China Dukung Rekonstruksi Gaza: Kerja Sama dengan Eropa untuk Pemulihan Palestina
China menyatakan dukungannya pada rencana rekonstruksi Gaza senilai Rp865 triliun yang digagas negara-negara Arab, mendapat dukungan dari empat negara Eropa, dan bertujuan mencegah pengusiran warga Palestina.
Beijing, 11 Maret 2024 - Pemerintah China secara resmi menyatakan dukungannya terhadap rencana rekonstruksi Jalur Gaza yang diprakarsai oleh Mesir dan negara-negara Arab lainnya. Dukungan ini disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dalam konferensi pers di Beijing pada Senin (10 Maret). Rencana ambisius yang diperkirakan menelan biaya 53 miliar dolar AS (sekitar Rp865 triliun) ini bertujuan untuk memulihkan Gaza yang hancur akibat konflik dan mencegah pengusiran penduduk Palestina.
Dukungan China ini semakin menguat dengan adanya kesepahaman bersama empat negara Eropa, yaitu Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia. Para menteri luar negeri keempat negara tersebut telah menyatakan dukungannya terhadap rencana rekonstruksi Gaza pada Sabtu (8 Maret). Hal ini menunjukkan adanya konsensus internasional yang semakin berkembang untuk membantu pemulihan Palestina.
Pernyataan Mao Ning menekankan komitmen China terhadap Palestina. "Mengenai masalah Palestina, kami selalu mendukung kepentingan dan posisi negara-negara Arab dan Islam serta berpandangan bahwa prinsip 'Palestina memerintah Palestina' harus dipatuhi dalam pemerintahan pascakonflik di Gaza," tegas Mao Ning. China berkomitmen untuk memastikan rakyat Palestina dapat membangun kembali tanah air mereka sendiri.
Dukungan Internasional dan Tantangan Politik
Rencana rekonstruksi Gaza yang digagas negara-negara Arab dalam KTT darurat di Kairo pada Selasa (4 Maret) menawarkan pendekatan yang realistis untuk pemulihan jangka panjang. Para menteri luar negeri Eropa dalam pernyataan bersama mereka menekankan bahwa rencana ini menjanjikan perbaikan cepat dan berkelanjutan terhadap kondisi hidup warga Palestina di Gaza, jika terlaksana dengan baik. "Rencana tersebut menunjukkan jalan yang realistis untuk rekonstruksi Gaza dan menjanjikan, apabila terwujud, perbaikan yang kilat dan berkelanjutan terhadap kondisi hidup yang buruk yang dihadapi warga Palestina di Gaza," demikian bunyi pernyataan bersama tersebut.
Namun, rencana ini tidak tanpa tantangan. Israel dan Presiden AS Donald Trump sebelumnya telah menyatakan penolakan terhadap rencana tersebut. Presiden Trump bahkan sempat mengusulkan pemindahan warga Palestina dari Gaza, sebuah usulan yang menuai kecaman luas dari berbagai pihak. Tantangan politik ini menjadi hambatan yang perlu diatasi untuk keberhasilan rekonstruksi Gaza.
China, dalam hal ini, menekankan pentingnya solusi dua negara sebagai solusi jangka panjang untuk konflik Palestina-Israel. "Dalam perspektif jangka panjang, penyelesaian akhir masalah Palestina perlu kembali ke jalur yang benar dari solusi dua negara. Kami akan terus bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk memainkan peran konstruktif untuk tujuan ini," kata Mao Ning. Pernyataan ini menunjukkan komitmen China terhadap perdamaian dan penyelesaian konflik secara adil dan berkelanjutan.
Mekanisme Rekonstruksi Gaza
Rencana rekonstruksi Gaza yang didukung China dan negara-negara Eropa ini mencakup pembentukan komite administratif yang terdiri dari teknokrat Palestina yang independen dan profesional. Komite ini akan bertanggung jawab dalam mengawasi penyaluran bantuan kemanusiaan dan mengelola urusan Gaza di bawah pengawasan Otoritas Palestina. Mekanisme ini dirancang untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam proses rekonstruksi.
Secara keseluruhan, dukungan China terhadap rekonstruksi Gaza merupakan langkah signifikan dalam upaya internasional untuk membantu Palestina. Kerja sama dengan negara-negara Eropa semakin memperkuat komitmen global untuk pemulihan Gaza dan mencegah pengusiran warga Palestina. Namun, tantangan politik yang ada perlu diatasi untuk memastikan keberhasilan rencana rekonstruksi ini dan terwujudnya perdamaian berkelanjutan di wilayah tersebut.
Meskipun terdapat penolakan dari beberapa pihak, komitmen internasional yang kuat terhadap rencana ini memberikan secercah harapan bagi masa depan Palestina. Dukungan finansial dan teknis yang besar, dikombinasikan dengan mekanisme pengelolaan yang transparan, diharapkan dapat membawa perubahan signifikan bagi kehidupan warga Palestina di Gaza.