IHSG Diprediksi Variatif: Pasar Menanti Keputusan Suku Bunga The Fed
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak variatif seiring pelaku pasar menunggu keputusan suku bunga The Fed dan mencermati data ekonomi global dan domestik.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan akan bergerak variatif pada Senin, 5 Mei 2025. Hal ini disebabkan oleh sikap wait and see pelaku pasar terhadap pengumuman suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) pada 7 dan 8 Mei 2025. Keputusan The Fed ini sangat berpengaruh terhadap pasar saham global, termasuk IHSG. Pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh data ekonomi domestik dan global lainnya.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 28,64 poin atau 0,42 persen ke posisi 6.844,37. Kenaikan ini menunjukkan adanya optimisme di pasar, meskipun sentimen wait and see masih mendominasi. Namun, prediksi pergerakan IHSG masih variatif, dengan rentang pergerakan yang diperkirakan antara 6.700 hingga 6.888.
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, memprediksi pergerakan IHSG yang mixed (variatif). Pernyataan ini mencerminkan ketidakpastian pasar yang masih tinggi menjelang pengumuman suku bunga The Fed. Para investor cenderung menunggu kepastian sebelum mengambil keputusan investasi yang lebih besar.
Analisa Pergerakan IHSG
Data ekonomi global turut mempengaruhi pergerakan IHSG. Data Non Farm Payroll (NFP) AS periode April 2025 menunjukkan angka 177.000, sementara tingkat pengangguran tetap 4,2 persen. Data ini menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja AS, meskipun ada potensi pelemahan ekonomi. Di sisi lain, indeks PMI Manufaktur China pada April 2025 turun menjadi 49, menunjukkan adanya kontraksi di sektor manufaktur China.
Kondisi ini membuat pelaku pasar cenderung menunggu (wait and see) perkembangan selanjutnya, terutama terkait tarif balasan antara China dan AS. Ketidakpastian ini berdampak pada sentimen pasar global, yang juga mempengaruhi IHSG. Di dalam negeri, IHSG mengalami rebound dalam tiga pekan terakhir, mengikuti tren bursa regional Asia Pasifik.
Pelaku pasar juga mencermati kinerja keuangan dan RUPS emiten. Data inflasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi tahunan April 2025 sebesar 1,95 persen (yoy) dan inflasi bulanan 1,17 persen (mom), masih dalam target Bank Indonesia (BI).
Kenaikan inflasi disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kenaikan harga emas dan mobil, serta berakhirnya diskon tarif listrik. Data inflasi ini juga menjadi salah satu faktor yang diperhatikan pelaku pasar dalam menentukan strategi investasi.
Pergerakan Bursa Saham Global
Bursa saham Eropa ditutup menguat pada Jumat, 2 Mei 2025, didorong oleh optimisme meredanya ketegangan dagang AS-China dan data ketenagakerjaan AS yang solid. Indeks acuan Eropa naik 1,7 persen, mendekati level awal April. DAX Jerman naik 2,6 persen, FTSE Inggris naik 1,17 persen ke 8.596, dan CAC Prancis menguat 2,33 persen ke 7.770.
Bursa AS juga menguat pada Jumat, mencatatkan kenaikan mingguan kedua berturut-turut. Kenaikan ini dipicu oleh data ekonomi yang kuat dan potensi meredanya ketegangan dagang AS-China. S&P 500 naik 2,9 persen, Dow Jones naik 3 persen, dan Nasdaq melonjak 3,43 persen. Pada penutupan, Dow Jones naik 564,47 poin (1,39 persen) ke 41.317,43; S&P 500 naik 82,54 poin (1,47 persen) ke 5.686,68; dan Nasdaq menguat 266,99 poin (1,51 persen) ke 17.977,73.
Sementara itu, bursa saham regional Asia menunjukkan pergerakan yang beragam. Nikkei menguat 0,50 persen, Shanghai melemah 0,23 persen, Kuala Lumpur menguat 0,29 persen, dan Strait Times melemah 0,04 persen.
Secara keseluruhan, pergerakan IHSG masih dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik domestik maupun global. Sikap wait and see pelaku pasar menunjukkan ketidakpastian yang masih tinggi, terutama menjelang pengumuman suku bunga The Fed. Data ekonomi global dan domestik juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan dalam menganalisis pergerakan IHSG ke depannya.