IHSG Diperkirakan Menguat di Tengah Ketidakpastian Kebijakan The Fed
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat terbatas di tengah sikap wait and see pelaku pasar terhadap kebijakan The Fed dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan menguat pada Selasa, 6 April 2025, di tengah sikap wait and see pelaku pasar terhadap kebijakan The Federal Reserve (The Fed). Kenaikan IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk antisipasi penurunan suku bunga acuan The Fed dan perkembangan ekonomi global. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat di kuartal I-2025 menjadi faktor penyeimbang. Pergerakan IHSG ini diamati oleh para investor dan analis pasar saham di Indonesia.
Pembukaan perdagangan menunjukkan IHSG menguat 32,88 poin atau 0,48 persen ke posisi 6.864,83. Indeks LQ45 juga naik 3,69 poin atau 0,48 persen ke posisi 771,01. Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas memprediksi penguatan IHSG akan terbatas. Hal ini menunjukkan adanya sentimen positif namun juga adanya kekhawatiran di pasar.
Keputusan The Fed terkait suku bunga acuan menjadi fokus utama pelaku pasar. Konsensus memperkirakan penurunan sebesar 4,4 persen. Data aktivitas sektor jasa AS yang lebih kuat dari perkiraan pada April 2025, meskipun ada kekhawatiran terkait tarif, juga memengaruhi sentimen pasar. Situasi ini menciptakan ketidakpastian yang membuat investor cenderung menunggu dan mengamati (wait and see).
Analisa Pergerakan IHSG
Perkembangan ekonomi global, khususnya kebijakan The Fed, sangat memengaruhi pergerakan IHSG. Para pelaku pasar menantikan hasil rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) untuk melihat arah kebijakan moneter selanjutnya. Penurunan suku bunga acuan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya tarik investasi di pasar saham.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat menjadi 4,87 persen pada kuartal I-2025 menimbulkan kekhawatiran. Angka ini merupakan yang terendah sejak tahun 2021. Kondisi ini dapat mengurangi optimisme investor dan menahan laju penguatan IHSG.
Perundingan perdagangan AS-China juga turut mempengaruhi sentimen pasar. Pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyatakan tidak ada rencana untuk berbicara dengan Presiden China Xi Jinping, telah menghancurkan harapan kemajuan negosiasi. Hal ini menimbulkan ketidakpastian dan membuat investor cenderung wait and see.
Dampak Kebijakan The Fed dan Perkembangan Ekonomi Global
Kesepakatan dagang mengenai tarif produk alas kaki di AS juga menjadi perhatian pelaku pasar. Kelompok produsen alas kaki meminta Presiden Trump untuk membebaskan produk mereka dari tarif resiprokal. Keputusan ini dapat berdampak pada perdagangan global dan memengaruhi sentimen investor.
Penurunan indeks S&P dan Nasdaq di Wall Street pada Senin (5 April 2025) juga menunjukkan adanya sikap wait and see dari investor global. Hal ini menunjukkan adanya kekhawatiran terhadap perkembangan ekonomi global dan ketidakpastian geopolitik.
Meskipun demikian, beberapa bursa saham regional Asia menunjukkan penguatan, seperti Nikkei, Shanghai, Kuala Lumpur. Hal ini menunjukkan adanya sentimen positif di beberapa pasar regional Asia, meskipun masih ada ketidakpastian global.
Kesimpulan
Penguatan IHSG diperkirakan terbatas pada Selasa, 6 April 2025, di tengah sikap wait and see pelaku pasar. Keputusan The Fed, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat, dan perkembangan perdagangan global menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan IHSG. Situasi ini menunjukkan adanya ketidakpastian di pasar, sehingga investor cenderung menunggu dan mengamati perkembangan selanjutnya sebelum mengambil keputusan investasi.