China Tanggapi Seruan Trump: Pengurangan Senjata Nuklir & Anggaran Pertahanan
China menolak seruan Trump untuk mengurangi senjata nuklir, menekankan kebijakan pertahanan diri dan meminta AS & Rusia, pemilik senjata nuklir terbesar, untuk memimpin dalam pelucutan senjata.
Beijing, 15 Februari 2024 - Kementerian Luar Negeri China menanggapi usulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait pengurangan senjata nuklir dan anggaran pertahanan. Trump menyerukan negosiasi ulang pengendalian senjata nuklir dengan Rusia dan China, serta pemotongan anggaran pertahanan ketiga negara hingga setengahnya. Namun, pernyataan tersebut mendapat tanggapan berbeda dari China.
Tanggapan China terhadap Usulan Trump
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menegaskan bahwa China menganut kebijakan ‘tidak menggunakan senjata nuklir lebih dahulu’ dan strategi nuklir pertahanan diri. Kekuatan nuklir China, menurut Guo, dijaga pada tingkat minimum yang dibutuhkan keamanan nasional, dan tidak pernah terlibat dalam perlombaan senjata. China siap bekerja sama dengan semua pihak dalam mendukung rezim pengendalian senjata multilateral yang berpusat pada PBB, demi perdamaian dunia.
Guo Jiakun juga menekankan pentingnya prinsip ‘menjaga stabilitas strategis global’ dan ‘tidak mengurangi keamanan bagi semua’ dalam pelucutan senjata nuklir. Ia mencatat bahwa AS dan Rusia, sebagai pemilik lebih dari 90 persen senjata nuklir dunia, harus bertanggung jawab dalam memimpin proses pelucutan senjata. Kedua negara tersebut diharapkan melakukan pemangkasan drastis persenjataan nuklir mereka, menciptakan kondisi bagi negara lain untuk bergabung.
Perbandingan Anggaran Pertahanan
Guo Jiakun menyoroti anggaran pertahanan AS yang mencapai 40 persen dari total pengeluaran militer dunia pada 2024, tertinggi di dunia dan melebihi gabungan delapan negara lainnya. Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional AS tahun anggaran 2025 bahkan meningkatkan anggaran militer menjadi sekitar 895 miliar dolar AS. Dengan kebijakan ‘America First’, Guo Jiakun menyarankan agar AS-lah yang seharusnya memimpin dalam pemotongan anggaran militer.
Sebaliknya, Guo Jiakun menyatakan bahwa pengeluaran pertahanan nasional China relatif rendah, baik per kapita maupun per anggota layanan. China berkomitmen pada pembangunan damai dan kebijakan pertahanan nasional yang defensif. Pengeluaran pertahanan China difokuskan untuk menjaga kedaulatan, keamanan, kepentingan pembangunan, dan menegakkan perdamaian dunia.
Sejarah dan Konteks Global
Pada masa jabatan pertamanya, Trump berupaya melibatkan China dalam negosiasi pengurangan senjata nuklir, namun upaya tersebut gagal. Rusia juga menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian New START karena AS dan Rusia melanjutkan program modernisasi persenjataan nuklir era Perang Dingin. Laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) tahun 2023 menunjukkan peningkatan jumlah hulu ledak nuklir global menjadi 9.576, dari 9.440 pada 2022.
AS dan Rusia memiliki sekitar 90 persen senjata nuklir dunia. Negara-negara yang menambah jumlah hulu ledak nuklir meliputi Rusia, China, India, Pakistan, dan Korea Utara. China, khususnya, mengalami pertumbuhan pesat, menambah jumlah hulu ledak nuklir menjadi 410 dari 350, dan berpotensi memiliki ICBM (rudal balistik antarbenua) sebanyak AS atau Rusia pada akhir dekade ini.
Kesimpulan
Tanggapan China terhadap seruan Trump menekankan prioritas keamanan nasional dan komitmen pada perdamaian dunia. Namun, perbedaan signifikan dalam anggaran pertahanan dan jumlah senjata nuklir antara AS, Rusia, dan China menyoroti kompleksitas isu pengendalian senjata dan perlunya pendekatan multilateral yang komprehensif untuk mencapai pelucutan senjata nuklir yang efektif dan berkelanjutan.