IHSG Diprediksi Mendatar: Sentimen Domestik dan Global Jadi Penentu
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak mendatar pada Jumat, dipengaruhi oleh sentimen domestik seperti kebijakan fiskal dan politik, serta sentimen global terkait tensi perdagangan AS dan kebijakan suku bunga The Fed.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diprediksi akan bergerak mendatar pada Jumat, 21 Maret 2025. Pergerakan ini dipengaruhi oleh sentimen domestik dan global yang saling berkaitan. IHSG dibuka menguat 7,02 poin atau 0,11 persen ke posisi 6.388,69, namun Indeks LQ45 justru turun 8,25 poin atau 1,16 persen ke posisi 701,95. Hal ini menunjukkan adanya ketidakpastian di pasar saham Indonesia.
Menurut Tim Riset Mirae Asset Sekuritas, IHSG diperkirakan akan berkonsolidasi pada rentang 6.318 hingga 6.440, dengan support di level 6.300. Penguatan IHSG dalam dua hari sebelumnya dinilai tidak berdasar pada fundamental yang kuat, melainkan lebih dipengaruhi oleh kebijakan relaksasi buyback saham tanpa RUPS. Kondisi ini menunjukkan adanya potensi ketidakstabilan di pasar.
Net outflows asing masih berlanjut, dengan investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp499,3 miliar pada Kamis. Total net outflows asing di Maret 2025 mencapai Rp8,9 triliun (544 juta dolar AS), dan sepanjang tahun 2025 mencapai Rp30,8 triliun (1,9 miliar dolar AS). Arus modal asing yang keluar ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG.
Sentimen Global dan Domestik yang Membebani IHSG
Ketidakpastian global dan domestik menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan IHSG. Secara global, tensi perdagangan AS dengan mitra dagangnya dan ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed menimbulkan kekhawatiran di pasar. Sementara itu, di dalam negeri, sentimen negatif berasal dari sektor ekonomi dan politik.
Kekhawatiran terhadap kebijakan fiskal pemerintah, khususnya inisiatif belanja sosial yang ambisius di tengah penurunan penerimaan pajak, menjadi sorotan. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai keberlanjutan kebijakan pemerintah dan dampaknya terhadap perekonomian.
Di sisi politik, isu mundurnya Sri Mulyani dan rencana perubahan legislatif militer yang berpotensi memperluas peran militer dalam lembaga sipil juga menambah ketidakpastian. Kondisi ini dapat mempengaruhi kepercayaan investor terhadap stabilitas politik dan ekonomi Indonesia.
Tim Riset Mirae Asset Sekuritas memperkirakan fluktuasi IHSG akan tetap tinggi mengingat berbagai perkembangan tersebut. Kondisi ini menuntut investor untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
Pergerakan Bursa Saham Global
Bursa saham AS Wall Street ditutup sedikit melemah pada Kamis (20 Januari 2025) setelah bergerak fluktuatif. Dow Jones Industrial Average turun 11,31 poin (0,03 persen) menjadi 41.953,32, S&P 500 melemah 12,40 poin (0,22 persen) menjadi 5.662,89, dan Nasdaq Composite turun 59,16 poin (0,33 persen) menjadi 17.691,63. Pergerakan ini mencerminkan sentimen global yang masih diliputi ketidakpastian.
Di pasar saham regional Asia, pergerakan juga beragam. Nikkei menguat 93,54 poin (0,00 persen) ke level 37.874,61, Shanghai melemah 9,85 poin (0,29 persen) ke posisi 3.402,52, Kuala Lumpur menguat 0,01 poin (0,00 persen) ke posisi 1.505,81, dan Straits Times melemah 23,36 poin (0,60 persen) ke 3.923,78. Kondisi ini menunjukkan adanya perbedaan sentimen di berbagai pasar saham regional.
Secara keseluruhan, pergerakan IHSG diprediksi akan tetap fluktuatif dalam jangka pendek. Sentimen global dan domestik yang masih penuh ketidakpastian akan terus mempengaruhi pergerakan indeks. Investor disarankan untuk mencermati perkembangan ekonomi dan politik baik di dalam maupun luar negeri sebelum mengambil keputusan investasi.