GoTo Foundation Dorong Produktivitas Petani Kopi di Malang Lewat IoT dan AI
GoTo Impact Foundation berkolaborasi dengan Gandrung Tirta untuk meningkatkan produktivitas petani kopi di Desa Ketindan, Malang, melalui pemanfaatan teknologi IoT dan AI serta pemberdayaan masyarakat.
Surabaya, Jawa Timur, 7 Mei 2024 (ANTARA) - GoTo Impact Foundation (GIF), organisasi nirlaba Grup GoTo, mendukung peningkatan produktivitas petani kopi di Desa Ketindan, Malang. Inisiatif ini memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI) untuk mengatasi rendahnya produktivitas kopi di wilayah tersebut, yang merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di Indonesia.
Ketua GoTo Impact Foundation, Monica Oudang, menjelaskan bahwa program ini, bernama Gandrung Tirta, merupakan bagian dari Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0. Program ini bertujuan untuk memberdayakan petani, pemuda, dan ibu rumah tangga di Desa Ketindan. Rendahnya produktivitas kopi, hanya mencapai 43 persen dari 200 petani fine robusta, menjadi tantangan utama yang perlu diatasi untuk memenuhi permintaan pasar.
Monica menekankan pentingnya membangun kapasitas individu dan keberanian untuk mendorong perubahan positif. GIF bekerja sama dengan Gandrung Tirta, sebuah sinergi dari empat organisasi: Agroniaga, BIOPS Agrotekno, FAM Rural, dan Rise Social, untuk mencapai tujuan ini. Kolaborasi ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Ketindan.
Teknologi Pertanian, Pengelolaan Limbah, dan Pemberdayaan Masyarakat
Gandrung Tirta menerapkan tiga strategi utama. Pertama, Teknologi Pertanian memanfaatkan IoT dan AI untuk meningkatkan kualitas, konsistensi, dan produktivitas pertanian kopi. Petani dapat memantau kesehatan tanaman dari jarak jauh dan mengoptimalkan penggunaan pupuk serta pestisida, mengurangi risiko gagal panen. Informasi berbasis data terstandar akan menjadi kunci keberhasilan strategi ini.
Kedua, Pengelolaan Limbah Organik memberdayakan ibu rumah tangga untuk mengolah limbah kulit kopi menjadi produk bernilai tambah, seperti dompet kulit, bingkai kacamata, dan jam tangan. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga mendukung prinsip keberlanjutan lingkungan. Limbah kopi juga dimanfaatkan kembali sebagai anti-pest dan coffee peat untuk perkebunan, sementara kotoran hewan ternak diolah menjadi pupuk cair dan padat.
Ketiga, Pemberdayaan Lembaga dan Pemuda mencakup edukasi dan pelatihan budidaya kopi berkelanjutan, kewirausahaan, dan tata kelola kelembagaan bagi kelompok tani dan pemuda desa. Peningkatan keterampilan dan pengetahuan ini akan memperkuat fondasi pembangunan ekonomi berkelanjutan di Desa Ketindan.
Target dan Dukungan Pemerintah
Nasrullah Aziz, perwakilan Konsorsium Gandrung Tirta, menjelaskan bahwa penerapan strategi ini ditargetkan meningkatkan keterampilan petani dalam praktik budidaya kopi berkelanjutan (Good Agricultural Practices) hingga 80 persen dan produktivitas kopi sebesar 18 persen pada tahun pertama. Pendapatan petani juga diharapkan meningkat hingga 15 persen.
Kepala BAPPEDA Kabupaten Malang, Tomie Herawanto, mendukung Gandrung Tirta sebagai mitra strategis untuk mencapai target indeks ekonomi hijau sebesar 66,84 persen pada 2045. Ia menekankan pentingnya pengembangan agribisnis yang tidak hanya fokus pada peningkatan produktivitas, tetapi juga keberlanjutan daya dukung sumber daya manusia dan lingkungan.
Program Gandrung Tirta menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dan kolaborasi dapat menciptakan dampak positif bagi petani kopi di Indonesia. Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan di pedesaan.