Lonjakan Harga Jelang Ramadhan dan Hari Raya
Keputusan Pemprov Bali untuk menggelar pasar murah tidak hanya berfokus pada Ramadhan. Bali akan menghadapi beberapa hari raya keagamaan berturut-turut setelah Ramadhan. Hari Raya Nyepi akan dirayakan pada 29 Maret 2025, disusul Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Galungan (22-24 April 2025), dan Hari Raya Kuningan (3 Mei 2025). Antisipasi lonjakan harga pangan menjelang perayaan-perayaan tersebut menjadi pertimbangan utama dalam kebijakan ini.
Sri Udayani menambahkan bahwa pasar murah ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya, terutama menjelang dan selama periode hari raya. Dengan adanya selisih harga yang cukup signifikan, diharapkan daya beli masyarakat tetap terjaga meskipun harga di pasaran mengalami kenaikan.
Koordinasi antar sektor sangat krusial dalam kesuksesan program ini. Pemprov Bali melibatkan berbagai pihak, mulai dari petani, distributor, hingga pedagang untuk memastikan ketersediaan dan stabilitas harga barang di pasar murah.
Kenaikan Harga di Pasaran
Beberapa hari sebelum bulan puasa, harga sejumlah bahan pangan di Bali memang mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Salah satu contohnya adalah harga cabai rawit merah yang mencapai Rp105.000 hingga Rp110.000 per kilogram di Pasar Agung Peninjoan, Denpasar. Harga ini meningkat drastis dari harga pekan sebelumnya yang hanya Rp70.000 per kilogram.
Data Sistem Informasi Harga Pangan (Sigapura) menunjukkan rata-rata harga cabai rawit merah di 60 pasar di Bali mencapai Rp92.321 per kilogram, atau naik 28 persen dibandingkan harga pada Rabu (19/2) yang mencapai rata-rata Rp66.119 per kilogram. Harga tertinggi tercatat di Pasar Badung Denpasar, mencapai Rp108.000 per kilogram.
Tidak hanya cabai rawit merah, harga bawang merah dan cabai merah besar juga mengalami kenaikan. Bawang merah rata-rata di Bali mencapai Rp29.653 per kilogram, naik Rp2.037 dibandingkan minggu lalu. Sedangkan cabai merah besar mencapai Rp64.052 per kilogram, naik Rp13.429 dari minggu sebelumnya.
Kenaikan harga ini tentunya berdampak pada daya beli masyarakat. Oleh karena itu, pasar murah yang digagas Pemprov Bali diharapkan dapat menjadi solusi sementara untuk meringankan beban masyarakat Bali.
Pemprov Bali berkomitmen untuk terus memantau perkembangan harga pangan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan di pasaran. Harapannya, pasar murah ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Bali dalam menghadapi lonjakan harga menjelang bulan Ramadhan dan hari raya keagamaan lainnya.