Ekonom: Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah Investasi Jangka Panjang untuk Indonesia Emas 2045
Pakar ekonomi menilai Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan sekadar beban negara, melainkan investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi Indonesia Emas 2045 yang sehat dan produktif.
Jakarta, 22 April 2024 - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden RI Prabowo Subianto mendapat sorotan positif dari kalangan ekonom. Mereka menilai MBG bukan hanya sekadar program sosial, melainkan investasi jangka panjang yang krusial bagi pembangunan Indonesia. Program ini menargetkan 82,9 juta penerima manfaat hingga akhir 2025, dengan dukungan dari APBN dan kemitraan.
Chief Economist Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, menekankan pentingnya melihat MBG sebagai investasi dalam sumber daya manusia. Ia menyatakan bahwa program ini bukan beban negara, melainkan "uang muka" untuk menciptakan generasi yang lebih sehat, kuat, dan produktif dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan lama yang menganggap redistribusi sosial sebagai kebijakan lapis kedua.
Fakhrul menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dimulai dari akar rumput, dari rumah tangga pedesaan, dari bekal makan siang anak sekolah, dan dari perut yang terpenuhi gizinya. Dengan demikian, MBG berperan penting dalam membangun fondasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Investasi untuk Sumber Daya Manusia
Fakhrul Fulvian secara tegas menyatakan bahwa program MBG perlu dilihat dari perspektif yang lebih luas daripada sekadar sudut pandang kapitalis. Ia menyoroti bias lama dalam wacana fiskal yang seringkali mengutamakan belanja modal dan mengabaikan pentingnya belanja sosial. Padahal, investasi dalam sumber daya manusia, khususnya melalui pemenuhan gizi, kesehatan, dan pendidikan dini, memiliki dampak produktivitas jangka panjang yang signifikan.
Menurutnya, "Bias yang sudah lama ada dalam wacana fiskal: belanja modal itu baik, sementara belanja sosial dianggap sebagai kebocoran. Pola pikir ini mengabaikan keuntungan produktivitas jangka panjang dari investasi dalam sumber manusia, khususnya melalui hal mendasar seperti makanan, kesehatan, dan pendidikan dini." Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya mengubah paradigma dalam pengelolaan anggaran negara agar lebih berfokus pada pembangunan manusia.
Program MBG diharapkan mampu mengatasi masalah kekurangan gizi yang masih menjadi tantangan di Indonesia. Dengan memastikan anak-anak mendapatkan makanan bergizi, program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan.
Pencapaian Target MBG
Untuk mencapai target 82,9 juta penerima manfaat pada tahun 2025, Badan Gizi Nasional tengah memetakan kebutuhan infrastruktur pendukung. Diperkirakan dibutuhkan 30.000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk menjangkau seluruh sasaran. Pemerintah berencana mendanai 1.542 SPPG melalui APBN, sementara sisanya akan dipenuhi melalui skema kemitraan dengan pihak swasta dan organisasi masyarakat.
Skema kemitraan ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyaluran bantuan, serta melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pihak dalam upaya mewujudkan generasi Indonesia yang sehat dan produktif. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjalankan program MBG secara berkelanjutan dan terukur.
Program MBG bukan hanya tentang memberikan makanan gratis, tetapi juga tentang membangun kapasitas dan memastikan bahwa sumber daya manusia Indonesia memiliki energi yang cukup untuk berkontribusi pada pembangunan negara. Dengan demikian, MBG merupakan investasi strategis untuk masa depan Indonesia yang lebih cerah.