IHSG Diprediksi Menguat di Tengah Sikap "Wait and See" Investor Jelang RDG Bank Indonesia
IHSG diperkirakan menguat seiring sikap wait and see pelaku pasar terhadap hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan sinyal positif dengan perkiraan penguatan pada perdagangan hari ini. Sentimen pasar dipengaruhi oleh sikap wait and see para pelaku pasar terhadap hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). RDG BI menjadi fokus utama para investor yang menantikan keputusan terkait kebijakan moneter yang akan diambil.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG dibuka menguat 23,06 poin atau 0,32 persen, mencapai posisi 7.164,15. Kenaikan juga terlihat pada kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 yang naik 1,47 poin atau 0,18 persen ke posisi 813,12. Pergerakan positif ini mencerminkan optimisme pasar terhadap potensi kebijakan yang akan diambil oleh Bank Indonesia.
Pengamat pasar modal dari Panin Sekuritas, Reydi Octa, menyampaikan bahwa IHSG diperkirakan akan terus menguat. Faktor-faktor pendukungnya meliputi potensi stimulus kebijakan moneter dari China yang diperkirakan akan memangkas suku bunga, penguatan harga komoditas, nilai tukar rupiah yang stabil, serta tren positif masuknya dana asing ke pasar modal Indonesia.
Faktor-faktor Pendorong Penguatan IHSG
Sentimen positif terhadap IHSG juga dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter di kawasan Asia, terutama China. People Bank of China (PBoC) diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 10 basis poin, menurunkan suku bunga menjadi 3 persen untuk tenor 1 tahun dan 3,5 persen untuk tenor 5 tahun. Langkah ini diharapkan dapat memberikan stimulus bagi perekonomian China dan berdampak positif pada pasar regional.
Dari sisi global, data inflasi Amerika Serikat (AS) yang melambat dan indikator ekonomi yang menunjukkan pelemahan, memicu ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Fed. Kondisi ini memberikan sentimen positif bagi pasar saham global, termasuk Indonesia.
“Ruang stimulus kebijakan moneter, penguatan komoditas dan nilai tukar rupiah, serta tren positif masuknya dana asing menjadi katalis positif bagi IHSG,” ujar Reydi Octa.
RDG Bank Indonesia dan Dampaknya pada Pasar
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) menjadi perhatian utama pasar. RDG yang berlangsung pada tanggal 20 dan 21 Mei 2024 ini diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,75 persen. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi.
Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan diharapkan dapat memberikan kepastian bagi pasar dan menjaga stabilitas ekonomi. Meskipun demikian, pelaku pasar akan terus mencermati setiap pernyataan dan indikasi yang diberikan oleh BI terkait arah kebijakan moneter ke depan.
Selain RDG BI, pasar juga mencermati perkembangan ekonomi global, termasuk penurunan peringkat kredit Amerika Serikat (AS) oleh Moody’s menjadi Aa1 dari Aaa. Penurunan peringkat ini mencerminkan kekhawatiran terhadap kondisi fiskal AS dan potensi dampaknya pada perekonomian global.
Kondisi Bursa Regional dan Global
Bursa saham utama AS di Wall Street ditutup menguat pada perdagangan sebelumnya. Indeks Dow Jones menguat 0,32 persen, indeks S&P 500 naik 0,09 persen, dan Nasdaq naik 0,02 persen. Investor melihat potensi positif pasar AS meskipun Moody’s menurunkan rating untuk obligasi pemerintah AS.
Di kawasan Asia, bursa saham regional menunjukkan kinerja beragam. Indeks Nikkei menguat 169,37 poin atau 0,43 persen ke 37.667,69, sementara indeks Shanghai melemah 3,08 poin atau 0,10 persen ke 3.371,87. Indeks Hang Seng melemah 224,28 poin atau 0,92 persen ke 23.555,55, dan indeks Strait Times menguat 10,83 poin atau 0,26 persen ke 3.886,79.
Secara keseluruhan, sentimen pasar terhadap IHSG cenderung positif dengan perkiraan penguatan. Faktor-faktor seperti ekspektasi stimulus moneter, penguatan komoditas, dan stabilitas nilai tukar rupiah menjadi pendorong utama. Investor tetap berhati-hati dan mencermati perkembangan RDG Bank Indonesia serta kondisi ekonomi global.