IHSG Diprediksi Variatif: Pasar Cermati Kebijakan The Fed dan Dampak Inflasi AS
IHSG diperkirakan bergerak variatif di tengah pengamatan pelaku pasar terhadap kebijakan The Fed, inflasi AS, dan perkembangan ekonomi global, termasuk kebijakan fiskal China.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diprediksi akan bergerak variatif pada Kamis, 13 Maret 2025. Hal ini disebabkan oleh fokus pelaku pasar terhadap arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, serta berbagai perkembangan ekonomi global. IHSG dibuka menguat 25,31 poin atau 0,38 persen ke posisi 6.690,36, sementara Indeks LQ45 naik 3,19 poin atau 0,43 persen ke posisi 751,12. Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih memprediksi IHSG akan bergerak dalam rentang 6.552 hingga 6.800.
Inflasi AS pada Februari 2025 tercatat 2,8 persen, lebih rendah dari bulan sebelumnya (3 persen) dan proyeksi konsensus (2,9 persen). Data ini akan menjadi pertimbangan penting dalam penetapan suku bunga oleh The Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed pada pekan depan. Keputusan The Fed ini akan berdampak signifikan terhadap pergerakan IHSG dan pasar saham global.
Di dalam negeri, apresiasi IHSG juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: menjelangnya musim Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) emiten sektor perbankan dan melemahnya bursa kawasan ASEAN. Lembaga pemeringkat Fitch Rating juga mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada level BBB dengan outlook stabil, mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan rasio utang pemerintah yang rendah. Hal ini memberikan sentimen positif dan berpotensi menarik inflow investor asing.
Dampak Kebijakan Global terhadap IHSG
Perkembangan ekonomi global juga turut mempengaruhi pergerakan IHSG. Penutupan Kongres Rakyat Nasional China (NPC) menghasilkan kebijakan fiskal yang ekspansif. Pemerintah China akan memperbesar defisit fiskal terhadap PDB menjadi 4 persen, yang tertinggi sepanjang sejarah China. Dana sebesar 1,3 triliun yuan dialokasikan untuk konsumsi dan investasi sektor keamanan, termasuk AI, sementara 4,4 triliun yuan dialokasikan untuk proyek infrastruktur dan mengurangi utang.
Kebijakan tarif Presiden Trump yang menaikkan tarif hingga 20 persen telah memaksa pemerintah China untuk fokus pada konsumsi domestik. Hal ini dapat berdampak pada perdagangan global dan berimbas pada pasar saham Indonesia.
Di Amerika Serikat, Wall Street menguat pada perdagangan Rabu (12/03) setelah data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan. Namun, kenaikan tersebut tertahan oleh meningkatnya ketegangan akibat kebijakan tarif yang agresif dari Presiden AS Donald Trump. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 82,55 poin, S&P 500 naik 27,23 poin, dan Nasdaq Composite melonjak 212,36 poin.
Pergerakan bursa saham regional Asia juga beragam. Indeks Nikkei menguat, sementara indeks Shanghai, Kuala Lumpur, dan Straits Times juga menunjukan penguatan. Pergerakan bursa regional ini memberikan gambaran atas sentimen investor global yang perlu dipertimbangkan dalam analisis IHSG.
Analisis dan Prospek IHSG
Secara keseluruhan, pergerakan IHSG pada Kamis diprediksi variatif, dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Keputusan suku bunga The Fed, perkembangan ekonomi China, dan sentimen investor global akan menjadi penentu utama. Meskipun ada sentimen positif dari peringkat kredit Indonesia dan menjelangnya RUPS emiten perbankan, potensi volatilitas tetap ada mengingat ketidakpastian global yang masih tinggi.
Para investor disarankan untuk mencermati perkembangan data ekonomi makro baik domestik maupun global serta memantau kebijakan moneter The Fed sebelum membuat keputusan investasi. Diversifikasi portofolio juga tetap menjadi strategi yang bijak untuk mengurangi risiko.
Perlu diingat bahwa prediksi pergerakan IHSG hanyalah perkiraan dan tidak menjamin hasil investasi di masa mendatang. Analisis yang komprehensif dan pertimbangan risiko yang matang sangat penting sebelum melakukan transaksi di pasar saham.