Gibran Rakabuming: Monolog Digital, Strategi Baru Wakil Presiden Termuda?
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengubah strategi komunikasi politiknya dengan mengunggah video monolog di YouTube, menyasar generasi muda dan memberikan informasi yang jernih.
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dilantik pada 20 Oktober 2024, awalnya lebih fokus pada tugas administratif dan kunjungan lapangan. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, ia meluncurkan serangkaian video monolog di YouTube (@GibranTV), menandai perubahan signifikan dalam strategi komunikasinya.
Video-video berdurasi 5-6 menit ini menampilkan Gibran berbicara langsung ke kamera tanpa moderator, membahas isu-isu penting seperti bonus demografi 2030, prestasi Timnas U-17, dan hilirisasi ekonomi. Langkah ini memicu diskusi publik mengenai tujuan di balik perubahan gaya komunikasinya yang lebih personal dan terstruktur ini.
Perubahan ini terjadi setelah sekitar enam bulan Gibran menjalankan tugas-tugas pemerintahan, termasuk meninjau program Makan Bergizi Gratis (MBG), mengunjungi lokasi bencana, memastikan Cek Kesehatan Gratis (CKG), dan memperkenalkan teknologi AI di sekolah-sekolah. Meskipun aktivitasnya selaras dengan program Presiden Prabowo Subianto, komunikasi Gibran sebelumnya dinilai minim "suara" di ranah publik.
Menyasar Generasi Muda Lewat Media Digital
Sebagai wakil presiden termuda, Gibran memilih pendekatan yang berbeda. Ia aktif mendekatkan diri kepada generasi muda melalui media sosial seperti Instagram dan TikTok, dengan konten-konten yang kreatif dan santai namun tetap inspiratif. Konten ini viral dan mendapat banyak respon positif dari warganet, terutama Gen Z.
Kunjungan ke sekolah dan kampus untuk memperkenalkan teknologi AI juga menunjukkan upayanya membangun kedekatan dengan kalangan muda. Dengan menggunakan platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok, Gibran secara sengaja menargetkan audiens yang mungkin kurang tersentuh oleh komunikasi politik konvensional.
Video monolog tentang bonus demografi dan prestasi Timnas U-17 semakin menguatkan fokusnya pada generasi muda. Selain itu, pendekatan Gibran yang lebih kalem dan berbasis data dapat melengkapi gaya komunikasi Presiden Prabowo yang tegas dan blak-blakan, sehingga menjangkau spektrum pemilih yang lebih luas.
Dengan demikian, monolog-monolog ini dapat diinterpretasikan sebagai upaya Gibran untuk memperluas basis dukungan, khususnya di kalangan yang selama ini apolitis atau skeptis terhadap pemerintah.
Menjernihkan Informasi di Era Digital
Video monolog Gibran bukan hanya perubahan strategi komunikasi, tetapi juga upaya untuk memastikan transparansi informasi kepada masyarakat. Dengan menjelaskan isu-isu kompleks seperti bonus demografi dan hilirisasi ekonomi melalui platform digital, Gibran mengurangi risiko distorsi informasi.
Format monolog tanpa moderator memungkinkan penyampaian pesan kebijakan pemerintah secara utuh, tanpa interpretasi pihak ketiga. Hal ini sangat penting di era digital yang dipenuhi hoaks dan misinformasi. Gibran memberikan ruang bagi publik untuk mendengar penjelasan langsung dan terstruktur dari sumber resmi.
Konten terstruktur dari sumber resmi seperti pemerintah menjadi penting di tengah banjir informasi yang tidak terverifikasi. Strategi ini dapat melindungi masyarakat dari hoaks dan narasi manipulatif, sekaligus menciptakan ruang dialog yang inklusif. Jika konsisten, pendekatan ini dapat menjadi contoh bagi pejabat negara lain dalam menyampaikan kebijakan publik.
Kesimpulannya, perubahan strategi komunikasi Gibran melalui video monolog di YouTube merupakan langkah inovatif untuk menjangkau generasi muda, menjernihkan informasi, dan memperluas basis dukungan pemerintah. Apakah strategi ini akan efektif dalam jangka panjang, masih perlu waktu untuk dilihat.