Gempa M6,0 Guncang Pohuwato, Gorontalo: BMKG Pastikan Tak Berpotensi Tsunami
Gempa bumi tektonik berkekuatan M6,0 mengguncang Pohuwato, Gorontalo, akibat deformasi lempeng Laut Sulawesi; BMKG pastikan gempa tidak berpotensi tsunami.
Gempa bumi tektonik dengan magnitudo M6,0 mengguncang wilayah Wanggarasi, Pohuwato, Gorontalo pada Sabtu, 3 Juni 2024 pukul 19.51 WIB. Episenter gempa berada di darat, 32 kilometer arah barat laut Pohuwato, pada kedalaman 98 kilometer. Gempa ini dirasakan di beberapa wilayah di Gorontalo dan sekitarnya, termasuk Manado, dengan intensitas bervariasi, namun BMKG memastikan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
Menurut Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, gempa tersebut disebabkan oleh aktivitas deformasi lempeng Laut Sulawesi. "Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan mendatar naik (oblique thrust fault)," jelas Daryono dalam laporannya. Lokasi episenter dan kedalaman hiposenter menunjukkan gempa ini tergolong gempa bumi menengah.
BMKG mencatat, gempa tersebut dirasakan dengan skala intensitas IV MMI di Kabupaten Boalemo dan Pohuwato, artinya getarannya cukup kuat untuk dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah. Di beberapa daerah lain seperti Gorontalo, Manado, dan beberapa wilayah di Sulawesi Utara dan Kalimantan Utara, gempa dirasakan dengan intensitas III MMI dan II-III MMI, yang berarti getarannya terasa seperti truk berlalu.
Dampak Gempa dan Imbauan BMKG
Meskipun gempa cukup signifikan, BMKG memastikan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami. Hingga pukul 20.30 WIB, BMKG mencatat satu aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo 3,1. Meskipun demikian, BMKG menghimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Masyarakat diimbau untuk menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. Penting untuk memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa sebelum kembali ke dalam rumah. Hal ini untuk mencegah potensi bahaya akibat kerusakan struktur bangunan yang mungkin tidak terlihat secara kasat mata.
BMKG juga menekankan pentingnya memperoleh informasi resmi hanya dari sumber yang terpercaya, yaitu BMKG melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi. Penyebaran informasi yang tidak akurat dapat menimbulkan kepanikan dan kesalahpahaman di tengah masyarakat.
Penjelasan Tektonik Gempa Pohuwato
Gempa Pohuwato terjadi akibat deformasi lempeng di Laut Sulawesi. Deformasi lempeng ini merupakan proses pergeseran dan penyesuaian antar lempeng tektonik yang menghasilkan energi yang terakumulasi dan kemudian dilepaskan dalam bentuk gempa bumi. Proses ini merupakan fenomena alamiah yang terjadi secara terus menerus di wilayah yang secara tektonik aktif seperti di Indonesia.
Kedalaman hiposenter gempa yang mencapai 98 kilometer mengindikasikan bahwa gempa ini terjadi di kedalaman yang cukup signifikan. Gempa dengan hiposenter yang dalam umumnya memiliki jangkauan getaran yang lebih luas, meskipun intensitasnya mungkin berkurang seiring dengan bertambahnya jarak dari episenter.
Mekanisme pergerakan mendatar naik (oblique thrust fault) menunjukkan adanya pergerakan lempeng yang kompleks, gabungan antara pergerakan mendatar dan pergerakan naik. Mekanisme ini seringkali menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan yang cukup signifikan.
Kesimpulan
Gempa bumi M6,0 di Pohuwato, Gorontalo, menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam di Indonesia. Meskipun BMKG memastikan tidak ada potensi tsunami, kesadaran masyarakat akan pentingnya memeriksa kondisi bangunan dan mengakses informasi resmi dari sumber yang terpercaya sangatlah krusial untuk meminimalisir dampak negatif dari kejadian serupa di masa mendatang. Masyarakat diharapkan tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.