China Kuasai Pasar Ekspor-Impor Nonmigas Indonesia Januari 2025
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan China sebagai pasar ekspor-impor nonmigas terbesar Indonesia pada Januari 2025, dengan transaksi ekspor mencapai US$4,57 miliar dan impor US$6,34 miliar.
Jakarta, 17 Februari 2025 - Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan dominasi China sebagai mitra dagang terbesar Indonesia di sektor nonmigas pada Januari 2025. Nilai ekspor Indonesia ke China mencapai US$4,57 miliar, sementara impor dari negara tersebut mencapai angka yang lebih tinggi, yaitu US$6,34 miliar. Temuan ini menyoroti peran penting China dalam perekonomian Indonesia.
Dominasi China di Pasar Ekspor-Impor
Menurut Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, ekspor Indonesia ke China berkontribusi sebesar 22,40 persen dari total ekspor nonmigas nasional yang mencapai US$20,40 miliar. Angka ini menunjukkan betapa signifikannya pasar China bagi eksportir Indonesia. Sementara itu, impor dari China mencapai 40,86 persen dari total impor nonmigas Indonesia senilai US$15,52 miliar. Dominasi ini menunjukkan ketergantungan Indonesia terhadap produk-produk dari China.
Komoditas utama ekspor Indonesia ke China meliputi besi dan baja, bahan bakar mineral, dan nikel beserta produk turunannya. Hal ini menunjukkan keberagaman komoditas yang diperdagangkan antara kedua negara. Sementara itu, negara-negara lain yang menjadi tujuan ekspor Indonesia antara lain Amerika Serikat (US$2,3 miliar) dan India (US$1,2 miliar).
Di sisi impor, selain China, Jepang (US$1,15 miliar) dan Amerika Serikat (US$0,76 miliar) menjadi sumber impor nonmigas terbesar bagi Indonesia. Hal ini menunjukkan diversifikasi sumber impor Indonesia, meskipun China tetap mendominasi.
Tren Komoditas Ekspor-Impor
Analisis lebih lanjut dari BPS menunjukkan tren menarik dalam komoditas ekspor-impor. Dari sepuluh komoditas ekspor nonmigas terbesar pada Januari 2025, sebagian besar mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada bahan bakar mineral, mencapai US$787,1 juta atau 22,01 persen. Sebaliknya, komoditas logam mulia dan perhiasan/permata mencatat peningkatan terbesar, yaitu US$173,3 juta atau 25,38 persen.
Untuk impor, golongan mesin atau peralatan mekanis dan bagiannya mengalami penurunan tertinggi, senilai US$457,9 juta atau 15,04 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, golongan kakao dan olahannya mencatat peningkatan signifikan, sebesar US$165,4 juta atau 119 persen.
Surplus Dagang Indonesia
Meskipun impor dari China cukup tinggi, Indonesia masih membukukan surplus dagang pada Januari 2025 sebesar US$3,45 miliar. Nilai ekspor mencapai US$21,45 miliar, sementara impor sebesar US$18 miliar. Surplus ini meningkat sebesar US$1,21 miliar dibandingkan bulan sebelumnya dan US$1,45 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Kesimpulannya, data BPS menunjukkan peran penting China sebagai mitra dagang utama Indonesia di sektor nonmigas. Meskipun terdapat tren penurunan pada beberapa komoditas ekspor, Indonesia tetap mampu mempertahankan surplus dagang. Pemantauan dan analisis yang berkelanjutan terhadap tren perdagangan ini sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.